🦊8. Abang pulang ke Bandung

88 1 0
                                    

Ravindra dan Wirasana, dua saudara yang terpisahkan sejak kecil. Mereka berdua jarang sekali tinggal bersama sejak kecil, karena Rav tinggal bersama kedua orangtuanya, sedangkan bang Wira tinggal bersama kakek dan neneknya di Bandung. Oleh karena itu, Wira jarang sekali berkumpul dengan Ayah, Bunda, dan adiknya. Sebagai kakak-adik yang jarang bertemu dan tidak banyak berinteraksi, terkadang hubungan Rav dan Wira terasa canggung.
Tapi sesekali saat libur panjang dia pulang ke rumah untuk melepas rindu.

Seperti saat ini bang Wira sedang menikmati masa libur panjang di rumah kedua orangtuanya. Hingga tak terasa pagi ini tepat hari ke 14 bang Wira berada di rumah. Setelah menghabiskan waktu liburan selama 2 minggu bang Wira memutuskan untuk kembali ke Bandung demi melanjutkan kuliahnya yang sudah menempuh semester akhir. Saat ini ia sedang sibuk mengemasi barang - barang yang ada di lemarinya. Bang Wira melipat baju - bajunya dan memasukkan ke dalam koper.

Rav yang sedang berjalan keluar kamar, tak sengaja melirik pintu kamar kakaknya yang hanya berjarak beberapa meter dari pintu kamarnya. Ia melihat bang Wira yang sedang sibuk memasukkan baju dalam koper.

"Bang mau kemana?" Tanya Ravindra yang melihat bang Wira sedang memasukkan bajunya ke dalam koper.

"Gw mau balik ke Bandung" Jawab bang Wira

"Kenapa mendadak sih?" Tanya Rav

"Ada urusan perkuliahan biasalah. Yaudah mending sekarang lu ganti baju deh, anterin gw ke terminal" Bang Wira mendorong pelan punggung Rav agar segera masuk kedalam kamar dan ganti baju.
Tidak lama setelah itu mereka berdua pun bergegas pergi ke terminal. Dan tepat pukul 08.00 mereka tiba di terminal.

"Rav gw pulang dulu ya, lu hati - hati di jalan. Assalamualaikum" Ucap Bang Wira sambil berjalan meninggalkan Rav.

"Waalaikumussalam" Balas Rav.

Bang Wira pun berjalan meninggalkan Rav, namun setelah berjalan beberapa langkah, bang Wira mengembalikan badan dan berjalan kembali ke arah Rav.

"Jangan berantem lagi sama bunda ya" ia menepuk bahu Rav pelan dan berlalu pergi meninggalkan Rav.

Rav bergeming, menatap punggung sang kakak yang semakin menjauh.

"Sebenernya gw gak rela lu pergi ke Bandung bang. Gw takut kalo di rumah gak ada lo" Batin Rav.

Mata Rav masih terus menatap ke arah Bang Wira yang sudah berada di dalam bus. Begitu pun bang Wira, ia menatap ke arah Rav yang masih berdiri di halte itu. Hingga beberapa detik kemudian bus itu berjalan meninggalkan terminal, dan memutuskan pandangan mereka.

Kepergian bus itu membuat setetes air keluar dari pelupuk mata Rav. Setelah memastikan bus itu menghilang dari pandangannya, Rav pun bergegas pulang ke rumah.
Selama di perjalanan menuju rumah pikiran nya berkecamuk. Ia merasa bersalah karena telah bersikap cuek dan dingin kepada bang Wira, selama bang Wira berada di rumah.
Setelah menempuh perjalanan, beberapa menit kemudian Rav sudah sampai di rumahnya. Rav langsung masuk ke dalam kamar, dia mengunci pintu kamarnya dari dalam. Lalu merebah kan dirinya di kasur, sambil menatap layar ponselnya guna melihat apakah ada notif masuk atau tidak, dan ternyata ada notif dari bang Wira.

 Lalu merebah kan dirinya di kasur, sambil menatap layar ponselnya guna melihat apakah ada notif masuk atau tidak, dan ternyata ada notif dari bang Wira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Rav berkaca - kaca setelah membaca notif dari bang Wira.
Tak lama setelah itu Rav mengirim pesan suara kepada bang Wira.

 Tak lama setelah itu Rav mengirim pesan suara kepada bang Wira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang gw minta maaf.... hikss. Gw selalu bersikap cuek dan dingin pas lu di rumah, gw takut... hikss... lu ga betah di rumah gara - gara gw bang..... hikss.... gw minta maaf. Gw ga bermaksud kaya gitu... hikss" Rav mengirimkan voice note kepada bang Wira. Dia berbicara dengan suara terisak - isak.

sebenernya Wira juga menangis saat menatap adiknya pergi dari terminal tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sebenernya Wira juga menangis saat menatap adiknya pergi dari terminal tadi. Selama didalam bus Wira berusaha mati matian menahan tangisnya. Ia teringat adik bungsunya yang selalu menangis dan mengurung diri di dalam kamar karena perlakuan ayah dan bundanya. Wira tahu rasa sakit yang yang sedang dirasakan adiknya. Adiknya itu hanya ingin diperhatikan, diperdulikan, dan diperlakukan dengan sama tanpa dibedakan. Wira juga kadang bingung dengan sikap Bundanya itu.

Karena mendengar Voice note Rav yang sedang menangis, Wira sengaja membuat lelucon agar adiknya berhenti menangis.

Karena mendengar Voice note Rav yang sedang menangis, Wira sengaja membuat lelucon agar adiknya berhenti menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                      ************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

************


Luka Anak Kedua (RENJUN, WINWIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang