Bima menegakkan tubuh, matanya beralih dari laptop ganti memandang pintu. Seseorang barusan membukanya tanpa mengetuk. Namun teguran tak jadi keluar dari bibirnya ketika tahu siapa yang melangkah masuk.
"Hai uncle.."
Senyum lebar otomatis terlukis di wajah.
Menutup jendela aplikasi excel setelah menekan cepat tombol CTRL dan S bersamaan, Bima kemudian bangkit dari kursi, menyambut tamu spesialnya.
"Hai cupcake.." Ia balas menyapa. Tangannya meraih bahu kecil sang keponakan untuk dipeluk.
Bima menghirup nafas dalam-dalam. Ingin menyerap semua aroma manis yang keluar dari tubuh yang ada dalam dekapan.
Meski sering mencuri kesempatan, namun ia seakan tak pernah puas memeluk dan dipeluk oleh pria paling spesial dalam hidupnya ini.
Niel adalah moodbooster-nya, vitamin yang dibutuhkan tubuhnya.
"Kenapa lesu gitu mukanya?" Tanya Bima perhatian setelah keduanya duduk bersisian di sofa.
Ia selalu peka mengenai apapun yang berhubungan dengan Niel. Beda dikit, Bima langsung tahu. Seperti sekarang ini, wajah si cantik kesayangan nampak suram.
"Pusing. Aku ngadem sini dulu boleh ya?"
"Ngapain minta ijin. Aku seneng malah kalo kamu sering-sering main kesini." Bima menjawab manis.
Jika awal hubungan mereka dimulai dengan Bima yang sering manja, sekarang setelah satu tahun lebih tinggal bersama, ganti Niel yang kadang bersikap manja ketika sedang berdua.
Pria muda itu dengan santainya menyandarkan kepala di bahu sang paman. Tidak menyadari efek samping yang ditimbulkan dari perilakunya.
Duh.. gimana Bimasena mau move on, kalau ada Niel yang suka rela nyender di bahunya.
Mana anaknya pelukable. Belum lagi bau wangi shampoo menguar dari rambut dikepala, membuat Bima ingin menenggelamkan diri disana, mengecup rakus.
"Lu parah mas. Dosa lu bakal dobel-dobel! Udah gay, incest, pedo lagi!"
Suara cercaan Tian tiba-tiba kembali terdengar mengisi kepala, mengingatkan Bimasena akan posisinya.
Aargh! Setan emang si bocil. Orangnya nggak keliatan aja masih bisa bikin Bima kesel!!
Awas aja nanti kalo ketemu, bakal diketekin sampe mampus!
"Uncle pernah bosen nggak ngurusin semua cafe ini?" Pertanyaan Niel membuat Bima kembali fokus pada si cantik dalam dekapan.
"Nggak pernah sih kayaknya. Hidupku sebelum kamu datang tuh cuma ada kerja, kerja, dan kerja."
"Aku malah bingung kalau nggak ada yang dikerjain."
"Kenapa? Kamu lagi bosen sama kerjaan?" Bimasena selalu menggunakan suara lembutnya khusus untuk keponakan satu-satunya.
Niel mengangguk pelan, nafasnya dihela. Wajah cantik itu nampak cemberut.
"Pengen cuek, bodo amat tapi ternyata tanggung jawabku banyak." Niel mengeluarkan uneg-unegnya.
"Kamu punya banyak asisten. Ada aku sama ayahmu juga yang pasti bantuin. Apa yang bikin kamu bosan, hm?" Bima bertanya, tangan mengelus sayang rambut pria yang lebih muda.
"Apa ya.. bosen aja, tiap hari meeting mulu, ngeliatin laporan, proposal." Curhat Niel.
Bima mengulum senyum. Nggak tahu kenapa, tapi ia selalu senang setiap kali Niel berkeluh kesah padanya.
Niel punya banyak orang yang menyayanginya. Jadi Bima merasa setingkat lebih tinggi setiap Niel memilihnya sebagai tempat curhat.
"Ya udah.. kalau bosen ditinggalin dulu. Kamu punya ratusan ribu karyawan yang udah paham jobdesk-nya masing-masing. Semua bakal tetap berjalan sesuai track meski ditinggal sebulan dua bulan." Ujar Bima menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING AGREEMENT S2 (ON GOING)
Romansa[SIDE STORY THE WEDDING AGREEMENT] Bimasena Adrian Russel membutuhkan seseorang untuk dijadikan pendamping hidup secepatnya, agar pemuda cantik yang diam-diam dicintainya tidak tahu perasaan yang ia miliki. Sabdayagra Tiandaru Ariacitta membutuhkan...