🦊6. Ada namun diabaikan

121 4 0
                                    

Kadang tuh...
Gimana ya ?
Gw ngerasa pantes aja gitu diabaikan :(
Karena emang gw ga seworthit itu buat dibanggakan :(
Jadi ketika gw disepelein ya udah gw kayak biasa aja...
walaupun sebenernya sakit, tapi kan gw udah biasa hehe ;)

~Suara hati Ravindra

***********************************
Rav telah sampai di depan rumahnya, ia pun membuka pintu gerbangnya dan segera memarkirkan motornya di halaman rumah. Setelah memastikan motornya terparkir dengan baik Rav pun berjalan ke arah teras rumahnya, ia melihat bundanya sedang asyik mengobrol dengan tante Vina tetangga Rav.

Kemudian Rav pun duduk di pinggiran teras sembari melepas sepatu serta kaos kaki nya.

Karena posisi duduk Rav berada tak jauh dari bundanya dan tante Vina, otomatis Rav mendengar beberapa percakapan antara mereka berdua.

Mereka berdua tampak sedang menggulkan kelebihan anak mereka masing-masing.

"Kalau anak saya si Wira tuh kelebihannya di matematika bu, pernah dia dapat nilai 100 pas ujian sekolah, terus di kasih hadiah sama kepsek nya."

Bunda menceritakan tentang prestasi bang Wira kepada tante Vina, mulai dari bang Wira yang pernah mendapat hadiah dari kepala sekolah karena bang Wira berhasil memperoleh nilai 100 (nilai tertinggi) ketika ujian sekolah, bang Wira yang mahir masak, sampai bercerita tentang bang Wira yang sudah mandiri sejak kelas 4 SD, dll.

"Keren banget bu. Udah mandiri, pinter lagi" Balas tante Vina.

Rav pun beranjak dari duduknya, menaruh sepatu pada Rak yang terletak tak jauh dari nya, kemudian ia berjalan menghampiri bunda dan tante Vina, meraih tangan kanan mereka dan mencium punggung tangan mereka berdua secara bergantian. Setelah itu ia langsung berlalu menuju kamar nya.

Sesampainya Rav di kamar, ia langsung duduk di kursi depan meja belajar nya, lalu membuka laci meja belajarnya dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang merupakan piagam dan sertifikat yang ia peroleh dari lomba menulis puisi, audisi nyanyi, dan sertifikat kegiatan organisasi jurnalistik di kampus.

Rav memegang dan memandangi kertas - kertas itu sambil berucap dalam hati.

"Rav belum bisa buat bunda bangga ya? Harus pake cara apa biar bisa bikin bunda bangga?" Batin Rav.

Rav menghela napas dalam, entah kenapa Ia tiba - tiba teringat dengan kejadian masa lalu. Ia pernah memberi tahu sang bunda tentang prestasi yang ia peroleh, namun respon sang bunda seperti acuh tak acuh.

Flashback on

Saat kelas 12 Rav pernah mengikuti lomba menulis puisi di Sekolah, dan 2 kali Rav mendapat juara pertama. Tapi ketika ia memberi tahu Wanda (bunda Rav) respon nya hanya biasa. Padahal Rav hanya ingin melihat sang bunda memberi sedikit senyuman, namun nyatanya tidak.

"Bun Rav juara pertama lomba menulis puisi" Ucap Rav sambil menunjukkan hasil puisi yang ia tulis.

"Hmhm iya" Wanda mengambil kertas itu dari genggaman Rav, melihatnya sebentar kemudian mengembalikan kertas itu kepada Rav tanpa membaca hasil puisi Rav.

"Segitu males nya bunda baca karya anak nya sendiri ?" Batin Rav.

Sebenarnya tak hanya itu, ada banyak prestasi yang pernah Rav peroleh seperti, lolos lomba pidato di SMA, lolos Audisi nyanyi di kampus, dan mendapat sertifikat sebagai anggota aktif di organisasi Pers Mahasiswa. Tapi lagi lagi bunda nya hanya acuh tak acuh. Bunda nya hanya ingat bang Wira yang mendapat nilai 100 ketika ujian sekolah. Bukannya merasa iri, Rav hanya ingin mendapatkan sedikit perhatian dari orangtua nya. Ia hanya ingin prestasi yang ia peroleh mendapat apresiasi dari orangtuanya.

Luka Anak Kedua (RENJUN, WINWIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang