Sesuai rencana, siang hari setelah lunch, Bima mengajak Tian main ke Runaway. Bukan untuk bekerja, tapi ingin melepas rindu dengan teman-temannya disana.
"Gue full di ruangan, bahas hal-hal biasa sama Reino. Lu kalo udah bosen di dapur langsung kesana aja." Bima memberitahu, ketika mobil sudah berhenti di halaman parkir.
"Siap bos."
"Cil.. " Bima memanggil ragu, menarik tangan Tian, memintanya jangan turun dulu.
"Ya?"
Bima tak mengatakan apapun, hanya memandangnya dengan tatapan bimbang.
"Sebenernya ada satu orang di Runaway yang tau tentang kita selain Reino." Akunya kemudian.
"Kalo kita.. menikah?" Tian memastikan.
"Yup."
"Siapa mas?" Tanyanya penasaran.
"Chika."
Tian mengangguk.
"O..ke."
Mas Bima memandangnya, seolah takut Tian marah.
"Nggak papa? ---Lu nggak masalah kalo ada yang tau?"
"Mas Bima masalah?" Tian balik nanya.
"Nggak. Gue seneng malah kalo banyak yang tau, lu pasangan gue sekarang." Jawabnya tanpa ragu.
"Ya udah.. gue juga nggak masalah." Tian menjawab, senyum tersungging di bibir.
Sebenernya nggak niat nyembunyiin dari anak-anak Runaway. Tapi kan emang Tian tiba-tiba menghilang kemarin, jadi nggak bisa ngabarin hal ini.
"Dia tau lu terakhir sama gue, seharian di kantor. Balik pun sama gue." Bima menjelaskan.
"Dia khawatir sama elu yang tiba-tiba ilang nggak ada kabar."
"Dan, ---karena gue atau Reino nggak ada panik, nggak ngelakuin apapun, jadi dia berasumsi gue tau apa yang terjadi."
Tian sekali lagi mengangguk tanda paham.
"Mbak Chika tau tentang masalah.. itu?" Tanyanya was-was. Nah kalo soal masa lalunya ia masih takut ketahuan.
"Nggak. Nggak ada yang tau. Reino pun nggak." Ujar mas Bima menenangkan.
Tian bernafas lega, lebih kalem.
"Makasih mas.."
"Mau gue temenin ketemu Chika dan yang lainnya buat jelasin?" Bima menawarkan diri.
"Yang masuk pagi siapa aja?" Tian balik nanya.
"Anak dapur Robin, Dara, Luna, Nuno, sama Egi."
Tian mengangguk, merasa tenang. Mereka orang-orang yang cukup dekat dengannya.
"Oke.. Nggak papa. Gue sendiri aja mas." Putusnya kemudian.
"Senyum terus hari ini ya cil.. Jangan ada sedih. ----Inget, lu nggak cocok genre angst." Bima menasehati, tangannya sembari mengacak sayang rambut pria yang lebih kecil.
Duh.. Tian nggak kuat kalo mas Bima lagi mode perhatian gini.
Mana nggak ada satu pun dari mereka yang mulai membuka pintu, lebih dulu keluar dari mobil.
Dua minggu lebih selalu bersama 24/7, membuat Tian enggan berpisah walaupun sebenarnya mereka nanti masih ada di tempat yang sama, hanya beda ruangan.
"Mas Bima juga, semangat kerjanya ya. Jangan capek-capek." Tian balas menyemangati.
"Iya sayang.."
Eeh..
Tian langsung melengos, memandang ke arah lain. Menyembunyikan wajahnya yang memerah, nggak kuat dengan panggilan sayang yang barusan diucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING AGREEMENT S2 (ON GOING)
Romance[SIDE STORY THE WEDDING AGREEMENT] Bimasena Adrian Russel membutuhkan seseorang untuk dijadikan pendamping hidup secepatnya, agar pemuda cantik yang diam-diam dicintainya tidak tahu perasaan yang ia miliki. Sabdayagra Tiandaru Ariacitta membutuhkan...