Haidar benar-benar kesal dengan kakak keduanya. Baru kali ini Haidar didiami berhari-hari. Sebelumnya mereka tidak pernah bertengkar, kalaupun bertengkar paling lama 2 jam lalu kembali seperti semula.
"Ju, gue stres gak tertolong."
"Ya lagian lo ngapain ngelawan abang lo, bodo." Juan menggetok pelan kepala Haidar yang menempel di meja dapur menggunakan sendok sayur.
"Ihh sakit." Nyalak Haidar galak.
Juan terkekeh lalu kembali mengaduk sayur sop yang ada dipanci, "Ya udah mau gimana lagi? Sabar aja sih kata gue. Tungguin, paling gak lama dah baikan."
"Baikan engga, asing iya." Ujar Haidar yang semakin galau, "Gimana dong, Ju? Abang marah besar kayaknya."
"Abang lo suka makan apa?"
"Ah gak seru, gue ngomong apa, jawab apa."
"Iya bayiiiiii, ini gue juga lagi ngasih solusi." Gemas Juan sambil memencet keras pipi Haidar.
"Solusi apaan pake nanya makanan kesukaan abang."
Oh god, apakah pria yang sedang menempelkan pipi di meja ini sedang cemburu?
Emang kalau orang berantem bakalan lebih sensitif ya?
"Gue gak mau ambil abang lo, gila." Ujar Juna.
"Ya kan bisa aja, abang lo kan gak peduliin lo, lo pasti bakalan ambil kesempatan waktu gue renggang."
Mata Juan melotot, memang bocil satu ini (Anjir gue lupa mau nulis apa, keburu adek gue masuk kamar jadi lupa semua.)
"Ya meskipun abang lo itu kakakable banget, gue juga gak mau ngambil, goblok. Otak lo geser ya?"
Haidar menghela nafas nya kasar, memeluk Juan dari belakang sambil menumpukan kepalanya dipundak sang sahabat, "Gue ngerasa dunia gue ancur, Jun."
"BANGSAT DRAMA BANGET LO TAI." Jerico berteriak.
"GELI ANJENGGGG."
Haidar yang mendengar celetukan teman-temannya langsung merosot ke lantai, menangis tersedu dengan alay.
Juan terbahak ditempat, mengangkat tubuh yang sedikit lebih kecil darinya untuk kembali berdiri, "Jangan diganggu, anaknya lagi galau."
"Woy mending lo diem daripada anaknya tantrum. Gue belum beli obat soalnya." Mark menyahut sambil mengambil tubuh Haidar yang diserahkan oleh Juan. (Anying kayak barang aje lu dar.)
Haidar bertumpu ditubuh Mark, membuat seolah-olah tubuhnya tanpa tulang.
"Mark masa Juan mau ngambil abanggggg, gue sedih banget." Ucap Haidar yang melapor.
"PELAKOR ANJING." Jerico kembali berteriak. (Sumpah abu lahab banget lu Jer)
"Gue gak begitu bangsat." Juan kembali menarik tubuh Haidar yang bersandar ditubuh Mark.
Kini Juan menumpu dengan memegang erat pinggang Haidar, "Gue nanya makanan kesukaan bang Jer karena mau ngajarin lo masak buat dikasih ke abang lo, dasar bocah tolol." Habis sudah kesabaran Juan.
"TAU TUH BOCAH TOLOL." Lagi-lagi Jerico menyahut. Menyulut api dari salah satu penghuni.
GUBRAK.
Terdengar suara nyaring yang disebabkan Riyan menendang Jerico hingga jatuh ke lantai.
"Mampus, lo berisik, goblok." Chanan ikut kesal dengan Jerico yang sejak tadi membuat suasana makin panas. "Thanks Riyan." Lalu berterimakasih pada Riyan yang sudah mewakilkan kekesalannya.
"KDRT ANYING." Pekik Jerico sembari mengelus pantatnya yang mendarat duluan.
Haidar tak mempedulikan keributan, kini matanya menatap Juan dengan binar haru, "Kenapa gak ngomong sih sayang, tau gitu kan gue gak salah paham."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Cahaya Pulang
Teen FictionBagaimana jika 6 pemuda yang hidupnya hancur dipertemukan dengan laki-laki somplak dengan segudang lawakan yang bisa membuat semua orang terpingkal? Bagaimana jika akhirnya ketujuh pemuda tersebut memutuskan untuk tinggal bersama dan memulai hidup d...