14|| So Are We? 🔞

845 52 12
                                    

Hanbin dan Jiwoong kini berada di dalam mobil Jiwoong. Pemuda tampan itu memaksa untuk mengantarkan nya pulang, termasuk berniat bertemu dengan orang tua Hanbin.

Tancap gas banget ya Woong, jadian aja belum.

Jiwoong berniat memberikan kesan baik untuk kedua orang tua Hanbin agar merestui hubungan mereka. Sejauh mana hubungan itu akan berjalan di tentukan dari restu orang tua Hanbin.

Kalau orang tua Jiwoong tentu saja menerima segala keputusan Jiwoong dengan baik. Lagipula Jiwoong sudah dewasa, dan menurut mereka Jiwoong layak menentukan keputusan untuk dirinya sendiri. Orang tua Jiwoong jelas tidak akan ikut campur soal hubungan asmara dirinya.

Masalahnya terletak pada orang tua Hanbin. Jiwoong tidak mengenal keduanya, dan bagaimana sifatnya. Jiwoong dalam hati berharap bahwa kedua orang tua Hanbin akan menerimanya dengan baik. Dia juga berharap kedua orang tua Hanbin seperti orang tuanya.

"Mas." Hanbin berujar malu-malu ketika Jiwoong menutup pintu mobil.

Jiwoong menoleh ke arah Hanbin dengan senyuman lembut di wajahnya, "kenapa dek?"

"Tadi ada Jaemin jadi aku nggak tanya dulu. Sebenarnya aku penasaran, mas... kenapa cium aku?" Wajah Hanbin merah, dan jawab kulit wajahnya putih Jiwoong bisa melihat dengan jelas warna merah itu menjalar sampai telinganya.

Aduh gemasnyaaaa!!!

Jiwoong menggigit bibirnya untuk menahan senyumnya. Dia mencondongkan tubuhnya dan menangkup pipi Hanbin dengan tangan nya yang besar, "kamu suka hmm?"

Hanbin jadi gelagapan sendiri. "bukan berarti benci. Cuma mau nanya aja kenapa tiba-tiba."

"Karena mas suka sama adek. Kan adek juga tahu itu." Tatapan Jiwoong dalam, Hanbin sampai tidak sanggup untuk beradu tatap dengannya dan hanya mampu menatap hidung Jiwoong yang kelewat mancung itu.

"Iya tahu, tapi kenapa tiba-tiba cium."

Jiwoong terkekeh kecil sebelum akhirnya mencuri kecupan kilat di bibir Hanbin yang langsung terdiam mematung.

"Karena kepengen aja. Pas tahu kamu benar-benar belum punya pacar, mas ngerasa harus lebih tancap gas dari sebelumnya. Masa-masa pedekate mas rasa udah cukup, apalagi pedekate mas kayak sampah." Jiwoong tersenyum pahit mengingat perkataan Seowon yang tidak bisa hilang dari otaknya.

Hanbin memiringkan kepalanya bingung. "Apanya yang kayak sampah?"

"Cara pedekate mas."

Hanbin mengerutkan keningnya, "nggak tuh, cara pedekate mas normal kok."

Jiwoong memicingkan matanya, "kok kamu tahu cara pedekate normal? Kamu pernah di pedekatein orang ya?"

Hanbin menggeleng polos, "pedekate mas persis kayak drakor."

Jiwoong tidak bisa menahan gelak tawanya. Astaga! Hanbin benar-benar polos dan menggemaskan!

"Drakor benar-benar ngasih pelajaran yang sesuai ke kamu. Jadi, drakor apa aja yang udah kamu tonton?"

"Berbagai genre!" Hanbin berujar semangat, matanya berbinar-binar. "Paling sering sih romance, makanya aku bisa tahu apa yang mau mas lakuin."

Jiwoong menahan senyum dan menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran kampus. Sepanjang perjalanan, Hanbin terus menceritakan tentang drakor yang dia tonton pada Jiwoong. Bahkan terkadang menjelaskan juga alurnya secara ringkas. Jiwoong jadi keheranan, sebenarnya Hanbin ini pecandu drakor atau apa?

Ketika sampai di persimpangan, Jiwoong belok kiri, membuat Hanbin mengerutkan keningnya keheranan. "Mas rumah ku arah kanan."

Jiwoong mengulurkan tangannya dan menepuk lembut kepala Hanbin, "ngikut aja dek, mas mau ngajakin kamu ke suatu tempat."

Minimarket Love [WoongSungz] -[END]-✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang