❄️"MOMENTUM"❄️
BY: InsideTNL
Author: TNL
Description: Disalin dari jurnal harian
Genre: Daily Journal
"Tidak ada momentum yang tidak berakhir.
Semua memiliki masanya.
Sedih, senang, diatas langit, atau terpuruk di tanah berlumpur.
Semua ada masanya.
Semua ada waktunya.
Datang silih berganti, sampai akhirnya semuanya pun menghilang...""MOMENTUM" by: TNL
Part: 09
__________
November-27-2020
Aku baru menyadarinya sekarang.
Orang yang telah menyebutku victim player... Darimana dia tahu tentang istilah itu?
Owh! Seharusnya kutanyakan ini padanya.
Apakah ia bertanya pada ahlinya?
Kepada seorang psikolog, atau psikiater, atau kepada seorang dosen dengan gelar master di bidang psikologi?
Atau ia cuma sekedar mencari referensi dari internet?
Damn! Kalau dugaanku benar, maka terkutuklah dia!
Ia menyuruhku untuk jangan terlalu mempercayai internet dan kalau ingin tahu sesuatu maka tanyakan pada ahlinya.
Lalu apakah ia sudah bertanya pada ahlinya tentang istilah, definisi, dan apa saja yang termasuk dalam perilaku victim?
Memuakkan...
Aku benar-benar lost respect padanya.
Aku kehilangan feeling dan entah kenapa merasa jijik.
Pintar dalam menilai orang lain dan bodoh dalam menilai diri sendiri.
Aku tidak percaya mengapa aku sanggup berteman dengannya hingga 10 tahun lamanya?
Dan ketika aku jatuh terpuruk, barulah ia mulai menunjukkan watak aslinya.
Aku marah! Sangat marah.
Namun kemarahan itu hanyalah topeng untuk menutupi rasa kecewa, sedih, dan sakit hati yang teramat dalam.
Aku benar-benar terpukul saat menyadari bahwa ia, memang cuma ada diwaktu aku senang.
Betapa realita, berbanding terbalik dengan ekspektasi.
Semua kenangan, harapan, cita-cita, dan mimpi indah yang kubangun dan kuharapkan dapat terwujud bersamanya, nyatanya harus terbakar habis menjadi arang dan abu.
Semua mimpi dan cita-cita tentang jepang dan korea, tentang seoul, tokyo, arashiyama bamboo forest, kyomizu dera, kyoto, bukit namsan, haneul park, dan semuanya...
Semuany hanya menjadi sekedar mimpi yang memudar.
Kalau tuhan memberiku kesempatan, maka akan kulakulan sendiri.
Aku pasti akan berbahagia tanpanya.
Aku akan membangun ulang mimpiku diatas reruntuhan harapanku yang telah ia hancurkan.
Bukankah raja ludwig 2 juga membangun istana neuschwanstein diatas reruntuhan kastil kuno?
Terkadang, manusia memang perlu ditempatkan dalam kekacauan terlebih dahulu agar dapat memahami apa arti hidup yang sebenarnya.
Dan sebagian dari kekacauan itutelah kurasakan.
Sekarang yang perlu kulakukan adalah belajar untuk ikhlas.
Belajar untuk melupakan dan merelakan apa yang memang bukan diperuntukkan bagiku.
Dan seperti yang ia katakan "forget the past" maka hidupku akan tenang.
Baiklah!
Akan kuusahakan untuk bisa melupakan masa lalu bersamanya dan membangun hidup yang jauh lebih baik tanpa kehadirannya.Sudah satu tahun berlalu dan pandemi masih belum juga berakhir.
Akan tetapi pemerintah memberi harapan bahwa vaksin akan segera di produksi selambat-lambatnya awal tahun nanti.
Orang-orang seolah tak lagi terlalu peduli dengan karantina ataupun isolasi.
Berbeda sekali denganku.
Tanpa kusadari aku semakin mengisolasi diriku sendiri.
Terkadang, aku juga meragukan diriku.
Aku selalu bersikeras jika aku masih waras.
Aku masih bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak.
Aku masih bisa berfikir secara logis dan rasional.
Aku masih bisa membuat penilaian dan mengambil keputusan.
Namun pemikiran yang lebih berat dari orang lain, pemahaman terhadap diri sendiri, kreatifitas, ketakutan, ataupun kesedihan mendalam, dan juga perilaku kehidupan sosial yang berbeda dari orang lain, ternyata juga bisa menjadi indikasi adanya gangguan psikologis.
Jujur saja itu membuatku takut dan khawatir.
Bagaimana jika sebenarnya aku bukan cuma sakit secara fisik?
Aku takut!
Stigma negatif orang kampung sangatlah buruk.
Karna hampur semua dari mereka tidak tahu apa-apa tentang psikologi.
KAMU SEDANG MEMBACA
"MOMENTUM"
Non-Fictionternyata, teman yang setia padaku hanyalah buku harianku...