14. RIHANA PRAMESWARI

142 36 140
                                    

Happy Reading! 🥰❤

***

The call to prayer sounds from mosque too loud to disturb our rest.

(Suara adzan dari masjid terdengar terlalu keras hingga menganggu istirahat kita.)
___________________________
________________________________

Ditulis dengan Bahasa Inggris baku yang pasti hasil dari google translate. Itu salah satu ulasan empat orang Korea Selatan yang menginap di vila beberapa hari lalu, dia memberikan rating bintang satu. Menyebalkan sekali. Adzan di luar kuasa kami sebagai pengelola vila, Mbak Indah juga sering mengatakan hal ini. Beberapa ulasan yang terlalu subjektif diabaikan saja, tapi tidak dihapus. Agar semua orang tahu realitanya.

Aku menjambak poniku, sedikit pening merasakan hal sepele mempengaruhi isi ulasan tamu. Ini negara dengan mayoritas muslim, jelas suara panggilan untuk ibadah dikeraskan. Lonceng panggilan gereja di negara-negara eropa juga sama, sedemikian keras. Apakah orang-orang negara atheis itu tidak punya toleransi sedikit terhadap agama? Arrrgggh! Aku mengacak rambutku. Suara adzan baru saja terdengar kedua kalinya di malam ini, mereka menyebutnya waktu isya'. Meskipun nasrani, tahu banyak soal istilah-istilah orang Islam. Aku tumbuh dan besar di wilayah yang katanya islami ini, meskipun dalam praktiknya orang-orang Indonesia tidak semuanya taat beragama.

Seseorang mengetuk pintu ruanganku di lantai dua, aku mempersilahkannya masuk.

"Dibuatin kopi, Mas Rain?" tanya Mbak Ayu. Itu karyawan baru rekomendasi Kang Slamet yang bertugas memasak, menggantikan dua karyawatiku yang mengundurkan diri akibat takut kelakuan mesum dan bejat dari Dimas. Pasti Kang Slamet juga yang memberitahu kalau aku biasa minum kopi malam-malam. Mbak Ayu cukup berumur, bahkan mungkin lebih tua dari Kakakku. Sudah punya anak dua, satunya pun sudah lulus SMA.

"Mboten (tidak perlu)," tolakku. "Mau pulang, Mbak. Abis ini." Aku tersenyum dan menolak sopan. Aku menghormati Mbak Ayu. Dan namanya juga sama seperti nama depan ibuku sebelum dibaptis, Ayu Prameswari. Ibuku seorang muslimah, keluarga Ibuku di Lampung juga Islam semua. Ibuku masuk Kristen sebelum menikah dengan Bapak dan mengganti namanya menjadi Yohana.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, aku memang akan bersiap pulang. Menolak tawaran dibuatkan segelas kopi pahit dari Mbak Ayu. Setelah setengah hari berada di vila, menanggapi banyak keluhan tamu dan karyawan. Aku cukup lelah, rasanya harus ada karyawan baru lagi. Aldo dan Dimas kurang bisa diandalkan. Mbak Ayu bekerja sangat cekatan sehingga mampu menangani banyak urusan dapur sendirian. Aku tak perlu mengkawatirkannya. Nampaknya, Vila Bumi butuh satu karyawan laki-laki lagi untuk piket jaga malam dan bantu pekerjaan berat yang biasa dilakukan Aldo dan Dimas.

Aku sudah berdiskusi dengan Mbak Indah, beliau menyerahkan semua urusan pencarian karyawan padaku. Dia dan suaminya sedang sibuk sekali di Belanda. Mereka juga sama-sama bekerja di Amsterdam. Kalau Mbak Indah sudah punya banyak koneksi di sosial media dan pemilik blogger, bagaimana caraku memasang iklan lowongan pekerjaan? Apa aku pasang di koran saja ya? Sudahlah, itu bisa dipikir nanti.

Kunci mobil tergelak di atas sebuah undangan pernikahan. Iya, itu undangan Nayla. Dia menikah hari ini. Dan aku memutuskan akan datang, tidak sendirian tentunya. Orang idiot mana yang mau terlihat jelas sebagai jomblo di acara pernikahan? Tidak ada, Bodoh. Nayla menyewa sebuah hotel yang lumayan berkelas di Yogyakarta untuk acara pernikahannya. Membuktikan kalau orang tuanya adalah dari keluarga mampu dan berada. Aku juga sudah membaca detail undangan, boleh mengajak seorang pasangan dan anak (jika punya). Sayangnya, orang tampan ini belum berhasil didapatkan oleh wanita manapun. Jadi, aku akan mengajak Kak Hana dan putriku, Arshinta.

𝐑𝐚𝐢𝐧𝐛𝐨𝐰 𝐚𝐟𝐭𝐞𝐫 𝐑𝐚𝐢𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang