9.

155 22 4
                                    

Kenangan indah yang terekam megah dalam jiwa, susah dilupa tapi tak dapat didamba. Wahai Zahra Almira, aku tersesat dalam bahtera cinta sepihakmu, berilah lentera cahaya untuk dapat ku kembali menemukan dermaga berlabuh ku. Aku lelah.

"Vin, cinta itu seperti apa sih?"

Aku bersama kevin tengah berada di ruangan residen, istirahat sejenak setelah hampir seharian mengikuti dokter Berta visit pasien bersama rekan-rekan residen dan anak koas.

Kevin memutar kursinya sejajar dengan ku "eumm...Cinta itu cantik, pintar, dia artis blesteran yang kalok ngomong sedikit kebarat-baratan. Sekarang kabar nya dia udah jadi bintang film hollywood, Bang".

China Jawa satu ini memang susah diajak serius, tidak tau kalok aku sedang butuh pencerahan.

"Vin gue tanya serius" balasku jengah.

"Gue malah dua rius Bang. Apa mau tau Cinta yang kearifan lokal, dia anaknya pesulap merangkap tukang hipnotis, tapi sekarang kabarnya mau nyaleg sih Bang. Beuh Cinta sekarang cantik banget, kuliah di luar negeri lagi."

"Vin, gue tonjok beneran ya muka lu. Gue serius. Ayolah, tolong!"

Apa-apaan Kevin ini, ditanya cinta malah membahas cinta yang lain. Bahas tukang hipnotis, tukang akting yang sekarang beramai-ramai ikut berpolitik, entah potensi apa yang mereka tawarkan. Lupakan, kita tidak akan membahas politik, tapi cinta.

"Hehe..." Kevin terkekeh "bagi gue sih cinta itu ikhlas Bang. Saat kita ikhlas menerima kurang lebihnya seseorang. Saat kita ikhlas menatapnya bersanding dengan orang lain."  Jelasnya.

Aku memejamkan mata, aku takut rasaku kepada Mentari Aulia hanya nafsu belaka. Aku sayang Tari, tapi aku tidak bisa melupakan Zahra. Brengsek memang.

Aku membuka mata kembali, dan menatap Kevin berharap mendapat jawaban "apa beda sayang dan cinta?"

"Levelnya sih, Bang. Menurut saya cinta itu lebih tinggi kastanya, rasa sayang bisa untuk siapa saja. Kalau rasa cinta hanya untuk orang tertentu."

Aku mengangguk setuju, "kalok nafsu, Vin?"

"Nafsu lebih ke rasa ingin memiliki sih, Bang. Sebatas keintiman fisik dan seksual. Beda dengan cinta yang melibatkan keintiman emosional, spritual dan mental." Ucap Kevin seraya menelisik wajah ku curiga.

"Bang Aksa kenapa nanya gitu, gue jadi curiga Abang lagi ada masalah sama Mentari." Dia memincingkan mata.

Aku menggaruk kepala belakang ku bingung, harus bagaimana aku menjelaskan "Vin menurut mu jatuh cinta itu apa bisa dua kali? sedangkan  orang di luar sana beranggapan pria cuma bisa jatuh cinta sekali seumur hidup, sisanya hanya melanjutkan hidup."

Fenomena zaman sekarang, sebagian golongan beropini bahwa menikah itu sekali seumur hidup, sisanya hanya melanjutkan hidup. Kadang itu hal yang membuat ku bertanya, apa iya cinta ku habis di Zahra?

"Eum... cinta itu berproses, Bang. Cinta bisa bertumbuh asalkan kita mau. Pernah denger pepatah Jawa witing tresno jalaran soko kulino. Gue rasa cinta dua kali itu ada, asalkan kita mau dan terbiasa dengan sesuatu yang baru."

Aku mengangguk. Sepertinya aku telah menemukan jawaban yang selama ini aku cari.

"Tolong nanti aplusan jaga ya. Gue tidak mau tahu." Aku berkemas, merapikan tumpukan buku di meja, dan memasukan beberapa yang penting ke dalam tas yang ku bawa.  Memakai sneli ku dan menyamber kunci mobil.

"Gue duluan, tolong kali ini bantu gue agar undangan pernikahan segera lu terima".

Kali ini aku tidak mau kehilangan untuk kedua kali. Ya Tuhan jika padamu kami boleh kembali meminta, izinkan saya kembali ke hati nya untuk jatuh cinta.

Mentari Rindu (Series Dejanira) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang