part: 10

0 0 0
                                    

❄️"MOMENTUM"❄️

BY: InsideTNL

Author: TNL

Description: Disalin dari jurnal harian

Genre: Daily Journal

    "Tidak ada momentum yang tidak berakhir.
        Semua memiliki masanya.
Sedih, senang, diatas langit, atau terpuruk di tanah berlumpur.
        Semua ada masanya.
Semua ada waktunya.
       Datang silih berganti, sampai akhirnya semuanya pun menghilang..."

        "MOMENTUM" by: TNL

Part: 10

__________

Desember-01-2020

      Selama ini aku begitu bodoh!
Terus mengharapkan ia yang menjudgeku hanya Victim kembali datang padaku dan menjadi temanku.
Karna bagiku itulah nilai persahabatan yang sebenarnya.
Tetap menjadi teman di waktu susah ataupun senang...
Namun sekarang aku menyadari, itu hanyalah harapan bodoh yang tidak berdasar.
Ia punya banyak sekali teman.
Banyak sekali hingga ia mampu mengabaikan pesanku selama berhari-hari.
Jangankan memikirkan dan memahami keadaanku, bahkan pesanku pun tak sempat ia baca.
Terkesan sangat sombong...
Apa itu yang ia sebut sebagai bestfriend?
Apa bestfriend hanya berupa pajangan di sudut kamar?
Memuakkan...
Aku tidak ingin lagi menjadi seperti itu.
Bukankah ia juga menyuruhku untuk mengaca?!
Bercermin pada diriku bahwa semua ini memang kesalahanku.
Aku memang salah.
Terlalu menganggap mulia dirimu dan terlalu menjunjung tinggi nilai persahabatan dihadapanmu.
Perbedaan ini sudah tak bisa ditoleransi.
Dan jalan hidup kita sudah jauh berbeda.

      Matahari bersinar cerah pagi ini.
Bunga dandelion yang tumbuh liar di sekitar rumah nampak bermekaran.
Saat tertiup angin bulu-bulu halus dari bunganya akan beterbangan.
Aku merasa sangat mengantuk sejak aku bangun di pagi hari.
Apa mungkin ini gejala anemia lagi?
Atau mungkin ini masih karna moodku yang up and down.
Karna perasaan kosong dan hampa masih menemaniku hingga saat ini.
Aku tidak tahu mengapa dengan mudah aku menjadi seperti ini.
Sangat sulit untuk bertahan.
Namun anehnya tak sedikitpun aku punya niat untuk menyerah.
Pergolakan batin dan penyakit fisik seakan menyerangku dari segala arah.
Seperti pasir hisap yang tak punya tangan dan kaki namun mampu menarikku hingga aku nyaris tak sanggup untuk bertahan.
Dan hanya tuhan yang tahu sekeras apa aku mencoba melawan keadaan.
Karna memang nyaris semua orang tertipu oleh penyakitku yang membuatku tidak terlihat seperti orang sakit.

       Dia yang sekarang tak lagi kusebutkan namanya tiba-tiba mengirim pesan di whatsapp.
Kufikir ada apa?
Karna jujur saja aku sudah benar-benar malas bicara dengannya.
Ternyata itu cuma pesan formal yang (mungkin) dikirim untuk semua kontak yang ada di handphonenya.
Itu cuma sekedar undangan pernikahan kakaknya.
Oh ayolah! Setelah perdebatan panjang hari itu aku sudah tak menginginkan apapun lagi.
Sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari orang seperti dia.
Terutama selama aku masih sakit.
Aku tahu terkadang manusia dapat membuat orangnlain bahagia tanpa ia sadari.
Tapi ternyata manusia juga bisa membuat orang lain sakit hati tanpa ia sadari pula.
Aku lelah sekali.
Pada sakitku, perasaanku, dan keadaanku.
Namun tetap tidak ada cara bagiku untuk berhenti.
Aku akan terus melangkah meski aku merasa sudah tidak sanggung lagi
Mungkin aku memang telah sampai pada titik dimana aku benar-benar pasrah sepenuhnya pada keadaan.

_________

Desember-01-2020

       Menjelang akhir masa hidupnya, van gogh bertengkar dengan seorang temannya yang sesama pelukis bernama paul gauguin.
Gauguin merasa ketakutan atas sikap ekstrem dan aneh van gogh yang mulai mengalami kekacauan mental.
Van gogh memotong telinganya sendiri.
Kemungkinan karna halusinansi.
Kejadian itu membuat gauguin langsung melarikan diri dari Arles, kota tempat tinggalnya selama beberapa waktu bersama van gogh.
Berulang kali van gogh memohon agar dapat bertemu lagi dengan gauguin.
Akan tetapi Hingga ia meninggal, gauguin tetap tak mau lagi bertemu dengannya.
    Disatu sisi aku dapat memahami ketakutan gauguin.
Seorang yang wajar dan normal, seorang yang logis dan rasional tentu takkan bisa memahami sikap vincent van gogh yang sudah tak bisa diterima akal sehat.
Tapi aku juga bisa memahami sikap dan keadaan van gogh saat itu.
Karna kesepian dan kesengsaraan, ia menjadi begitu takut akan kehilangan teman yang berharga baginya.
Dan karna emosi yang tak stabil, ia menuntut pengertian dari gauguin dengan "kemarahan" yang ia perlihatkan.
Namun tetap saja, sebagian orang didunia ini takkan mau mentoleransi kemarahan ataupun luapan emosi.
Terutama bagi mereka yang biasa menekan emosinya sendiri.
Mereka akan merasa terganggu dan tak suka saat ada orang yang menunjukkan perasaan dengan melampiaskan kemarahan.
Dunia ini penuh warna Aurora.
Ada yang punya empati, ada juga yang egois.
Ada yang punya kasih sayang, ada juga yang lebih suka memikirkan kepentingan dan diri sendiri.
Dunia ini sangatlah terang.
Namun dibelakangnya ada bayangan hitam yang sangat gelap.
Banyak orang yang dengan senang hati hanya mau berada di sisi terang dan terus menjauhi sisi gelap.
Padahal keduanya adalah unsur keseimbangan yang tak terpisahkan.
Sisi gelap memang penuh resiko dan sangat berbahaya.
Namun melalui sisi gelap inilah manusia akan mampu melihat mana yang baik, dan mana yang buruk.

"MOMENTUM"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang