🦊11.Beberapa Nasihat eyang

91 2 0
                                    

Ini tentang si anak bungsu, yang sering kali dianggap pemenang kasih sayang orang tua. Kata mereka jadi anak bungsu itu anak yang paling enak, nggak pernah ngerasain penderitaan kaya kakak - kakak nya, selalu disayang sama orang tua, apa yang dia mau selalu di turutin, tapi orang - orang nggak pernah tau gimana strugglesnya di tuntut sempurna karena jadi harapan terakhir keluarga dan ada kakak nya sebagai pembanding. Pernah nggak sih mereka mikir kalau jadi anak bungsu juga pasti ngerasain penderitaan yang kakaknya nggak pernah ngerasain. Rasanya selalu serba salah di mata keluarga. Sebenarnya apa yang mereka impikan dari anak bungsu ini?
Kenapa hal yang di lakukan anak bungsu ini selalu salah di
matanya? Apa yang sebenarnya ayah dan bunda inginkan dari si
bungsu ini? Apa yang kakak inginkan dari adik bungsu ini?
Kenapa kata - kata salah dalam hidup Bungsu ini selalu menyatu
akankah kata benar itu tidak berpihak kepada si bungsu ini ??

~ Ravindra...

***************
Sekitar 10 menit lagi adzan dzuhur berkumandang. Rav tengah bersiap
dikamarnya untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah dimasjid. Baju koko putih yang ia kenakan dipadukan dengan sarung motif kotak - kotak berwarna merah bata membuat Rav terlihat rapi dan tampan.
Rav yang sudah rapi dengan baju koko dan sarungnya, kemudian berjalan dengan langkah ringan menuju masjid. Sesekali ia menyapa tetangga atau siapa saja yang ia lewati. Sikapnya yang ramah membuat semua orang senang melihatnya.

"Bang ucok" Rav menyapa tetangganya ini dengan anggukan.

Bang ucok pun ikut mengangguk dan tersenyum kepada Rav.
"Rajin bener Rav, belum azan udh otw masjid" Ucap Bang Ucok

"Calon jenazah harus semangat ibadahnya bang" Jawab Rav.

Ekspresi bang ucok mendadak berubah menjadi takut. "Ah lu bikin bang ucok takut aja. Yaudah gw otw ke masjid juga dah"

"Nah gitu dong. Yaudah Rav duluan ya bang" Ucap Rav lalu melanjutkan langkahnya menuju masjid.

*****************
Setelah selesai melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, Rav terdiam ditempatnya cukup lama. Rav mengangkat kedua tangannya itu sembari menutup matanya untuk menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia sedang berdoa dan merenungi setiap kesalahannya. Hingga tanpa Rav sadari eyang Rudi sedang memperhatikan dirinya dari jauh.
Tak lama, Rav selesai berdoa. Ia beranjak dan melangkahkan kaki nya keluar dari masjid, namun ketika ia berada di depan pintu masjid tiba-tiba eyang Rudi menepuk pundaknya.

[Fyi eyang Rudi adalah tetangga Rav, ia adalah seorang tokoh masyarakat dan termasuk orang yang penting di kalangan masyarakat. Ia merasa dekat dan akrab dengan Rav sehingga dianggap seperti cucu sendiri]

"Eh eyang" Ucap Rav kemudian meraih tangan eyang Rudi dan mencium punggung tangannya.

"Duduk disana dulu yu" eyang Rudi menunjuk ke arah kursi panjang di bawah pohon besar yang letaknya berada di halaman masjid.

Mereka pun berjalan bersama menuju kursi panjang.

"Kenapa Rav?" Tanya eyang Rudi

Rav menghela nafas lalu menggeleng lesu. "Gapapa eyang"

"Bener?"

Rav mengangguk dan tersenyum. "Bener eyang"

"Jangan memaksa untuk selalu tegar. Boleh lho, buat tidak baik - baik saja. Orang nggak harus selalu kuat Rav" Ucap eyang Rudi.

"Rav cuma lagi ngerasa gagal sebagai seorang anak eyang." Ucap Rav kemudian menunduk.

"Lho gagal gimana maksudnya?" Raut wajah eyang Rudi terlihat serius hingga tanpa ia sadari dahinya berkerut.

"Pernah suatu waktu tiba tiba bunda marah dan ngediemin Rav. Awalnya Rav gatau penyebab bunda marah itu apa, tapi Rav dituntut untuk paham dengan sendirinya. Bunda juga pernah bilang percuma kuliah gitu aja nggak tau, percuma kuliah ngabisin biaya. Terus kadang bunda tuh mikirnya suka kejauhan, dan mikir negatif tentang Rav. Sampai kadang Rav mikir, kehadiran Rav tuh cuma beban buat bunda. Rav cuma bisa bikin bunda kecewa, Rav ngga pinter, belum bisa bikin bunda bangga. Rav takut dosa eyang"

"Rav, eyang pernah denger ceramah dari ustadz favorit eyang. Beliau bilang ketika Allah turunkan dan tetapkan seseorang untuk menjadi anak kita, ketika lahir anak itu baik. Ngga ada anak yang terlahir jahat, dan ngga ada satu anak pun terlahir yang tidak punya keistimewaan. Allah menitipkan anak kepada orang tua itu ada keistimewaan di dalam nya yang menyempurnakan kebahagiaan dalam rumah tangga. Tapi kadang kelebihan anak itu belum terbuka atau terlihat dimata orangtua."

Eyang menjeda ucapan nya lalu memegang bahu Rav dan menatap mata Rav.

"Rav, masalah seberat apapun terima dulu dengan sabar. Karena pada akhirnya semua akan terlewati. Semua orang memiliki ujian yang berbeda Rav. Apa yang sedang terjadi pada kamu saat ini sebagai bentuk cara Tuhan untuk membuat Rav semakin kuat. Yakinkan pada diri kita bahwa kita mampu melewati ujian itu."

Rav mengulas senyuman "Makasih ya eyang. Setelah denger nasihat dari eyang, perasaan Rav jadi sedikit lebih tenang"

Senyum eyang Rudi pun ikut mengembang. "Sama - sama. Yaudah kalau gitu kita pulang yuk" Ucapnya sambil beranjak pulang.

Luka Anak Kedua (RENJUN, WINWIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang