"Ini ada 4 kamar, terserah lo pada mau nempatin yang mana." Tutur Haidar pada kelima tamu nya yang kebetulan sampai bebarengan.
"Ada satu orang yang nempatin kamar sendiri, sisanya cari partner." Ujar Haidar santai sambil menyeruput kopi yang baru saja ia bikin di pantry. Maklum, Haidar sudah menempati rumah ini sejak kemarin.
"Gue sama Haidar." Serbu Jerico cepat.
"Gak. Gue yang sama Haidar." Juan tak ingin kalah saing, dirinya sangat ingin berada disatu kamar dengan Haidar.
"Apaan lo semua, yang sekamar sama Haidar itu gue." Jidan tidak memberikan celah untuk kedua anak itu.
Haidar hanya diam memperhatikan sembari bersantai di sofa, dirinya merasa menjadi orang penting disini, "Segitu berharganya gue dihidup kalian?" Tanya Haidar berbangga diri.
"Marka biar dikamar sendiri. Gue sama Chanan sekamar. Deal ya, sono dah lo bertiga lanjutin debatnya, gue mau ke kamar dulu." Final Rian yang tidak ingin ambil pusing.
Chanan juga setuju dengan keputusan Rian, Chanan mengikuti Rian dari belakang sembari menyeret 3 koper besarnya. Untung saja Rumah yang ditempati saat ini sangat luas, sehingga tidak perlu mengurangi pernak-pernik koleksinya.
"Dar, lo jangan cuma diem aja, bantuin ege." Kesal Jidan yang melihat Haidar sangat menikmati perdebatan ini.
"Gue mah sama siapa aja tetep oke bro." Haidar mengubah posisi duduknya yang mulanya bersandar menjadi tegak, "Tapi kalo disuruh milih, gue mau tidur bareng Juan."
"Dih kok gitu?" Jerico tidak terima dengan perkataan Haidar.
"Juan keliatan tenang anaknya sedangkan lo berdua begajulan. Gue gak mau kena virus bobrok kalian." Ungkap Haidar santai.
"Sianjing." Desis Jerico.
"Udahlah terima aja. Gue sekamar sama Juan dan lo sama Jidan. Udah ya deal, gue cape mau bobo." Tanpa persetujuan dari keduanya, Haidar berlalu menuju kamar miliknya dengan Juan, jujur saja dirinya lelah diperebutkan.
Juan pun mengikuti langkah Haidar begitu pula dengan Jerico dan Jidan yang tampak pasrah memasuki kamar masing-masing.
"Lo bisa tebak gak siapa yang menangin pertandingan?" Tanya Chanan pada Rian yang sibuk memasukkan pakaian dari koper kedalam lemari.
"Konteks? Pertandingan apaan dah? Perasaan piala dunia masih lama."
Chanan jengah, kenapa Rian ini lemot sekali?, "Ck masa gitu doang lo gak paham si?"
"Ngomong yang jelas dan jangan bikin gue emosi nyet." Sarkas Rian.
"Jerico, Jidan sama Juan. Lo pikir siapa yang bakalan menang ngerebutin partner sekamar bareng Haidar?" Jelas Chanan.
Tanpa pikir panjang, Rian langsung memberi jawaban, "Gue sih Jerico, kalo menurut lo?"
"Yakin banget jawaban lo, kalau gue sih Jidan."
"Kenapa begitu?"
"Keliatan banget Jidan ngotot mau sekamar bareng Haidar. Gue liat juga cuma Jidan yang bisa nyablak ke Haidar. Mereka berdua kayak besti sefrekuensi."
"Dibanding Jidan, Jerico lebih deket sama Haidar." Bela Rian.
"Lo berdua ngeributin apa sih?" Tanya Mark yang tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu kamar mereka berdua sambil memandang aneh kearahnya.
"Ini si Chanan nyuruh gue nebak siapa yang akhirnya jadi partner Haidar."
Mark mengangguk, "Oh, Juan yang sekamar sama Haidar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Cahaya Pulang
Teen FictionBagaimana jika 6 pemuda yang hidupnya hancur dipertemukan dengan laki-laki somplak dengan segudang lawakan yang bisa membuat semua orang terpingkal? Bagaimana jika akhirnya ketujuh pemuda tersebut memutuskan untuk tinggal bersama dan memulai hidup d...