❄️"MOMENTUM"❄️
BY: InsideTNL
Author: TNL
Description: Disalin dari jurnal harian
Genre: Daily Journal
"Tidak ada momentum yang tidak berakhir.
Semua memiliki masanya.
Sedih, senang, diatas langit, atau terpuruk di tanah berlumpur.
Semua ada masanya.
Semua ada waktunya.
Datang silih berganti, sampai akhirnya semuanya pun menghilang...""MOMENTUM" by: TNL
Part: 12
__________
Desember-16-2020
Saat kondisiku menurun, tanpa bisa kukendalikan ketakutan akan kematian memenuhi fikiranku dan menerorku dengan kejam.
Tadinya aku sempat berfikir, apakah ini cuma fikiran ngatifku saja?
Tapi, tidak!
Aku sudah membuktikan ini dari orang-orang yang senasib denganku.
Mereka merasakan hal yang sama denganku.
Ketakutan, kegelisahan, dan kehilangan semangat hidup.
Dan yang paling baru adalah meliana.
Dia adalah seorang lulusan farmasi yang sudah sangat akrab dengan dunia medis.
Seseorang yang mampu berfikir logis dan jernih.
Namun bahkan meliana pun tak berdaya menghadapi ketakutan akan kematian saat gerd menyerang.
Jadi kurang bukti apalagi?
Aku tidak berusaha untuk menunjukkan pada dunia ini bahwa akulah yang paling tersakiti.
Aku tidak pernah berniat untuk menjadi seorang korban.
Aku tidak sedang manja ataupun drama.
Karna beberapa orang terus meremehkan sakitku dan menganggapku hanya negative thinking, maka akupun bersuara keras.
Selama ini aku nelangsa menjalani hidup dalam penyakit.
Aku ketakutan, aku kebingungan, dan aku bersedih.
Namun aku tidak ingin menyerah.
Aku terus mencari tahu penyebab dari sakitku dan sebisa mungkin melakukan pengobatan.
Yang bisa kulakukan bukan cuma sekedar berbaring dan menangis di kamarku.
Aku selalu mencoba untuk tegar dan kuat.
Aku selalu berusaha memotivasi diriku agar tidak putus harapan dalam menjalani hidup yang sudah berubah 180%.
Aku tidak pernah berfikir untuk bermain victim.
Bahkan tahu istilah itu saja tidak!
Dalam situasiku yang melemah secara fisik dan mental, bagaimana bisa aku berfikir untuk menyalahkan orang lain?
Aku tidak pernah berfikir bahwa penyebab dari Gerd dan anxiety ku saat ini adalah karna kelakuan orang lain.
Aku mengakui bahwa semua ini adalah salahku sendiri.
Dimasa lalu aku tidak pernah menyayangi badanku.
Dimasa lalu aku sering berperilaku buruk.
Dan tidak apa-apa jika tidak bisa membantuku.
Aku hanya perlu untuk tidak di judge saat aku mengatakan aku nelangsa ataupun saat aku menunjukkan emosiku.
Aku tidak pernah berbohong tentang apa yang kurasakan.
Dan sangat menyakitkan saat semua yang kukatakn malah di remehkan dan juga di dustakan.Aku pasti akan dikatakan gila jika aku memberitahu orang-orang yanga da disekitarku bahwa aku bercita-cita ingin pergi ke eropa.
Karna 90% dari mereka tidak tahu bahwa eropa adalah benua paling bersejarah di dunia.
Mereka hanya tahu desa ini saja.
Mereka lahir, tumbuh besar, dan menjalani hidup disini.
Sebagian besar dari mereka tak pernah tahu bahwa dunia ini begitu luas dengan ribuan kebudayaan yang berbeda-beda.
Kadang aku berfikir, mungkin akan bagus jika aku menjadi seperti mereka.
Hanya memikirkan apa yang terlihat di depan mata.
Namun tuhan tidaklah menciptakanku dengan bentuk pemikiran yang seperti itu.
Aku tetap ingin pergi ke eropa ataupun negara lain diseluruh dunia suatu saat nanti.
Aku ingin berjalan kaki menyeberangi jembatan di kanal amsterdam ataupun berjalan-jalan di tengah ladang gandum dan bunga matahari di perancis.
Memang terdengar tidak masuk akal.
Namun aku ingin terus berusaha meraih mimpiku dan mewujudkannya suatu saat kelak.___________
Desember-17-2020
Melianan menceritakan padaku bahwa ia juga di judge cuma negative thinking oleh temannya sendiri.
Temannya itu menyebut bahwa meliana tidak punya keinginan untuk sembuh dan hanya bisa mengeluh.
Aku tahu bagaimana sedih dan kecewanya saat teman sendiri menjudge seperti itu.
Aku telah merasakannya jauh sebelum meliana.
Tidak kusangka, ternyata ada orang lain yang bersifat sama dengan ia yang sekarang tak lagi kusebutkan namanya.
Egois dan dangkal...
Cuma bisa berfikir dari sudut pandangnya saja.
Tidak punya empati dan rasa peduli.
Hanya ada di waktu senang, cuma bisa menghakimi tanpa mau tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sakit yang aku dan meliana tanggung saat ini telah membukakan mata kami tentang siapa saja yang cuma ada di waktu senang dan siapa saja yang cuma bisa mengajak bersenang-senang.
Ini memang sangat menyakitkan.
Pukulan telak yang meninggalkan kekecewaan.
Tapi kami beruntung karna tuhan yang maha adil telah menunjukkan bahwa orang-orang seperti itu tidaklah pantas menjadi kawan dan sahabat yang berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
"MOMENTUM"
Non-Fictionternyata, teman yang setia padaku hanyalah buku harianku...