Ayah? [02/03]

376 37 0
                                    


"Park jihoon!! ". Panggil junkyu dengan suara lantang tepat di ambang pintu kelas milik orang yang ia cari keberadaannya.

Seluruh mata mengarah padanya. Tatapan bingung dan tanda tanya tergambar jelas pada wajah2 mereka.

"Ada park jihoon?". Tanya junkyu pada seisi kelas yang hanya diam mematung.

Langkah kaki asing mulai berjalan mendekat ke arahnya. Dan kejadian ini makin membuat seisi kelas bungkam karena suasana serius yang tercipta kala kedua manik itu saling beradu pandang.

"Jihoon ga ada disini. Ada urusan apa lo?". Tanya haruto, sahabat dekat park jihoon. Junkyu bisa tau karena jihoon selalu mengajak haruto untuk menginap atau sekedar nongki nongki. Yahh.. Walaupun selama haruto main kerumah junkyu tak pernah muncul sama sekali. Bahkan ini adalah pertama kalinya mereka bisa tau tampang masing masing.

Apa? Bagaimana junkyu bisa tau kalau itu haruto?. Ayolah bung..
Junkyu itu anak cerdas. Hanya mendengar suara pun ia pasti akan selalu ingat. Dan ini kebetulan saja bisa bertemu langsung dengan haruto.
Jika tak pernah bertemu ya sampai kapanpun junkyu cuma bakal ingat suara tanpa tau siapa orangnya.

Kalau soal haruto bisa kenal junkyu masih jadi misteri.

"Dia dimana? ". Lanjut junkyu bertanya dengan wajah datar bercampur tak suka. Junkyu mode begini memang menakutkan. Tapi tenang,
Mode garang seperti ini jarang sekali keluar. Ia lebih suka mode juna si koala.

"Gua tanya ada urusan apa lo sama dia?". Balas haruto yang makin menajamkan pandangannya.

"Bukan urusan lo"

Wah gila.
Junkyu bukannya takut malah makin menantang. Tujuannya hanya ingin berbicara dengan park jihoon.

Bukannya menjawab haruto malah memperhatikan junkyu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Senyuman miring tercetak jelas di bibir merah mudanya.

Belagu banget ni bocah
Batin junkyu yang mulai risih dengan tatapan sok sok an dari teman saudara kembarnya.

"Jun? ". Panggil seseorang dari belakang sana.

Rasa lega mulai melembutkan pandangnnya. Yang di cari-cari muncul juga.
Park jihoon dengan seragam berantakannya berdiri tepat dibelakang junkyu.

Tanpa banyak cencong junkyu berbalik arah dan menatap saudaranya penuh cemas. Mengabaikan haruto yang masih berdiri disana.

Tunggu? Lagi lagi wajah park jihoon sembab?. Kali ini junkyu yakin 100 persen bahwa jihoon habis menangis. Pria maskulin bisa menangis rupanya.

" Park jihoon gua mau ngomongin sesuatu sama lu". Ajak junkyu yang langsung menarik jihoon ke suatu tempat agar mereka berdua leluasa berbicara 4 mata.

Jihoon yang masih bingung hanya menurut kala tangannya di tarik menuju tempat yang ia tak tau mana tujuan keduanya.

🐨🐶🐨🐶






































































































































































"Ji! Kalo ada masalah tu cerita anjing...
Bukan malah sembunyi-sembunyi kayak gini. Kalo bunda marahin gua gara-gara gabisa njaga lu gimana? ". Omel junkyu yang masih memaksa jihoon untuk bercerita denggannya.

"Yang ada gua yang disuruh bunda buat njaga lu tolol". Decak jihoon menjitak kepala adik nya yang tengah mencebik lucu sperti musang dikebun binatang.

"Awww... " Rintih junkyu mengusap usap bekas jitakan yang bahkan bayi tak akan merasakan sakitnya. Emang hakikatnya junkyu terlalu perasa. Gigitan nyamuk berasa seperti gigitan king cobra zaman fir'aun.

"Lagian lu kenapa si?. Gaada angin gaada hujan tiba tiba nangis kayak tadi?". Lanjut junkyu menyakan hal tadi pada sosok dihadapannya.

Bukannya menjawab jihoon malah mingkem seribu bahasa. Junkyu memutar bola mata malas. Tinggal jawab apa susahnya si? Lagi pula pertanyaan junkyu bukanlah soal matematika yang biasa bu retno lemparkan pada murid murid yang tertidur di jam pelajaran.

"Serah lu lah ji. Gua capek nanyain ini mulu. Yaudah kalo lo gamau cerita sama gua. Stop panggil gua adik mulai detik ini".

Hmphh!
Mulai. Junkyu dengan ucapan yang ia contek dari dialog sinetron kemarin berhasil membuat jihoon terkekeh.

" Yaelah jun. Lu nonton sinchan aja dah cukup. Gausah sok sok an nonton yang lain. Bocil kaya lu paling rawan niruin adegan film". Ujar jihoon masih dengan kekehan gantengnya. Kekehan renyah itu tak berlangsung lama. Kegelisahan yang bergemuruh sejak kemarin terngiang-ngiang lagi di kepalanya.

Mana mungkin gua rela juna jadi milik lo.

~~~






Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang