chapter 7

169 33 2
                                    

Ryujin lebih dahulu terbangun dari tidurnya, mendapati Yeji yang tertidur dengan posisi duduk di sebelahnya.


Tangan hangat Yeji masih menggenggam tangan Ryujin, dengan perlahan Ryujin mencoba untuk duduk. Memandangi wajah Yeji yang terlihat kelelahan.



Ryujin mencoba melepas genggaman Yeji dengan sangat hati-hati agar ia tidak terbangun, namun usahanya berakhir sia-sia.
Yeji melekatkan genggamannya ketika Ryujin mencoba melepaskan, masih dengan matanya yang terpejam dan wajahnya yang berbaring di ranjang Ryujin, Yeji menyadari ryujin sudah terbangun.


"Istirahatlah sedikit lagi, setidaknya sampai suster membawakan makananmu."


Mau tidak mau Ryujin menuruti perintah Yeji, karena kesalahannya jauh lebih serius sekarang.


Menyelesaikan segala urusan di rumah sakit, Ryujin kini sudah boleh pulang. Wajah Yeji terus menunjukkan wajah datar, disisi lain Ryujin khawatir Yeji akan melaporkannya pada Mr.chaemin (ketua organisasi) Karena bagaimanapun tidak boleh ada data diri yang ditutupi oleh anggota dalam organisasi tempat Ryujin bekerja.


Kini mereka sedang menuju apartemen dengan Hwang Yeji yang membawa mobilnya, walau sempat ragu akhirnya Ryujin memberanikan diri untuk berbicara pada Yeji.

"Itu tidak seburuk yang kau pikirkan, kemarin aku hanya kelelahan Yeji", ujarnya memecah keheningan.

"Sampai kapan kau akan berbohong, sudah ku peringatkan tidak boleh satu hal pun yang ditutupi disini!", ucap Yeji menekankan kalimatnya.

Yeji mendadak menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu mematikan mesin mobil. Ryujin kebingungan namun cemas diwajahnya tidak dapat dipungkiri.

Ryujin sebisa mungkin mengontrol rangsangan emosi yang terasa ingin meledak, Yeji menatap kearah Ryujin masih dengan wajah datarnya.

"Wajahmu tidak pernah kaku, selama ini kau hanya menahannya benarkah begitu?."

"O-ooo.....bisa dibilang seperti itu, tapi aku janji kejadian ini tidak akan pernah terulang kembali, jadi tolong jangan laporkan hal ini, aku mohon."


"Beri aku alasan kenapa aku harus menuruti keinginanmu Ryujin?", ujar Yeji menatap kearahnya.

"Tidak ada alasan pasti, hanya saja jika tidak seperti ini aku tidak tahu bagaimana menjalani hidup", jawab Ryujin dengan menundukkan kepalanya tidak berani menatap Yeji.

"Menjalani hidup? Apa kau yakin semua yang kita lakukan ini bisa disebut menjalani hidup Ryujin?", ujar Yeji dengan wajahnya yang terlihat begitu menyeramkan.

"Aku tidak memiliki tujuan apapun di dunia ini, jika tidak ada yang memerintah ku untuk melakukan sesuatu...aku tidak tahu harus apa."

"Kau bisa melakukan apapun yang kau mau dengan semua uang itu, aku tetap akan melaporkannya", jawab Yeji tidak memperdulikan alasan Ryujin.

Dengan tatapan tulusnya Ryujin menggenggam salah satu tangan Yeji.


"Yeji, untuk kali ini saja tidak bisakah kau menutup matamu?",
Pintanya.


"Tidak, pekerjaan ini berbahaya untukmu walau tidak pernah terjadi tetap saja ada resiko jika kau tetap melakukan pekerjaan ini."


Usaha Ryujin sia-sia, Yeji bukan orang yang bisa dirubah keputusannya begitu saja, dia sangat keras kepala jika sudah memutuskan sesuatu.
Ryujin mengalah, dia sudah siap jika besok harus menerima surat pemecatan. Yeji melanjutkan perjalanannya menuju apartemen.




Murder Weapon  #ryejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang