In The Name of Love [1]

3.4K 180 18
                                    

cerita ini terinspirasi dari postingan di atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cerita ini terinspirasi dari postingan di atas. staring jay, sunoo, and jungwon as the characters.





"Jangan menangis."

Jay berucap dengan nada dingin. Bukan karena dirinya tak memikirkan perasaan kedua pria di hadapannya itu, namun karena ia pun berusaha sekuat tenaga untuk melakukan ucapannya sendiri.

"Kim Sunoo, bangun. Matahari sudah hampir tenggelam." ucap Jay seraya menyentuh pundak saudara tirinya itu.

"Kim Sunoo!" panggil Jay kali ini dengan lebih keras. Ia menarik lengan pria Kim yang masih tersedu dalam diamnya.

Sunoo berbalik menatap Jay dengan deraian air mata. Ia memukul dada Jay dengan kuat.

"Bagaimana bisa aku tidak menangis! Bagaimana bisa kamu memintaku tidak menangis! Orang tuaku...orang tua kita... Kenapa kamu selalu-hiks!"

Jay menarik Sunoo ke dalam pelukannya dengan sekali gerak dan kembali pecahlah tangisan Sunoo di hadapan pusara kedua orang tuanya.

"Jay...tidak...kenapa mereka harus pergi secepat ini...Jay...Jay... aku harus bagaimana? Kita harus bagaimana?"

Jay menepuk-nepuk belakang kepala Sunoo untuk menenangkannya. Ia mengecup penuh kasih puncak kepala saudara tirinya itu tanpa menjawab.

Jay menarik napasnya dengan dalam sebelum menoleh ke sisi lain dari posisinya. Ia menatap sosok lain yang sedari tadi berwajah dingin namun sorot matanya pun nampak berkilau menahan tangis.

Jay merentangkan satu lengannya, bermaksud mengajak sosok itu masuk dalam rengkuhnya. Secara otomatis senyumannya terbentuk saat sosok itu berjalan mendekat.

"Tidak apa-apa, tenangkan saja Sunoo." tolak sosok itu dengan senyuman tipisnya. Ia ikut menepuk puncak kepala Sunoo sebelum berjalan melewati Jay.

"Jungwon.." panggil Jay dengan lembut.

Jungwon menghentikan langkahnya, dengan posisi membelakangi Jay, ia dapat dengan leluasa meneteskan air mata yang sudah tak kuat dibendungnya.

"Ya..?" balas pria yang lebih muda dua tahun dari Jay itu dengan suara bergetar.

Seketika hati Jay seolah tersayat. Ia tahu Jungwon pun sama terlukanya seperti dirinya dan Sunoo. Jay tahu, adik tirinya itu pun menahan tangisan sedari tadi.

"Tolong siapkan mobil kita, sebentar lagi aku dan Sunoo akan menyusulmu."

Jungwon tak menjawab, ia melanjutkan langkahnya dengan perasaan kelabu yang entah ia sendiri tak dapat memahaminya.

++++

Sesampainya di kediaman keluarga Kim. Jay membantu Sunoo berjalan menuju kamarnya. Pria dengan kulit pucat itu lemas tak bertenaga semenjak berita kematian orang tuanya semalam.

Jay menidurkan Sunoo di atas kasur, ia pun ikut naik dan kembali merengkuh Sunoo yang masih terisak.

"Jangan khawatir. Aku kan sudah bekerja, aku bisa menghidupimu dan Jungwon. Kamu dan Jungwon tetap keluargaku." ucap Jay dengan penuh perhatian.

Jay lagi-lagi mengecup puncak kepala Sunoo dalam dekapnya, "Kita hanya harus sedikit berhemat, okay? Urusan kuliahmu dan Jungwon biar aku yang mengurusnya."

Perlahan Sunoo mendongak, matanya bengkak dan basah, pipinya pun memerah padam.

"Jangan tinggalkan aku, Jay." ucap Sunoo dengan tangisannya.

Jay mengangguk, "Mana mungkin aku meninggalkan adikku sendiri, hm? Ayah dan Ibumu sudah merawatku sejak kecil sebelum kamu lahir. Mana mungkin aku tidak membalas jasa mereka."

"Berjanjilah untuk selalu bersamaku." ucap Sunoo kembali.

Jay sekali lagi mengangguk, "Janji." jawabnya dengan yakin.

Sunoo mengeratkan pelukannya pada tubuh Jay. Ia menghirup dalam-dalam aroma khas pria Park guna mencari ketenangan favoritnya.


+++

Jay berjalan mendekati sosok Jungwon yang sedang berdiri di area belakang rumah keluarga Kim. Ia tak sadar senyumannya kembali terukir saat memandangi sosok Jungwom yang sedang menghisap sebatang rokok sendirian.

Sret

Jungwon memeluk pinggang ramping pria Yang dan mengistirahatkan dagunya pada bahu lebar pria itu.

"Jangan terlalu sering merokok, Jungwon." ucapnya dengan lembut.

Jungwon sekali lagi menghembuskan kepulan asapnya, "Apa Sunoo sudah tidur?" tanyanya.

Jay mengangguk, "Sunoo menangis bahkan dalam tidurnya." balas pria itu.

Jungwon membalik tubuhnya dalam rengkuhan Jay. Ia meletakkan sepuntung rokok yang baru separuh ia gunakan setelah sekali sesap, lalu ia kalungkan lengan kurusnya pada leher Jay.

Suuuush...

Jungwon hembuskan asap rokoknya ada wajah tampan Jay.

"Oh, Tuhan.." keluh Jay walau dengan senyuman lucu.

Jungwon menatap mata elang Jay yang menatapnya penuh afeksi. Ia kembali menahan tangis, mengingat sosok Ayah dan Ibu angkatnya yang telah tiada akibat kecelakaan maut semalam.





"Jangan menangis, Sayangku.."

Jungwon menarik napasnya dengan sesak saat Jay berucap dalam. Ia memejamkan mata saat Jay mengecup dahinya penuh kasih.

"Baru saja kita akan mengungkapkan hubungan kita pada Ayah dan Ibu. Sekarang.. kita harus bagaimana, Jay?"

Jay mengeratkan pelukannya. Ia memiringkan kepalanya, lalu membawa Jungwon ke dalam sebuah ciuman penuh hasrat mesra.

Saat mengambil jeda, Jay mengecup puncak hidung pria Yang lembut.

"Tidak apa-apa. Kita tidak terikat secara darah dengan keluarga Kim. Kita satu sama lain pun bukan saudara sedarah walaupun secara hukum kita keluarga. Aku bisa mengaturnya, jangan terlalu dipikirkan."

"Tapi bagaimana dengan Sunoo? Kita belum memberitahunya, Jay."

Jay menggeleng dengan senyuman, "Biar aku yang mengurusnya, Sayang. Kamu tidak perlu banyak memikirkan hal lain. Fokus lagi pada semester akhirmu, okay? Kamu harus segera menyelesaikan studimu lalu kita bisa menikah setelahnya."

"Jay.." panggil Jungwon dengan sipu malu.

"Iya?" sahut Jay dengan lembut.

Jungwon tersenyum pada akhirnya. Ia meraih sisi rahang tegas Jay lalu mengusapnya lembut.

"Aku mencintaimu.." ucap Jungwon dengan lembut.

Jay mengangguk, "Aku lebih mencintaimu dari apapun di dunia ini, Jungwon."

Kembali, kedua pria itu beradu dalam ciuman mesra penuh rasa.

tbc.

short story : jaywon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang