~Jatuh cinta denganmu adalah patah hati yang sengaja ku ulang~
Pradipa Aksadaru N.
Banyak orang suka mengingat sebagai bentuk rasa syukur tentang bahagia yang pernah dilewati. Ada pula yang mengingat sebagi ratapan diri akan perih yang pernah terlalui.
Sebab Tuhan menciptakan ingatan bukan tanpa sebab. Terlepas dari duka ataupun bahagia, ingatan ada sebagai gerbang. Entah gerbang menuju masa depan atau gerbang mengingat masa lalu yang tak bisa hilang.
Kali ini izinkan aku untuk kembali mengingatnya, sebagai bentuk rasa syukurku karena pernah mengenalnya. Dia lah Dejanira, si penyebar cinta. Bukan hanya untuk ku, Lettu Laut (K) dr. Pradipa Aksadaru Nugraha, tapi juga anak-anak di seluruh Nusantara.
Tiga tahun silam. Aku melihatnya untuk pertama kali. Gadis ayu laksana Dewi Uma. Tokoh cantik pewayangan yang pernah diceritakan Bunda.
Gadis ayu itu berjalan sedikit kesusahan, membawa tas punggung hitam dan mendorong sebuah troli. di terminal kedatangan Sentani, aku merasakan jantungku berdetak hebat untuk yang pertama kali. Netraku tak lepas memandang wajah ayu itu, berjalan celingukan mencari seseorang.
“Izin, Dokter. Apa betul itu gurunya?” Tepukan Prada Algi membuyarkan atensiku mengagumi ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna.
Aku hampir lupa. Kedatanganku ke sini karena mendapat tugas menjemput tenaga pengajar dari tanah Jawa yang katanya masih berusia muda. Tapi sialnya aku tak tau nama dan rupanya seperti apa.
“Entahlah, Gi. Mana saya tahu. Komandan tidak ngasih clue apa-apa.”
Jantungku hampir lepas dari tempatnya kala gadis ayu itu semakin berjalan mendekat, ke arah ku dan tentara muda angkatan darat yang kini berdiri tercengang di sampingku.
“Onde mande. Rancak bana perempuan tu.”
Aku tak menampik ucapan berlebihan prada Algi. Nyatanya gadis ayu itu memang sangat cantik dari jarak sedekat ini. Dia terus berjalan dengan amat anggun, melepas kaca mata hitam dan menyelipkannya di kerah kemeja warna hitam. Hatiku berdesir kuat, jantungku berpacu cepat. Gadis ayu itu berhenti 2 m di hadapanku.
“Om-om ini tentara dari distrik Keeorom kah?”
Aku membeku kala bibir mungil yang terpoles lipstick warna soft pink itu bertanya. Suaranya merdu nan mendayu. Netra teduhku tak berkedip, dalam hati terus merapal istighfar. Pesona gadis ayu ini terlalu menyilaukan pandangan.
“Siap. Betul mbak. Mbaknya guru baru yang dari Jawa itu?” Prada Algi buka suara.
“Betul om.”
Senyum gadis ayu itu terbit, laksana arunika pagi yang muncul di balik bukit. Hangat tapi menyejukkan.
“Iyakah mbak? Dari penampilan mbak saja saya kok tidak yakin. Mbak bisa bertahan di tempat seperti ini.” Aku ikut menimpali.
Bukan mau meremehkan, melihat tampilan elegant gadis ayu ini rasanya tidak mungkin dia mampu bertahan di perbatasan yang serba kekurangan.
“Kenapa penampilan saya om? Kayak anak metropolitan?”
Senyumnya pudar, berganti dengan raut menantang. Mata bulat berhias bulu mata lentik itu melotot, memandangku yang mendadak kikuk. Apa aku salah berucap?
“Bukan. Saya tidak ber...”
“Tak apa. Saya tahu, semua orang meremehkan kemampuan saya. Bahkan keluarga saya sendiri.”
Ada kegetiran dalam ucapannya. Entah apa permasalahan yang dia punya. Tapi aku mampu melihat kegigihan dalam netra hitamnya.“Perkenalkan nama saya Zahra Almaira, putri purnawirawan jenderal marinir TNI, gadis metropolitan yang rela meninggalkan gemerlapnya kota demi kemajuan anak negeri. Tolong antarkan saya ke tempat tugas, saya akan menunjukkan ke kalian bahwa saya bukan gadis manja.”
Ucap gadis ayu itu penuh emosi seraya mengulurkan tangannya yang berhiaskan jari lentik tanpa sebuah cincin di jari manis. Senyumku terbit entah kenapa. Rasanya lega saat tahu gadis ayu ini belum ada yang punya.
“Pradipa Aksadaru. Panggil saja Aksa. Maaf kalau ada perkataan saya yang kurang berkenan di hati.....”
“Rara. Panggil saya Rara atau Zahra.”
Senyum anggun itu kembali terbit, menghiasi wajah ayunya yang nampak natural tanpa riasan berlebihan. Dia gadis sempurna. Maha karya Tuhan yang amat luar biasa.“Mari ikut saya. Saya antarkan bu Zahra ke tempat tujuan.”
Semenejak saat itu kami sering bertemu, bercengkrama layaknya teman. Seiring waktu berjalan aku semakin mengagumi sosoknya yang amat menakjubkan. Dialah Kartini masa depan. Penghapus gelapnya kebodohan.
Aku salah, dia tidak seperti wanita metropolitan pada umumnya. Dia berbeda, Rara memiliki tekad dan mimpi yang kuat. Kecintaannya kepada negeri ini juga nampak teramat. Mudah bagi dia untuk membuat siapa saja jatuh. Jatuh hati bahkan jatuh cinta.
Keluwesannya dalam mengajar, kepintarannya dalam berbicara, kecantikannya yang mempesona. Pria mana yang tak menginginkan gadis seperti dia? aku rasa semua pria akan berlomba untuk mendapatkan cinta Zahra. Termasuk aku.
Ku akui, aku telah terperosok jauh dalam pesona luar biasa gadis ini. Aku jatuh hati, aku jatuh cinta, hingga tak tahu bagaiman cara menghilangkannya.
Butuh waktu yang lama aku bisa lepas dari bayang gadis itu. Gadis Ayu yang telah membawa lari cintaku, mengembok hatiku dan membuang kuncinya ke dasar lautan dalam, sampai aku sukar membukanya.
Ini memang terdegar bodoh. Sebagian orang pasti menganggapku gila. Aku memang gila karena masih berharap pada sosok yang jelas-jelas tak akan pernah bisa ku miliki.
Karena kini, Zahra sudah berbahagia dengan keluarga kecilnya.
Dalam balutan baju hijau pupus, Zahra duduk di kursi khusus tamu VIP. Di bawah payungan tenda dia tertawa lepas bersama para istri petinggi kesatuan dari 3 matra. di hari ulang tahun TNI aku kembali melihatnya, setelah sekian purnama tak bersua.Aku kembali melihat tawa perempuan itu, wajahnya kian cantik, aura keibuannya makin terpancar karena dia telah melahirkan seorang putri kecil yang kini ada di pangkuannya.
Dari jarak sejauh ini, aku bisa melihat Zahra amat bahagia, hidup dengan pilihannya, cinta sejatinya, Kapten Inf Manggala Yudha yang kini mengahampiri istri dan putri tercintanya.
Aku tersenyum lembut. Bayangan Zahra akan memakai baju biru itu hanya angan semu. Aku harus menelan pahitnya kekecewaan. Cinta sendirian. Rasanya layu sebelum berkembang.
Tak apa, mencintainya memang patah hati yang sengaja ku ulang. Tapi itu dulu sebelum Mentari Rindu ku datang.
Tbc💙
Haloha epribadeh, saya kembali dengan cerita baru rasa lama. Yups, masih seputar dokter tentara dan kisah cintanya wkwkwk..
Ini series dari cerita saya yang Dejanira. Yang dulu sempat request ceritanya dr. Aksa yang ditinggal nikah mbak Zahra dan Mas Yudha, soon.. Selamat menikmati, semoga sesuai dengan angan kalian.
Ini prolognya gimana? Lanjut? Hhh😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Rindu (Series Dejanira)
General Fiction"Akhir sejati dari penantian adalah pertemuan. Seperti aku yang menemukannya, meski melalui jalan kesalahan." ~ Pradipa Aksadaru Nugroho "Manusia punya keinginan, tapi semesta punya kenyataan. Seperti aku yang tak menginginkan, namun takdir pandai m...