🦊15. Kepada Siapa Aku Harus Bercerita?

105 11 0
                                    

Bermain dengan kedua sepupu kecilnya memang sangat melelahkan, tetapi mampu membuat Rav sedikit melupakan kesedihannya.

"Rumah kak Rav udah jadi nih, punya Rayyan sama Nadia udah jadi belum?" Rav menoleh kearah Rayyan dan Nadia sambil menunjukkan karya legonya yang sudah berbentuk rumah.

Namun Rav terkekeh saat melihat Rayyan yang mencoba menyeimbangkan kepalanya yang bergerak ke kanan dan ke kiri karena mengantuk.

"Rayyan" panggil Rav lembut, mencoba untuk membangunkan Rayyan.

Bruukk...

Suara Rav mengagetkan Rayyan yang setengah mengantuk, hingga membuat balok - balok lego yang berada di tangan mungilnya terjatuh.

"Rayyan sama Nadia tidur di kamar kak Rav aja ya" Ucap Rav pada kedua sepupunya.

Rayyan mengangguk sedangkan Nadia hanya menggeliat sambil membuka mulut kecilnya menguap.

"Hoammm"

Lagi lagi senyum kecil terbit di bibir Rav saat sepupu kecilnya menguap, ia menutup mulut Nadia
menggunakan telapak tangannya.

"Yaudah yuk" Rav pun menuntun 2 sepupu kecilnya menuju kamarnya, lalu menemani mereka berdua sampai tertidur.

Rav yang melihat kedua sepupunya sudah tertidur pun ia ikut memejamkan matanya dan berkelana di alam mimpinya.

Rav sudah mulai terlelap dalam tidurnya, tenggelam dalam mimpi yang membawa dia ke peristiwa yang membuat nya sedih. Dalam mimpi itu, ia melihat bunda dan bang Wira sedang berada di meja makan. Rav pun menghampiri keduanya dan duduk disebelah Wira.

"Masak apa bun?" Tanya Rav sambil membuka tudung saji.

"Masak opor" Jawab bunda

"Wih enak nih" Rav pun mengambil piring dan menyendokkan satu centong nasi kedalam piringnya.

"Jangan banyak - banyak, abang mu belum makan" Ucap bunda ketika melihat Rav menyendokkan nasi

"Iya bun. Rav boleh ambil opor nya nggak?"

"Boleh, yang sayap ya. Karena yang paha kesukaan abang"

Rav mulai menyuapkan satu sendok nasi kedalam mulutnya sambil menahan rasa sesak di dadanya. Sementara kakak dan ibunya asyik mengobrol di ruang makan tanpa mengajak Rav berbicara.

Rav terisak dalam tidurnya yang membuatnya terbangun, ia terkejut ketika sadar  air mata keluar dari sudut matanya. Ternyata ia hanya bermimpi.

"Loh gw nangis?"

"Padahal cuma mimpi kaya gitu, lagi pula kan gw udah biasa diginiin sama bunda, ngapain nangis?" Batin Rav.

Tok...tok...tok
bunyi ketukan pada pintu mengejutkan Rav yang sedang berusaha menenangkan dirinya.

"Masuk aja, ngga dikunci" Sahut Rav.

Ceklek....

Rav menggerakkan kepala, menengadah menghadap ke arah pintu kamar.

"Eh lagi pada tidur ya" Ucap tante Elin.

"Hehe iya tante"

Elin pun menghampiri kedua anaknya, dan membangunkan nya dengan suara lembut.

"Kakak Rayyan bangun sayang" dielusnya lembut rambut putranya yang tertidur lelap. "Bangun sayang, udah sore pulang yuk"

"Hooaamm" bibirnya tersenyum melihat anaknya yang begitu menggemaskan sedang mengucek mata.

Setelah memastikan putranya bangun ia beralih membangunkan putri kecilnya.

"Rav tante pamit pulang ya, makasih udah jaga Nadia sama Rayyan" Ucap tante Elin lalu pergi meninggalkan kamar Ravindra.

"Huffftt sepi lagi deh" Batin Rav.

Rav pun keluar dari kamar, dan menghampiri ayah dan bundanya yang sedang menonton televisi.

"Enak ga si yah buah itu?" Tanya Wanda kepada Cakra sambil menunjuk kearah televisi.

"Gatau bun, Ayah belum pernah coba" Jawab Cakra

"Apa itu bun?" Rupanya Rav juga ikut penasaran, ia bertanya kepada wanda yang sedang menonton televisi.

Namun Wanda sama sekali tidak merespon pertanyaan Rav, entah tidak dengar karena terlalu fokus menonton televisi atau memang malas menjawab.

Tak lama kemudian ada tulisan yang muncul di pojok kiri bawah layar.

"Ohhh buah lontar" Ucap Rav

"Bun tau ga, di jalan raya deket kampus aku banyak pedagang es buah lontar, Tulisannya es legen buah lontar. Warna airnya putih gitu bun. Enak ga ya bun kira-kira? Jadi penasaran sama rasanya"

"Penasaran ya tinggal beli, gitu aja kok ribet" Jawab bunda sedikit ketus.

"Loh aku kan cuma cerita bun, kenapa jawabnya ngegas gitu?"

"Bunda sering perlakukan kaya gitu ya dulu sama nenek?" Tanya Rav

"Hmm"

"Pantes bunda selalu ketus kalau aku cerita. Tapi kenapa lampiasin nya ke aku doang? kenapa bunda nggak pernah kaya gitu ke abang?"

Ucap Rav lalu meninggalkan ruang tamu dan menuju ke kamar nya.

"Jadi anak kok gede ambek" Sahut Wanda.
Rav menghela nafas dan menghiraukan ucapan bundanya barusan.

Sesampainya ia di kamar air mata kembali mengalir di pipinya dikarenakan rasa kesalnya kepada bunda. Namun disisi lain ia merasa menyesal telah mengatakan hal tersebut kepada bundanya.

"Bun, kenapa sih kadang setiap Rav cerita bunda Jawab ketus? Padahal hal yang paling Rav suka didunia ini ketika lagi ngobrol asyik berdua sama bunda."

"Rav seneng ketika bunda antusias dengerin Rav cerita, tapi kenapa kadang bunda sama sekali gamau denger, bahkan sampai jawab ketus? "

"Padahal satu - satunya anggota keluarga yang sering Rav ajak cerita itu cuma bunda. Karena kadang bunda juga suka berbagi cerita ketika bunda seumuran Rav. Tapi kalau sikap bunda kaya barusan, ke siapa lagi Rav berbagi cerita?" Batin Rav

🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊

GUYS MAAF YA BARU UPDATE LAGI, SEMOGA KALIAN GA KABUR HEHEH DAN TETEP BACA KARYA KU YANG ABAL ABAL INI. BTW SEDIH IH RENJUN HIATUS, SEMOGA CEPET BALIK😭

oh iya guys aku (si Author yg jarang update ini) bikin siaran Wa wkwk. (Belagu banget kaya terkenal aja wkwk). Disitu aku nanti bisa cerita sama pembaca² aku yang setia ini wkwk...

https://whatsapp.com/channel/0029Vaf4qc72phHEclggpK3x

itu ya link nya, kalo mau join. KALO ADA YANG MAU SI☹️☹️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luka Anak Kedua (RENJUN, WINWIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang