Pasal 05.

1.3K 212 47
                                    

Setting Time: Jeda antara scene satu dan dua Part 04. Setelah Niel pulang dan sebelum Rega datang.

**

Jam tiga sore, selesai shift kerja niatnya Tian mau langsung pulang.

Tapi baru mau jalan menuju loker, di belakang dapur ngeliat Bima ngerokok sendirian bikin dia pengen mendekat, nyapa bentar.

"Cie.. Cie... yang lagi bahagia, abis ada dek crush main ke ruangan." Godanya, nggak mau ngelewatin kesempatan buat jahilin pak bos.

"Berisik lu.."

Bima hanya meliriknya sekilas, fokus nyebat.

"Mukanya kenapa serem gitu ih mas? -Bahagia dong harusnya, abis peluk-pelukan." Lagi, Tian lanjut menggoda.

"Nggak bisa diem, gue kepret beneran lu bocil!" Ancam pria yang lebih besar.

Tian menutup mulut, menyembunyikan tawanya agar tak terdengar begitu keras.

Bima yang ada di hadapan sama sekali tak terpengaruh.

Oke deh. Kayaknya mas bos lagi nggak bisa diganggu. Lagi mode 'leave me alone!'

Mending cabut aja.

"Gue pamit ya mas. Udah kelar shift. -See you tomorrow." Tiandaru melambaikan tangan, lalu menjauh.

Namun belum juga ada dua langkah, kerah baju seragamnya sudah ditarik Bima.

"Yang nyuruh pergi siapa? Sini.. Temenin gue!" Perintahnya sembari merangkul Tian dan mengajak duduk di undakan lantai.

"Lah.. Tadi katanya nggak boleh berisik." Tian protes keras.

"Temenin guenya sambil diem."

Bima seenaknya menyandarkan kepalanya pada bahu yang lebih kecil. Kayaknya udah kebiasaan mereka berdua, saling sender tiap duduk berdua.

"Cil, jadi pacar gue yuk.." Bima, entah ke berapa ratus kali mengajak pacaran.

Tak ada jawaban.

"Cil.. Ayo pacaran." Ajaknya lagi.

Sekali lagi tak ada jawaban.

"Cil, woi.. Budeg lu? Tumben gak respon." Udah mulai ngegas orangnya.

Tian mengerucutkan bibir. Manyun.

Logika aja gaes, mana ada orang yang di menit sebelumnya ngajak pacaran eh sekarang ngatain.

Bima doang emang yang begitu!

"Katanya nemeninnya sambil diem. Gimana sih?" Tian akhirnya buka suara.

"Malesin banget punya bos labil gini. Tadi disuruh diem, udah diem dikatain budeg. Kan bos kampret." Ia balas mengejek.

"Sensi amat elah. Lagi haid lu?" Bima ganti posisi, meletakkan dagunya di bahu Tian.

Ini kalo orang lain pasti udah baper, sedekat ini sama si bos. Maju dikit rahangnya udah kena cium.

Sayangnya hal itu tidak berlaku buat seorang Tiandaru.

"Lagi kurang duit." Ia membalas sekenanya.

"Nah.. solusinya pacaran sama gue. Mau duit berapa, ntar dikasih." Bima menawarkan diri, nggak bosen-bosen.

"Ogah.. Maunya uang halal." Tolak Tian, as always.

"Lah, emang duit gue haram? Hasil kerja ini, bukan hasil ngepet." Pria yang lebih besar membalas tak terima. Ngegas lagi dia.

Sabar.. Sabar.. Orang sabar kamar kost-nya lebar.

"Maksudnya, kalo gue punya duit cuma gara-gara hasil pacaran sama elu, atau sugar daddy lainnya itu bukan duit halal buat gue." Tian menjelaskan.

THE WEDDING AGREEMENT S2 (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang