❄️"MOMENTUM"❄️
BY: InsideTNL
Author: TNL
Description: Disalin dari jurnal harian
Genre: Daily Journal
"Tidak ada momentum yang tidak berakhir.
Semua memiliki masanya.
Sedih, senang, diatas langit, atau terpuruk di tanah berlumpur.
Semua ada masanya.
Semua ada waktunya.
Datang silih berganti, sampai akhirnya semuanya pun menghilang...""MOMENTUM" by: TNL
Part: 14 (end)
__________
Januari-01-2021
"Hari pertama di tahun baru"
Cuaca mendung, banjir, dan demam.
Aku harus bertahan dari semua ini.
Entah sudah berapa banyak aku merindukan musim panas.
Aku rindu matahari yang bersinar cerah sepanjang hari.
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Benar juga. Buku diaryku masih belum selesai.
Cover luarnya belum ku kerjakan dan aku belum memberi pita sebagai pembatas halaman.
Tapi sebelum itu aku mungkin harus beristirahat sejenak.
Pagi ini aku mengantuk sekali karna tadi malam aku baru tidur setelah lewat jam 11.
Aku masih ingat salah satu scene
FAR FROM HOME yg kulihat tadi malam.
Saat menjemput peter parker, Happy Hogan justru mendaratkan private jet canggihnya diatas ladang bunga tulip.
Itu sangat lucu bagiku tapi juga mengenaskan.
Kelopak bunga tulip berhamburan terkena arus udara dari turbin mesin jet bertenaga sangat besar.
Dan setelahnya mereka pergi begitu saja.
Sekarang aku tahu, saat terdesak Happy juga bisa bertindak dengan sesuka hati.Sejak beberapa hari yang lalu lambungku kembali pada kondisi yang tidak baik
Akibat dari lambung yang tidak baik itu, kondisi badanku juga ikut down.
Setelah mandi aku demam dan sakit kepala.
Aku juga merasa lemas.
Mungkin aku perlu beberapa hari lagi untuk membaik.
Saat aku menulis diaryku, nella datang.
Itu membuatku risih dan seketika menghentikan tulisanku.
Aku tahu ia tak pernah sengaja melakukannya.
Namun tetap saja aku merasa tak nyaman saat matanya diam-diam melirik kearah baris tulisanku.
Sejauh ini (bahkan mungkin selamanya) aku tak pernah berniat sedikitpun untuk memberitahu orang-orang yang mengenalku secara langsung tentang apa saja yang kutulis dalam buku harianku.
Buku ini, dan buku-buku yang telah selesai bahkan buku yang belum ku tulis, adalah sesuatu yang sangat berharga bagiku.
Karna bukuku, adalah hatiku, jiwaku, pemikiranku, dan identitasku.Dalam beberapa hal aku dapat dengan mudah merasakan perasaan cinta.
Antara orangtua, saudara, keluarga, ataupun antara laki-laki dan perempuan.
Dan bisa juga antara teman atau sahabat.
Bahkan hanya dari cerita fiksi, aku dapat merasakan ketulusan ungkapan cinta.
Mungkin benar yang dikatakan pepatah.
"Cinta adalah penyembuh dari luka batin"
Mungkin takkan ada yang percaya jika kukatakan aku juga punya cinta dalam diriku.
Hanya saja, caraku menyampaikan cinta sangat bebeda dari orang lain.
Bagiku cinta adalah sesuatu yang unik.
Ia mampu mengubah arah hidup seseorang, atau meruntuhkan hidup seseorang itu.
Agak aneh orang sepertiku malah bicara soal cinta.
Dan sampai hari inipun aku belum menikah.
Tapi aku tahu seperti apa rasanya mencintai.
18 tahun yang lalu untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku akhirnya menyadari di dunia ini ada satu hal luar biasa yang orang-orang sebut sebagai "cinta"__________
Januari-02-2021
Aku ingin, mulai sekarang aku tidak akan lagi dengan mudah berspekulasi tentang hidup orang lain hanya berdasarkan postingannya di media sosial.
Olivia pernah menjudgeku dengan komentar yang sangat jahat.
Ia menudingku sok jadi manusia paling teraniaya dan tersakiti di dunia hanya berdadarkan captionku di instagram.
Padahal ia tak tahu bahwa hanya segelintir dari ratusan post instagramku yang captionnya benar-benar ungkapan perasaanku.
Dan kebanyakan dari post itu captionnya berdasarkan film, buku, ataupun lagu.
Tapi aku juga memaklumi karna unggahan itu adalah foto-fotoku, jadi wajar jika olivia menilai bahwa itu adalah curhatanku.
Tapi tetap saja, penilaian olivia sangatlah dangkal dan egois.
Kalaupun benar semua itu adalah ungkapan perasaanku, ia tetap tak punya hak untuk menjudgeku seperti itu.
Dan sangat bodoh sekali saat ia langsung menyimpulkan bahwa aku hanya ingin mendrama dan ingin di lihat oleh dunia ini sebagai makhluk paling tersakiti.
Oh my! Bagiku pemikiran olivia adalah definis dangkal yang sesungguhnya.
Bagaimana bisa ia sok bijak begitu terhadap orang yang tak di kenalnya?
Apakah terhadap orang lain, ia juga betlaku sama?
Aku mencoba memahami karakternya melalui hard commentnya waktu itu pada salah satu post instagramnya.
Aku tahu didunia ini ada sebagian orang yang mampu mengontrol diri untuk tidak terbawa perasaan sedih apalagi sampai terpuruk dalam kesedihan itu.
Mereka selalh memaksa alam bawah sadar untuk menelan habis semua emosi yang tidak di perlukan, yang mereka anggap tidak akan bagus jika sampai dilihat orang.
Seperti kesedihan atau kemarahan atau juga emosi yang mereka anggap buruk.
Dengan begitu mereka meyakini (dengan memperlihatkan segala hal baik, optimis, atau positif) maka mereka akan berhasil membangun citra baik yang positif di mata orang-orang.
Karna itu semarah apapun, atau sesedih apapun, mereka tidak akan pernah memeprlihatkan emosi seperti itu di hadapan publik (terutama di media sosial) dan lebih memilih memperlihatkan emosi palsu seperti pura-pura bahagia ataupun fake caption dalam setiap postingan.
Dan kalaupun harus memperlihatkan emosi seperti kesedihan atau kemarahan, pada caption mereka akan menambshkan emoticon tersenyum atau tertawa.
Dan di foto mereka akan tetap berekspresi tersenyum sebisa mungkin agar tetap terlihat baik-baik saja dan positif thinking.
Itu luar biasa.
Dan sebenarnya sikap seperti itu adalah termasuk hal yang baik.
Dan dalam beberapa kesempatan, aku juga mencoba menerapkannya agar bisa lebih mengontrol emosiku.
Namun sisi negatif dari sikap seperti itu adalah mereka akan sangat tidak bisa bertoleransi terhadap orang- orang yang terbuka dengan perasaan terutama orang-orang yang senang curhat di media sosial.
Mereka akan risih dan tanpa ragu menjudge dengan perkataan: "kau hanya bisa berfikiran negatif, mau mulai bermain victim"
Atau apapun yang jatuh pada kategori senang menghakimi orang lain.
Orang-orang yang suka membuang emosi kemarahan dan kesedihan ke alam bawah sadar biasanya cenderung hanya brrfikir dari sudut pandangnya saja.
Maunya, semua orang di dunia ini haruslah bersikap dan berfikir sama sepertinya.
Dan mereka menjadi terganggu dan risih saat ada orang yang akun media sosialnya penuh dengan curhatan ataupun sakit hati dan kesedihan.
Karna orang-orang seperti olivia biasanya takkan pernah mau menunjukkan emosi mereka pada publik (terutama publik dunia maya) dan lebih memilih menambahkan fake caption ataupun quotes dari orang atau tokoh terkenal, atau juga quotes yang sedang viral.
KAMU SEDANG MEMBACA
"MOMENTUM"
Non-Fictionternyata, teman yang setia padaku hanyalah buku harianku...