06. MANAJER BARU

309 41 31
                                    

Happy Reading! ❤🥰

Mbak Indah pamit pulang setelah menghabiskan segelas es teh lemonnya. Kami sempat berbincang tentang cerita masa kecil. Setahun sekali, dulu setiap perayaan natal, keluarga Mbak Indah berkunjung ke rumah nenek di Parangtritis. Aku, Kak Hana, Mbak Indah, dan anak-anak desa lain suka mencari rumah kerang dan batuan berwarna-warni yang terseret ombak di sekitar pantai.

Rumah Mbak Indah yang di Belanda jauh dari pantai, apalagi hutan dengan jutaan hektar persawahan yang membentang luas seperti di Lampung. Mbak Indah hanya bisa menatap sibuknya jalan raya dan gedung-gedung klasik menjulang di Amsterdam. Dahulu, rasanya aku juga ingin membawa Luna jalan-jalan ke Belanda atau negara eropa lain, tapi tak pernah terwujud. Tidak ada uang, buat makan dan kebutuhan dapur saja terasa sulit.

Aku menatap lekat kartu nama Mbak Indah di tanganku, ada nomer yang bisa kuhubungi di sana. Sebelum pergi, Mbak Indah sempat memberiku kartu namanya. Beliau bilang akan segera mencarikan beberapa karyawan begitu barang-barang untuk mengisi vila datang dan penginapan itu siap dihuni. Sekalian meminta Kang Slamet jadi tukang kebun juga, ada banyak pohon dan tanaman bunga yang akan menghiasi sekitar vila. Kang Slamet bersedia saja bantu mengurus vila asal ada tambahan satu atau dua tukang kebun lagi. Vila sangat luas, tidak mungkin ditangani sendirian.

Mbak Indah bilang, Vila Bumi akan siap dihuni dalam empat atau lima bulan lagi, tahun baru 2021 nanti. Beberapa perabotan barang yang diimpor dari luar negeri terkendala dalam ekspedisi pengiriman akibat pandemi. Covid masih membekukan jalannya perekonomian, membangun penginapan di masa-masa sekarang lumayan susah. Aku menghela napasku berat, rasanya akan banyak yang berubah dari tatanan gaya hidup manusia setelah serangan virus corona ini. Aku memakai masker dan pamit kepada Kang Slamet juga istrinya. Semoga bisnis homestay ini juga bisa beroperasi normal setelah pandemi berakhir.

Setiap malam kulalui, beralih peran dari tulang punggung keluarga kini jadi tulang punggung lawakan di tongkrongan. Denis berusaha membuatku melupakan Luna, tanpa dikatakannya sekalipun, aku tahu. Cara dia selalu mengajakku datang dan main bersama, sudah cukup membuatku paham. Denis kasihan padaku.

Lima bulan berlalu cepat laksana lemparan panah yang lepas dari busurnya, hari ini pembukaan Vila Bumi. Mbak Indah dan suaminya mengundangku dan Kak Hana untuk turut hadir, meresmikan bangunan penginapan itu. Kak Hana juga mengajak Noah dan Arshinta, Mas Niko ada pekerjaan jadi tidak bisa datang. Mbak Indah punya anak terakhir yang masih kecil seumuran Noah, putra keduanya sekitar umur belasan tidak bersedia ikut ke Indonesia, dan putra pertamanya Raka Bumiterra, nama yang menginspirasi vila ini, baru saja masuk kuliah di Belanda. Dia juga tidak bisa hadir. Ketiga anak Mbak Indah semuanya laki-laki.

Noah, Arshinta, dan putra bungsu Mbak Indah bermain di sekitar taman vila. Anak itu juga diajari Bahasa Indonesia oleh Mbak Indah, jadi Noah dan Arshinta tidak kebingungan dengan Bahasa Belanda. Hidung mancung dan rambut ikal pirangnya ikut sang ayah, tapi kulit sawo matang eksotis dan iris hitam khas sekali dengan perawakan orang jawa seperti Mbak Indah.

Ada acara gunting pita dan tumpengan. Meriah sekali upacara peresmian vila ini. Aku selesai makan nasi kuning lebih dulu, Kak Hana masih menyuapi Arshinta yang sudah berumur dua tahun bulan ini. Makannya lahap. Di sisi lain, Noah mengajari Van, putra bungsu Mbak Indah cara makan nasi pakai tangan. Ya ampun, sok pintar sekali Noah. Pakai teori suapan tiga jari segala. Dia memarahi Van saat pakai tangan kiri, sebelum Noah paham kalau Van itu kidal.

Mbak Indah mengajakku berkeliling bangunan vila bersamanya, aku menolak. Aku lebih suka berkeliling sendirian, beralasan sambil merokok. Padahal sebenarnya, aku lebih suka sendirian. Kakiku memasuki bangunan vila, banyak sekali ornamen kayu dan ukiran marmer juga kramiknya didesain tradisional. Banyak barang masih dalam kardus dan plastik. Ada kursi kayu di sebelah kolam renang yang luas nan biru. Vila ini menawarkan konsep private pool yang bagus. Aku yakin, akan banyak turis tertarik datang menginap di sini. Aku duduk sebentar, tidak ada sama sekali niat untuk berenang. Aku tak membawa baju ganti.

𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐚𝐟𝐭𝐞𝐫 𝐑𝐚𝐢𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang