❄️"MOMENTUM"❄️
BY: InsideTNL
Author: TNL
Description: Disalin dari jurnal harian
Genre: Daily Journal
"Tidak ada momentum yang tidak berakhir.
Semua memiliki masanya.
Sedih, senang, diatas langit, atau terpuruk di tanah berlumpur.
Semua ada masanya.
Semua ada waktunya.
Datang silih berganti, sampai akhirnya semuanya pun menghilang...""MOMENTUM" by: TNL
Part: 08
__________
November-16-2020
Seharusnya sejak awal aku bersikap jujur.
Seharusnya sejak awal aku tidak usah sok bijak dan memanjakan seo jin.
Membiarkannya bersikap seenaknya...
Tapi sekarang memang sudah berakhir.
Aku muak berdebat dengannnya hanya untuk menentukan siapa yang paling benar.
Aku dan seo jin memang terlalu kontradiktif.
Perbedaan karalter ini terlalu jelas.
Jika terus kuturutkan, mungkin akan ada lebih banyak pertengkaran dimasa depan.
Seperti yang seo jin katakan, lupakan masa lalu.
Baiklah. Aku akan mencoba sekeras yang aku bisa.
Aku hanya ingin seo jin mendengarkanku.
Tapi seo jin hanya terus melihat kesalahanku.
Dan dengan bangga ia mengatakan telah menutunkan egonya dan meminta maaf padaku.
Aku tidak bisa menerima maaf yang seperti itu.
"Maaf" yang cuma dimulut tanpa adanya ketulusan.
Aku hanya ingin seo jin mengakui dan memahami rasa sakitku.
Namun seo jin tidak bisa melakukannya.
Seo jin tak punya bakat untuk menghargai perasaan orang lain.
Aku benar-benar sudah muak padanya.Aku melihat triler movie
"at eternity's gate" Yang tayang dua tahun lalu.
Movie itu menceritakan tahun-tahun terakhir hidup seorang Vincent Van gogh.
Aku bahkan menjadi sangat cengeng hanya dengan melihat trilernya.
Aku bisa merasakan betapa kesedihan seorang van gogh sanagtlah mendalam.
Penyesalan dan kehampaan, juga kesedihan terpancar jelas dimatanya.
Aku berharap bisa menonton movienya secara utuh.
Karna memang aku sangat menyukai karya-karya van gogh terutama The starry night, caffe terrace at night, almond blossom, dan les iris.
Aku juga sangat berempati dengan kisah hidup vincent van gogh yang mengirap bipolar dan menjalani hidup dalam kesepian, kesedihan, dan kesengsaraan.
Dan tentu saja, ikatan persaudaraan yang sangat kuat antara vincent dan adiknya, theo.
Bagiku, theodorus van gogh adalah saudara terbaik didunia.
Ia tak pernah meninggalkan vincent hingga kematiannya pada 29 juli 1890."Tidak perlu belajar untuk tahu caranya bersenang-senang.
Tapi mungkin tidak cukup 100 tahun untuk belajar dan tahu seeprti apa caranya menghadapi kesusahan."Aku mengingat dengan jelas betapa dulu aku sangatlah naif.
Aku merasa tubuhku ini adalah milikku sendiri.
Takkan pernah rusak meski sekeras apapun aku menggunakannya.
Akan tetapi, tamparan telak itu datang padaku tanpa pernah kubayangkan sebelumnya.
Aku yang naif, aku yang bodoh, aku yang angkuh.
Nyatanya semua itu runtuh dalam sekejap.
Dulu aku punya teman.
Namun sekarang aku tak punya siapapun.
Aku diserang oleh rasa kesepian yang mendalam.
Aku terjebak dalam ketidakberdayaan yang membuatku merasakan sakit yang teramat menyiksa.
Luka batin, kehampaan, kesedihan, kebingungan, ketakutan, dan kemarahan.
Aku harus berjuang sangat keras untuk melawan semua perasaan itu.
Dan aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan._________
November-17-3020
Perasaan insecure membuatku jatuh semakin dalam ditengah keterpurukan.
Penyakit membuat diriku menjadi jelek dan lemah.
Membuatku terkurung dalam dunia yang begitu sempit.
Aku tidak bisa melakukan apa yang kuinginkan.
Aku tidak bisa pergi ketempat yang ku mimpikan.
Aku terjebak dalam ketidakpastian.
Ya tuhanku yang maha pengasih...
Bantulah aku untuk menerima keadaanku dan mengakui keadaan orang lain.
Bahwa orang lain, memang lebih baik dariku.
Orang lain sehat, orang lain cantik.
Aku ingin mengabaikan semua ini tapi aku tak bisa.
Fakta dan kenyataan selalu menamparku dengan telak.
Karna itu ya tuhanku, mohon bantulah aku meyakinkan diriku bahwa aku memang sudah ditinggalkan.
Bantulah aku untuk mencintai diriku sendiri seperti apapun keadaanku.
Bantulah aku untuk mengiklaskan apa yang memang tidak ditakdirkan untukku.
Bantu aku untuk merelakan segalanya.
Aku ingin berdamai dengan diri sendiri dan menerima keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
"MOMENTUM"
Non-Fictionternyata, teman yang setia padaku hanyalah buku harianku...