TIN
TIN TIN
TIN TIN TIN
TIN TIN TIN TIN
"SEKALI LAGI LO NGE-TIN, GUE GEBUK LU, MONYET." Teriak Jerico menggebu.
Jefrey tertawa puas, melihat bagaimana penampilan gembel Jerico. Anak itu keluar dengan piyama berwarna biru, lengkap dengan bantal yang masih berada dipelukan.
"Bangun bego, ini udah jam berapa." Sahut Jefrey masih dengan tawanya yang tak kunjung pudar.
"Lo tolol apa gimana? Gak ngerti kalo sekarang itu weekend? Lo ganggu hari tenang gue bangsat."
"Lo yang tolol, ada tamu bukannya suruh masuk malah di maki-maki." Sambar Riyan yang melihat perdebatan diteras rumah, "Masuk bang, tumben amat lo kesini? Haidar bikin ulah apalagi?"
"Gak bikin ulah sih." Jawab Jefrey sembari melangkah masuk ke dalam rumah dan duduk diruang tengah.
"Trus?" Tanya Riyan penasaran.
Jefrey mengernyit, "Lah ini kan minggu."
Riyan ikut mengernyit, "Mang napa kalau minggu?"
"Minggu itu jadwal gue ketemu Haidar."
"Pantes tuh babi tiap minggu udah absen aja dirumah, ternyata lagi ngepet harta lo." Mark ikut nimbrung diruang tengah, duduk disamping Jefrey sembari memasukan beberapa cookies gosong buatan Haidar.
Jefrey mengangguk setuju. Haidar cocok dijuluki si babi ngepet.
Tiada hari tanpa minggu yang banyak makanan. Sepulang Haidar dari luar, Haidar selalu membawa banyak sekali makanan dan akan mereka makan saat malam hari sembari menonton serial Netfl*x ditelevisi.
"Tuh anak emang demen malak gue." Kata Jefrey, "Btw mana bocil gue? kok belum keliatan." Mata Jefrey memutar mencari sosok kecil kesayangannya.
"Susul aja bang, tadi gue turun anaknya masih goleran dikasur." Kali ini Juan yang menjawab.
Jefrey mengangguk, "Misi ya gue masuk kamar lo."
"Santai napa sih, kayak sama siapa aja lo bang."
dikamar Juan-Haidar.
"Woy dah siap belum?" Tanya Jef yang melihat Haidar fokus dengan ponsel pintarnya, jari gemuk itu sibuk menggulir keatas dan kebawah.
"Sttt diem dulu."
"Ngapain sih serius amat?" Jef memasukkan badannya ke dalam kamar Haidar, ikut mengintip isi ponsel yang membuat bayinya memasang muka serius bak orang yang sedang mengerjakan soal UTBK.
"BANGSAT LO NGAPAIN ANJING??" Teriak Jefrey kencang yang mana membuat seluruh penghuni kalang kabut untuk mendatangi sumber suara.
Termasuk Jerico yang kembali kaget untuk kedua kalinya, berdiri didepan pintu kamar sembari membawa panci pink kesayangan Chanan untuk dipakai beraksi menebas kepala dua makhluk astral itu.
"TONTONAN LO MAKIN GAK BERAKHLAK DAR DAR, GUE ADUIN BAPAK LO, BARU TAU RASA."
Haidar yang mendengar pekikan nyaring itu langsung dengan sigap mematikan ponselnya sembari duduk tegap, menatap Jefrey penuh takut.
Jefrey yang melihat Haidar ketakutan malah semakin semnagat mengerjai adik manisnya, "Bagus, pinter lo begitu? Berdamage menurut lo?" Tanya Jefrey sembari bersedekap dada.
"A-abang kok bi-bisa disini?"
"Jawab pertanyaan gue dulu."
Haidar nyengir canggung, "Hehe maaf abang, Idar kira tadi Jerico, gak tau nya abang."
"Bukan jawaban itu yang gue mau."
Skakmat, sudah makin runyam aja ini masalahnya, "I-ini cuma trend aja abang, adek gak sengaja pencet trend tobrut di laman tik*ok."
"Tobrut?" Tanya Jef bingung.
"Toket brutal, anying." Fronral Jerico yang malas melihat Jef yang tidak tahu istilah apa itu.
"Adek kemarin dikasih liat Jerico, abang. Makannya adek penasaran dan buka lagi. Maaf ya abang, adek salah."
"Gue lagi asu yang kena," Lelah Jerico, tubuhnya berbalik lemas meninggalkan pusat kericuhan. menyeret langkahnya untuk kembali tidur dan berdoa semoga tidak ada hal yang terjadi untuk ketiga kalinya.
Jidan geleng-geleng kepala, "Jaman sekarang mah udah gak heran lagi bang sama yang begituan. Lo santai aja, Haidar juga pasti tau batasan."
Mark mengangguk, "Pendem amarah lo, gue gak mau liat Haidar manyun gara-gara lo marahin. Sekarang ayok turun, sarapan udah siap."
Mereka semua mengikuti kemana Langkah kaki Mark berjalan, dan tujuan mereka hanya satu. Ruang Makan.
"Sori bang seadanya, belum beli bahan bulanan soalnya." Ucap Jidan sopan.
"Aman, gue seneng dapet makanan sehat."
Jefrey menyiduk satu centong penuh nasi, memilah beberapa lauk hingga tampilan piring nya berbentuk seperti tumpeng.
"Gak sekalian lo bawa kertas nasi? Bungkus dah nih semua makanan." Sindir Chanan.
"Rakus amat lo, sapi." Cabik Riyan tak berperasaan.
Jefrey yang menerima hujatan hanya bisa terkekeh kaku.
"Btw mana Jerico?" Tanya Juan.
"Masih tidur kayaknya."
Jidan reflek berteriak kencang, "JERICO BANGUN LO, ANJING. AYOK MAKAN SINI, KEBURU HABIS SAMA PERUT BABI BANG JEF."
1
2
3
BUAGH
Terdengar lemparan nyaring yang berasal dari sofa ruang tamu.
"JANCOK APALAGI SIH YA TUHAN????? GUE CUMA MAU TIDUR KENAPA HARUS ADA BADAI ANGIN PUTING BELIUNG SIH BANGSAT." Jerico teriak frustasi, melempar bantal yang ada digenggamannya kearah kaca hingga menimbulkan suara keras.
tidak lama dari itu, terdengar suara tawa bersahut-sahutan, merasa puas telah membuat Jerico marah.
......
"Weekend ini mau kemana?" Tanya Jefrey yang sekarang sudah duduk manis di kursi pengemudi, sedangkan Haidar duduk dikursi penumpang bagian depan.
"Gak tauuu, terserah lo ajadah, gue males mikir."
"Yaelah gue juga bingung nih mau kemana."
Haidar berdecak, "Ya lagian kemarin gue udah bilang kalau ke pantai ajaaa tapi lo nya gak mau."
Haidar kesal, pergi ke pantai saat weekend adalah salah satu list nya dimusim panas ini, tapi Jefrey mengacaukan semua.
Jef menarik nafas dalam, matanya menari ke kanan dan ke kiri, memperhatikan sekitar.
Tertuju pada keramaian diseberang jalan, nampaknya ada festival semacam pawai yang diselenggarakan disana, tak butuh waktu lama Jefrey segera memarkirkan mobilnya dan mengajak Haidar untuk keluar.
"Ngapain dah kesini?" Taya Haidar bingung.
Jefrey menunjuk kearah depan menggunakan dagu nya, Haidar mengikuti arah pandang Jefrey, mata Haidar berbinar kala melihat kerumunan banyak orang yang berdiri disana.
"Asik ketemu banyak orang." Pekik Haidar kesenangan.
Jefrey hanya menggeleng melihat tingkah sang adik.
"Bener-bener extrovert." Batin Jefrey.
.....
jangan lupa komen nya kakak kakak.
komen mu semangat ku, anjaaayyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Cahaya Pulang
Roman pour AdolescentsBagaimana jika 6 pemuda yang hidupnya hancur dipertemukan dengan laki-laki somplak dengan segudang lawakan yang bisa membuat semua orang terpingkal? Bagaimana jika akhirnya ketujuh pemuda tersebut memutuskan untuk tinggal bersama dan memulai hidup d...