Hanbin tengah bekerja seperti biasa di minimarket. Sebenarnya alasan Hanbin ingin bekerja paruh waktu di minimarket itu adalah karena dia ingin menambah uang tabungannya untuk pendidikannya di kampus tanpa harus memberatkan orang tuanya.
Hanbin merasa tidak enak pada orang tua angkatnya. Karena itu Hanbin bertekad mencari uang kuliah untuknya sendiri.
Meskipun ayah angkatnya adalah sosok yang mampu untuk membiayainya secara penuh, namun Hanbin tetap saja merasa tidak enak jika harus menerima mentah-mentah.
Karena itu Hanbin memutuskan untuk melamar bekerja di minimarket ini. Toh dia juga hanya kerja paruh waktu, dan jadwalnya tidak pernah bentrok, jadi Hanbin bisa bekerja dengan tenang.
Hanbin tersenyum senang ketika seorang anak kecil berusia tujuh tahun meletakkan dua bungkus permen di atas kasir.
"Kak tadi aku cari yang rasa stroberi kok nggak ada ya?" Anak itu bertanya dengan nada yang cedal, membuat Hanbin harus menahan gemas padanya.
"Duh maaf dik, yang rasa stroberi habis. Besok baru di stok lagi."
Anak itu terlihat kecewa, tapi kembali cerah lagi. "nggak apa-apa deh! Kakak manis soalnya kayak permen! Jadi aku ga kecewa!"
Hanbin pada akhirnya tidak bisa menahan tawanya. Dia semakin gemas dengan anak lelaki itu yang masih kecil sudah tahu menggoda seseorang.
"Nih permennya, besok datang lagi ya. Kakak jagain bagian kamu."
Anak itu mengangguk senang dan berlari kecil meninggalkan minimarket. Itu bertepatan dengan Jiwoong yang memasuki minimarket. Pemuda itu terlihat sangat tampan hari ini dengan pakaian kasual nya.
Hanbin sampai melamun sebentar sebelum akhirnya berhasil mengendalikan diri. "Loh mas Iwung? Jam segini kok udah datang? Kelas nya udah selesai ya?"
Hari itu Hanbin memang kedapatan sift pagi. Sehingga dia keheranan kenapa Jiwoong yang biasanya memiliki kelas pagi datang mengunjunginya.
"Nggak dek, dosennya nggak masuk. Ban mobil nya pecah katanya." Jiwoong menjawab dan terkekeh pelan. Dia berjalan menuju kasir dan meletakkan sebuah kotak makan di depan Hanbin.
Hanbin berkedip kebingungan melihat kotak makan itu. "Loh? Apa ini mas?"
"Buat kamu. Mas bikin tadi pagi."
Hanbin membuka tutup kotak makan dan melihat nasi goreng dengan printilan nya yang terlihat enak seperti ayam suwir, sosis, dan sayur.
"Mas bikinin ini buat aku?" Hanbin hampir-hampir tidak percaya.
Jiwoong mengiyakan. "Adek belum sarapan kan?"
Darimana pula dia tahu Hanbin itu tidak pernah sarapan?
Melihat Hanbin yang memandangnya bingung dan curiga, Jiwoong lantas berusaha membela dirinya. "Cuma menebak. Mas sendiri juga nggak pernah sarapan. Tapi karena buat adek, makannya mas bangun lagi buat bikin itu."
Duh, Hanbin kan jadi terharu. Demi dia Jiwoong rela bangun pagi dan masak buat bikinin dia makanan.
Hanbin melihat ke kanan dan kiri. Minimarket hari ini sepi. Karena itu dia menarik tangan Jiwoong untuk duduk di kursi minimarket. Hanbin membuka kembali tutup kotak bekal itu. "Ayo mas makan sama-sama."
Jiwoong tidak menduga Hanbin akan menawari nya juga. Rencana awalnya Jiwoong dia akan memberikan bekal yang dia siapkan untuk Hanbin dan pergi dari sana, singgah sebentar ke kampus. Tapi ternyata Hanbin menawarinya begini, siapa dia yang bisa menolak?!
Hanbin menyerahkan garpu pada Jiwoong sementara dia akan menggunakan sendok. Hanbin mulai menyendok nasi gorengnya dan memakannya. Dia mengunyah sebentar kemudian tersenyum lebar, "mas ini enak banget!"
Jiwoong yang mendapatkan pujian langsung malu-malu meong. Dia menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Enak ya?"
"Banget!"
"Kalau gitu abisin aja."
Hanbin mulai lahap memakan nasi goreng buatan Jiwoong. Pemuda tampan itu menopang dagunya sambil menonton Hanbin yang terlihat lahap. Sepertinya Hanbin tidak berbohong tentang rasanya.
"Mas memang pandai masak atau gimana? Kok bisa enak sih?" Hanbin bertanya dengan mulut penuh.
Jiwoong menahan rasa gemas nya dan mengusap bibir Hanbin yang berlepotan saus dengan ibu jarinya, membuat Hanbin merasakan wajahnya memanas, "Mas dulu suka bikin nasi goreng buat ibu mas. Makanya udah terbiasa juga bikinnya. Mas juga sering masak loh. Besok mas bawain menu yang lain deh."
"Apa nggak merepotkan mas?" Hanbin jadi tidak enak hati. Dia takut karena dirinya Jiwoong malah kerepotan.
"Nggak sama sekali. Buat adek mah, mas rela kerepotan." Jiwoong mengedipkan sebelah matanya. Harusnya Hanbin geli, tapi dia malah ikut tersipu. Wajah Jiwoong itu tampan hei! Mana mungkin dia bisa geli!
Hanbin bahkan mulai membayangkan, kalau Jiwoong main drama, pasti dia bakalan jadi aktor terkenal. Wajahnya sangat menjual dan memiliki ciri khas aktor. Tapi mungkin itu terlalu merepotkan buat Jiwoong. Karena jika dia memang ingin melakukan itu, pasti sudah di lakukan sejak lama.
Hanbin menusuk sosis dan menyodorkannya ke depan bibir Jiwoong, membuat keduanya terkejut. Jiwoong terkejut karena tiba-tiba Hanbin berencana menyuapinya, dan Hanbin sendiri juga sama kagetnya dengan refleks tangannya yang tidak sesuai dengan isi pikirannya. Wajah Hanbin merah padam.
"Apa yang sedang lo pikirin Sung Hanbin?!" Jerit batinnya.
Jiwoong menahan gemas melihat wajah malu dan salah tingkah Hanbin. Dia sempat berpikir untuk menggoda lebih jauh, tapi sepertinya rencana itu dia simpan lain kali. Dia tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini. Kapan lagi dia di suapi oleh pujaaan hatinya?
Jadi Jiwoong membuka mulutnya dan memakan suapan Hanbin. Dia mengunyah perlahan kemudian berujar, "rasa sosisnya makin enak kalo kamu yang suapin, dek."
Hanbin sengaja batuk-batuk untuk menghindari tatapan Jiwoong. Sialan, jantungnya kini berdegup sangat kencang.
Hanbin yang tidak pernah di perlakukan seperti ini jelas saja salah tingkah brutal. Jadi dia cepat-cepat menyelesaikan makannya. "Udah mas." Dia menunjukkan kotak bekal yang sudah kosong.
Jiwoong bertepuk tangan, yang entah mengapa bagi Hanbin malah terdengar seperti menyemangati anak kecil yang berhasil menghabiskan bekal makan siang nya.
"Kalo kayak gini kan mas jadi semangat lagi. Besok mas bawakan kebab mau? Mas buat sendiri."
Hanbin meragu sejenak, tapi memikirkan kenikmatan rasa kebab membuatnya mengangguk dengan semangat, "oke mas!"
Jiwoong mengambil kotak bekal itu dan memasukkannya ke dalam tas. Dia menepuk kepala Hanbin dan mengelusnya, dan ternyata Hanbin tidak menolaknya. Dia malah tersenyum manis.
Duh kalau begini jadinya seharian ini mood Jiwoong pasti bagus dan berbunga-bunga.
"Mas pulang dulu ya dek. Sampai jumpa besok, semangat kerjanya." Jiwoong mengepalkan tangan nya, menyemangati Hanbin yang tertawa riang, mengantar kepergian Jiwoong.
Aduh, rasanya seperti mengantar kekasihnya untuk pulang.
Hanbin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya. "Aduh jantung, stop berdebar sekencang ini."
TBC
Yuhuuu aku update lagi ^^
Btw ges, ada gak disini yang nge-ship Gyuvin x Hanbin? Kalau ada, aku mau kasih tau, aku ada bikin cerita GyuBin. Ceritanya tentang Hanbin yang seorang omega, tapi menyembunyikan status nya dan malah ngaku sebagai Beta.
Penasaran gak? Kalo penasaran cek aja profil ku langsung. Ceritanya udah tamat ^^
Sampai ketemu di next chapter!!!
![](https://img.wattpad.com/cover/349552255-288-k891835.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Minimarket Love [WoongSungz] -[END]-✓
Roman pour Adolescents[Warn! Boys Love, BxB] [Woongsungz/Jyungbin] Pertemuan tidak terduga antara Jiwoong dan staff paruh waktu di minimarket, Hanbin. Juga kisah manis yang terjalin di antara mereka. ×•× Start: 13 Agustus 2023 Finish: 17 Maret 2024