Ayah? [03/03]

430 37 0
                                    

Kilas balik—

Bel sekolah berbunyi. Jihoon segera memasukkan alat2 sekolah kedalam tasnya. Saat kakinya kampir melangkah meninggalkan kelas tiba-tiba seorang satpam sekolah menghampirinya. Alis jihoon mengernyit bingung.

"Kenapa pak?. Ada perlu sama saya? ". Tanya jihoon dengan nada bicara teramat sopan.

"Ada yang mau ketemu sama dek jihoon".  Terang pak satpam dengan mode bisik-bisik.

"Siapa? ". Tanya jihoon yang ikut-ikutan berbisik dengan bumbu-bumbu ngisengin pak satpam.

"Gatau. Bapak udah tanyain dia siapanya dek jihoon. Bukan jawab malah marah-marah. Mending cepet-cepet didatengin aja dek. Takutnya makin ngamuk". Imbuh pak satpam meyakinkan jihoon.

Hadeehh.
Siapa si? Padahal jihoon udah laper banget. Tapi kayaknya jihoon rada tertarik karena penasaran siapa orang yang ngotot pengen ketemu sama dia.





🐨🐶🐨🐶




Kini jihoon sedang duduk dengan tatapan tajam mengarah kedepan. Dan tepat dihadapannya ada sosok pria yang gantengnya nurun ke dia—kim mingyu.

Canggung? Jelas!
Antara canggung, kaget, bete, alah! Pokoknya campur-campur lah.

Saat ini keduanya tengah duduk di sofa empuk berwarna merah yang terletak di ruang penerimaan tamu. Kipas dan ac jadi saksi biksu atas tatapan sengit keduanya.

"Ada urusan apa? Jangan lama-lama. Jihoon belum makan. Kalo mau minta uang jihoon gaada". Cibir jihoon dengan tangan dilipat di depan dada dan punggung yang menyender di bantalan sofa. Jihoon ini memang pro dalam masalah julid-julid an. Udah tau si bapak bau parfum dior. Malah dikatain mau minta uang.
Selain ngehela nafas apalagi yang bisa mingyu lakuin?.

"Ayah kesini mau ngasih tau kamu tentang hak asuh ayah ke junkyu".

Deg

Muka yang awalnya songong berubah jadi kaget. Jihoon menjatuhkan rahangnya dan sedetik kemudian ia tutup kembali dan mulai angkat suara lagi.

"Ga! Gaada hak asuh hak asuhan". Bentak jihoon tak terima akan ucapan si mingyu.
Ayah ji.. Masak manggil bapak sendiri kayak manggil temen seangkatan.

"Terserah kamu mau bilang apa. Yang perlu kamu tau bentar lagi park junkyu bakal ganti nama jadi kim junkyu. Kalau kamu terserah. Mau ganti juga atau nggak".

" Gabakal ganti sampe kapanpun. Park junkyu ya tetep park junkyu! Ga ada kim kim-an". Terang jihoon dengan kepala yang benar-benar mendidih.

kim mingyu yang tau anaknya sedang marah bukannya mengalah malah seolah mengibarkan bendera peperangan. Dia hanya mengedikkan bahu dan langsung ngelenggang pergi begitu saja.

Jihoon yang sudah sendirian di ruangan itupun mulai menatap kosong ke arah depan. Ucapan si ayah berhasil membuatnya kepikiran. Badannya lemas. Matanya mulai berkaca-kaca, wajah yang awalnya putih berubah jadi merah. Ya tuhan..
Jihoon berhasil kepikiran tentang junkyu.
Pikirannya mulai membayangkan yang tidak-tidak. Dan jihoon akhirnya menangis sambil menutup wajah menggunakan kedua tangannya. Agar tak ada orang lain yang menyaksikan betapa hancur seorang park jihoon jika ada sesuatu yang mengancam hubungan dirinya dan saudara kembarnya.


🐨🐶🐨🐶





















































































































































Bentar ya Jun. Kakak mau ngomong sesuatu sama bunda". Izin jihoon pada junkyu yang mulai mengernyit kan alisnya bingung.

Dirasa sudah menerima izin, jihoon buru-buru beranjak menuju kamar pribadinya. Tak lupa menutup pintu sedikit agar pembicaraan pribadi ini tak sampai ke junkyu.

"Kenapa ji? ". Tanya bunda khawatir. kenapa tiba-tiba si sulung ingin berbicara serius dengannya?.

Jihoon nampak berfikir sebentar. Ia masih bimbang, ingin menanyakan ini atau tidak. Tapi ia butuh kejelasan.

Dirasa terlalu lama berfikir akhirnya jihoon angkat suara juga.

"Bun. Tadi ayah dateng kesekolah". Ucap jihoon dengan nada rendah seolah ia akan menangis setelah ini.

Yap! Benar!
Disinilah junkyu datang. Namun saat jihoon belum melanjutkan pembicaraan junkyu langsung melenggang pergi begitu saja.

Terdengar hembusan nafas kasar dari sebrang sana. Rose atau kerap dipanggil Park Chae Young ini nampak muak dengan mantan suaminya.

"Kim mingyu.. Sampai kapan kau mengganggu kehidupan anak-anak ku?".  gumam ibu dua anak itu pada dirinya sendiri.

"Dia ngancem bakal ambil junkyu? ". Sambung rosé seakan ia tau apa yang tengah menghantui pikiran si sulung.

"I-iya". Balas jihoon dengan suara bergetar. Air matanya lolos begitu saja.

Mengetahui bahwa putra pertamanya sedang tidak baik-baik saja tentu rosé langsung panik. Pasalnya jihoon tak semudah itu untuk menangis. Dari kecil jihoon memang sangat kuat fisik maupun batin. Berbeda dengan si bungsu yang lebih sensitif dan sering menangis.
Jika jihoon saat ini menangis, maka ini benar-benar menyakitkan baginya.

"Ji? Kenapa nak? Gausah takut. Gaada yang pergi. Junkyu bakal tetep sama kita".
Tutur rosé berusaha menenangkan agar tangis di sebrang tak semakin keras.

"Jihoon takut". Imbuh jihoon dengan nada semakin rendah namun masih bisa didengar.

Awww....
Hati rosé terenyuh mendengar ucapan putranya. Kini rosé bisa lega dan lebih fokus pada pekerjaannya.
Pasalnya rosé selalu terpikirkan bagaimana keadaan kedua putra kesayangannya. Sudah makan atau belum?, bisa tidur sendiri atau tidak?, mereka sedang apa?. Dan pertanyaan pertanyaan lain yang menghantui hari-harinya. Bukan hanya saat dirumah, saat rapat dikantor pun rosé selalu melamun memikirkan kedua putranya. Tak jarang seorang karyawan menegurnya untuk memberi jawaban atas proyek yang sedang di bicarakan. jadi bos dinegara orang memang melelahkan. Yahh.. Memang jihoon dan junkyu sudah jauh dari kata anak kecil. Namun sebagai ibu apakah salah jika rosé khawatir berlebih?
Ngomong salah gua sleding lu.

"Tenang aja hoon. Hak asuh kalian udah seratus persen ditangan bunda. Sidangnya udah bunda urus jauh-jauh hari. Jadi gausah mikirin si juna bakal diambil sama kim mingyu. Ga bakal bunda kasih sampe kapan pun". Terang rosé yang berhasil meredakan isak tangis si sulung tampan.
Walaupun tak mengurangi rasa takutnya akan kehilangan si kembaran tercinta.

Dan takutnya ia bawa sampe besok disekolah. Terbukti pas jam istirahat bukannya nyamperin junkyu yang udah nungguin dikantin. Anak sulung keluarga park itu malah nangis ditoilet.

'Jihoon memang penyayang. Namun ia memiliki caranya sendiri untuk menampilkan rasa sayangnya.'

~~~

Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang