Pasal 09.

1.7K 246 91
                                    

Bimasena dan Tiandaru stay di London hampir dua minggu lamanya, mundur jauh dari rencana semula yang hanya seminggu.

Berbeda dengan pasangan pengantin baru lainnya yang banyak scene romantis selama masa honeymoon, keduanya lebih seperti sepasang ayah dan anak yang sedang piknik bersama.

Destinasi yang dituju pun tempat rekreasi populer yang sering dikunjungi wisatawan jika datang ke London.

London Eye. Big Ben. Tower of London. Buckingham Palace. London Zoo. Warner Bros Studio. Legoland. Sea Life.

Mana sengaja nggak pake kendaraan pribadi. Bima dan Tian lebih suka pergi kemanapun naik transportasi umum atau jalan kaki menyusuri jalanan London.

Ah ya.. sampe lupa, satu destinasi lagi. Tian sempat merengek minta diajak ke Hyde Park, taman yang lumayan sering disebut dalam historical romance, salah satu genre novel favoritnya.

"Biar berasa kek bangsawan mas, nongki disana. ---Sabdayagra Tiandaru Russell, Earl of nggak tau daerah mana." Kata Tian saat itu.

"Heleh, muka lokal kek elu, nggak usah ngehalu terlalu tinggi pengen jadi bangsawan Inggris. Ketabrak pesawat, jatuh ntar nanges!" Bimasena menimpali savage.

Padahal sebenarnya yang terjadi, ada perasaan senang berlebih ketika mendengar Tian mengubah nama belakangnya sendiri, disamakan dengan nama keluarga Bima.

Ia tidak tahu semenjak kapan, tapi rasanya Tian membuat hidupnya lebih berwarna. Tawa lebih sering menghiasi bibir semenjak pemuda itu mengiyakan tawaran pernikahan kontrak darinya.

Ah, semoga setahun dua tahun ini tidak cepat berlalu. Biar Bima menikmati dulu punya Tian dalam rangkulannya.

Mereka membeli banyak oleh-oleh untuk keluarga dan sahabat, juga semua souvenir yang menarik perhatian Tian.

Pokoknya setiap kali si bocil teriak gemes 'iih lucunyaaa..' Bima akan langsung membeli barang tersebut.

Nggak ada lagi sebutan tuan Krab, karena Bima santai aja kehilangan uang demi senyum cerah sang suami.

Honeymoon rasa study tour ini nggak cuma nyenengin Tian kok, Bima pun menikmatinya. Ini seperti menebus masa mudanya yang dulu hilang karena dihabiskan dengan bekerja keras.

Bersama Tian yang masih berumur 23 tahun, jiwa muda Bima seakan bangkit kembali, ikut menikmati hal-hal receh yang disukai suaminya.

"Hari ini destinasi kita kemana mas?" Tian bertanya ketika mereka berjalan keluar dari lobby hotel.

"Dah ikut aja. Jadwal hari ini ngabisin duit." Bima menjawab songong.

"Hah?" Tian cengo mendengar kalimat terakhir yang diucapkan suaminya.

Tapi tak ada lagi penjelasan, Bima hanya menaik-naikkan alis, lalu memasang kaca mata hitamnya penuh gaya.

Hari terakhir mereka ada di London, Bima menyewa sebuah mobil mewah dan membawa suaminya berbelanja masuk satu persatu rumah mode brand ternama dan memborong banyak outfit.

"Mas Bima, yang bener aja! Ngapain beli baju sebanyak ini?" Tian protes keras. Matanya terus melotot ngeri setiap kali Bima mengambil kemeja atau celana ukurannya dan meminta pramuniaga untuk dibungkus.

"Gue udah janji kan kemarin, bakal bawa lu ke ketok mejik. Nah ini kita lagi ke beberapa tempat ketok mejik." Bima menjawab kalem.

Tian menghembuskan nafasnya kasar.

"Ketok magic itu semacam bengkel mas Bimaaaaa. Lu bawa gue ke butik dari tadi!" Omelnya geregetan.

Si objek omelan cuma nyengir santai, mengibaskan tangan seolah itu bukan hal besar.

THE WEDDING AGREEMENT S2 (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang