🦊9. Dikeluarga ini gw penjahatnya

100 4 0
                                    

                 ****************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****************

Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Rav baru saja pulang dari rapat organisasi karangtaruna. Saat hampir tiba di depan pagar rumah nya, Rav mendapati sang bunda sedang berjalan dari arah yang berlawanan. Rav berjalan perlahan sengaja membiarkan sang bunda berjalan mendahului nya.

Kriettt! Cklekk!
Sang bunda membuka gerbang dan berjalan mendahului Rav. Tak lama setelahnya Rav berjalan di belakang sang bunda kemudian menutup pintu pagar.
Setelah memastikan pagar terkunci, ia membalikkan badannya hendak masuk ke dalam rumah.

Brakkkkk....
Jantung Rav nyaris melompat keluar, saat sang bunda tiba - tiba membanting pintu dengan wajah marah.
Dengan wajah bingung, Rav mengekor di belakang sang bunda.

"Bunda marah sama gw?" Batin Rav.

"Kenapa nda? Marah?" Tanya Rav

"Pikir aja sendiri" balasnya ketus.

"Kalau marah jelasin alasannya, jangan diem kaya gini. Kan Rav jadi bingung"

Ravindra menghela nafasnya lalu melanjutkan ucapannya.
"Perasan Rav juga perginya ijin, terus bunda juga ijinin kan? Kenapa tiba - tiba sekarang marah?"

Braakkk...
Wanda kembali membanting pintu. Ia tidak menggubris Rav dan justru memilih masuk ke dalam kamar.

Melihat bundanya pergi meninggalkan Rav di Ruang tamu, ia bergegas menuju kamar merenungi permasalahan tadi dengan perasaan bingung, dan sedih.

Sshhh
Rav memijat pelipisnya yang terasa nyeri karena mengingat kejadian barusan. Ia benar - benar bingung melihat sikap bundanya.
Ia memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada bang Wira.

Ia memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada bang Wira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                          ********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


********

Esokan harinya saat Rav hendak mengambil makanan di dapur tiba - tiba bunda menghampiri Rav.

"Kenapa kamu nggak terima dimarahin sama bunda sampai kamu banding - bandingin hidup kamu sama abang? Apa kurang semua yang udah bunda kasih buat kamu? bunda udah beliin kamu motor baru, hp baru masih kurang hah? Hati bunda sakit ya ngeliat kelakuan kamu kaya gitu Rav" Ucap Wanda di belakang punggung Rav.

Rav mengerutkan alisnya, ia benar - benar bingung dengan semua yang terjadi sekarang.

"Kenapa si sayang?" Tanya Cakra kepada Wanda.

"Tanya aja tuh sama anaknya" Jawab bunda sambil menunduk Rav dengan dagu yang ia angkat sedikit ke atas.

"Nggak terima dia aku marahin" Sambung Wanda.

"Bukannya nggak terima bunda, tapi harus jelas alasannya. Sedangkan Rav nggak tahu alasan bunda marah itu apa." Balas Rav

"Yaudah kita ngomongnya di ruang tamu aja" Ayah mengajak Rav duduk di ruang tamu.

"Jadi gini yah... hikss...kemarin kan Rav pulang rapat jam 8 malem. Pas Rav mau masuk tiba - tiba bunda banting pintu. Rav gatau apa penyebabnya....hikss. Maksud Rav kalau emang Rav ada salah ya jelasin salahnya, jangan ngediemin gitu, kan Rav gatau." Rav berujar sambil terisak dengan sangat hebat.

Mendengar jawaban Rav sang bunda langsung menghampiri Rav di ruang tamu. "Kamu masih mikir apa penyebabnya? Percuma di kuliahin begitu aja nggak ngerti"

"Ya apa penyebabnya nda?...hikss seinget Rav kemarin Rav izin buat menghadiri Rapat katar, dan bunda ngasih izin kan? Tapi kenapa pas Rav pulang bunda marah - marah?...hikss"

"Masih nanya lagi, kamu itu kenapa nggak tau waktu? Kenapa pas waktu maghrib nggak pulang?"

"Ya karena ada acara makan - makan nda. Yang lain juga belum ada yang pulang, dan kita disuruh bu Rt untuk solat maghrib di rumah nya"

"Kenapa sih hal - hal kecil kaya gini aja bunda marah sampe segini nya? Giliran abang aja nggak pernah di marahin"

Plakkk..

Wanda menapar pipi putra bungsunya dengan keras.

"Tampar aja lagi bunda" Rav mendekatkan pipi kirinya kepada Wanda dan benar saja Wanda sudah mengambil ancang - ancang untuk menampar pipi Rav lagi.
Namun dengan sigap Cakra menahan tangan Wanda agar tidak menampar Rav.

"Jangan pakai kekerasan sayang" Ucap Cakra.

Wanda patuh dan tak bergerak, ia bernapas perlahan untuk menormalkan detak jantung. Lalu tak lama kemudian ia melanjutkan ucapannya.

"Kamu selalu nanya kenapa bunda nggak pernah marah sama abang? Karena perilaku abang baik nggak macem - macem kaya kamu, lagi pula abang nggak tinggal satu rumah sama kita dari kecil. Gimana bisa bunda marahin abang?" Wanda berucap dengan nada membentak.

"Anak kamu ini selalu aja banding - bandingin hidup nya sama hidup Wira. Punya sifat iri kok di pelihara" Lanjut wanda.

"Kalau kamu banding - bandingin hidup kamu sama abang, tolol nama nya. Lagian jadi cowok jangan cengeng Rav. Makanya ayah selalu didik kamu dengan keras supaya kamu nggak lembek kaya gini. Baru ayah uji mental kamu di tabrak pakai motor aja udah ngga kuat" Sambung Cakra.

"Waktu aku kecil Ayah mau tabrak aku di depan umum, di depan banyak orang yah. Tapi apa aku nangis saat itu? Engga yah. Walaupun hati aku sakit, aku nggak nangis." Balasnya dengan nada bergetar dan terisak.

Hufftt..... Rav menarik nafas panjang lalu membuangnya.

"Aku ngga mau masalah ini berlarut larut sampai lama. Kita ini keluarga. Aku minta maaf yah, nda. Aku minta maaf karena aku udah iri sama abang"

Rav meraih tangan kanan bundanya untuk meminta maaf dan mencium punggung tangannya, namun wanda menghempaskan tangannya tersebut.

"Minta maaf seribu kali mah gampang. Jangan cuma minta maaf tapi buktiin" Ucap Wanda sambil berlalu pergi.

Tak lama ayahnya pun bangkit dari sofa, melirik ke arah Rav sebentar lalu meninggalkan Rav sendiri di ruang tamu.

Rav menghela nafas pelan, lalu mengacak acak rambutnya kasar.
"Ternyata di rumah ini gw penjahatnya" Batin Rav sambil menangkup wajahnya dengan telapak tangan.

Luka Anak Kedua (RENJUN, WINWIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang