"Aku tidak mau pergi ke kampus!"
Jay yang sedang memasang dasi kantornya itu berhenti sejenak. Ia menatap Sunoo dengan menuntut.
"Jay, mereka pasti akan mengasihaniku! Aku tidak mau kuliah lagi!" ucap Sunoo dengan raut kesal.
Jungwon, yang kala itu selesai membuatkan sarapan roti lapis dari arah dapur pun mendekat. Ia meletakkan milik kedua saudara tirinya itu sebelum berjalan mendekati Jay.
"Kemarikan dasinya." ucap Jungwon dengan santai. Ia lalu layaknya seorang ahli, membenarkan posisi dasi kantor Jay hingga rapi, menerbitkan sebuah senyuman manis pria Park ke arahnya.
"Terimakasih, Jungwon." ucap Jay lembut.
Jay kembali pada Sunoo, "Cepat habiskan sarapannya, aku antar kalian berdua kuliah sekarang juga."
"Aku tidak mau-"
"Aku bisa berangkat sendiri, Jay. Sunghoon yang menjemput-"
"Tidak. Kalian berdua, mulai hari ini, aku yang akan mengantar."
Jay menoleh ke arah Jungwon, "Tidak da lagi Sunghoon-Sunghoon." ucapnya dingin. Lalu ia kembali menatap Sunoo, "Dan kamu, cepat ambil tasmu sekarang." sambungnya lagi.
Sunoo dengan kesal bangkit seraya membawa sarapannya, ia mendengus, "Ah! Kamu menyebalkan, Jay!" ucapnya seraya pergi melakukan perintah Jay.
Sepeninggal Sunoo, Jungwon duduk di samping Jay.
"Kalau ada aku, kenapa harus diantar oleh Sunghoon? Kamu tahu dia suka kamu, kan?"
"Dia sahabatku, Jay. Lagipula kampusku dan Sunoo berlawanan arah, kamu bisa terlambat ke kantor."
"Kamu tahu dia suka kamu atau tidak?"
Jungwon menatap Jay dengan hembusan napas kesal, tak mau memperpanjang masalah dengan kecemburuan Jay.
Tak berapa lama setelahnya, ketiga saudara tak sedarah itu pun berangkat menuju tujuan mereka bersama-sama.
++++
"Aku sudah mengirim uang sakumu bulan ini, tolong lebih berhemat lagi, Sunoo." ucap Jay setelah adiknya itu turun.
Sunoo mengangguk, "Iya! Aku tahu.."
"Ya sudah, sana. Aku harus mengantar Jungwon." pamitnya sebelum pergi memutar mobilnya.
Baru saja Jay keluar dari area kampus Sunoo, ia menepikan mobilnya.
"Kamu bisa pindah ke depan sekarang. " ucapnya pada Jungwon.
Jungwon pun menurut, ia turun dari kursi penumpang lalu masuk ke kursi di samping kemudi.
Jay dengan refleks meletakkan telapaknya pada paha kekasihnya itu, merematnya lembut sebelum kembali mengemudikan mobil mereka.
"Maaf aku marah soal Sunghoon pagi ini. Aku hanya kesal karena dia terus bertingkah padahal kamu sudah menolaknya."
Jungwon tersenyum tipis, ia memiringkan tubuhnya, bersandar pada bahu Jay.
"Percaya padaku, Jay." ucap Jungwon.
Jay tersenyum manis, "Aku memang percaya kamu, Sayang. Tapi aku tidak percaya pada Sunghoon."
"Sunghoon bukan tipeku dan dia sudah ku anggap sahabat sejak masih SMA. Kamu tipeku dan kita sudah berencana menikah setelah aku lulus kuliah. Itu perbandingan yang sangat jauh, Jay."
"Baiklah, baiklah. Kamu menang. Besok suruh dia menjemputmu lagi tapi dengan syarat untuk pulangnya biar aku yang menjemput di kampus."
Jungwon memutar bola matanya malas, "Kamu pulang malam-malam!"
"Aku bisa mempercepat pekerjaanku demi kamu, Park Jungwon."
"It's Yang! Jung! Won!" sahut pria manis itu seraya menjulurkan lidahnya.
Jay terkekeh, "Ah... kamu lucu sekali, aku ingin menciummu andai saja aku sedang tidak mengemudi."
Jungwon terkekeh. Ia mengecup pipi Jay dengan cepat, "Jangan sering cemburu tidak jelas, kamu harus mulai percaya padaku. Kita akan segera menikah, harus memperkuat kepercayaan satu sama lain, Jay."
"Tunggu, Jungwon. Kenapa aku merasakamu semakin aktif membahas soal pernikahan kita? Kamu sudah tidak tahan atau apa?" goda Jay seraya menaik turunkan alisnya.
Jungwon mendecih, "Tidak tahan apanya? Kamu sudah menyicipiku sejak dulu!"
"Hei! Bahasamu!"
"Itu bahasa yang lebih sopan dari kita sudah melakukan seks beberapa kali atau kamu sudah mengambil keperjakaanku."
"Ya Tuhan, pria kecil ini benar-benar!"
Jungwon tertawa kencang, ia berhasil menggoda Jay. Dengan cepat ia meraih sisi wajah Jay, memberinya kecupan singkat pada bibir tipis prianya itu.
"Ah... aku rindu sentuhanmu." ucap Jungwon dengan bisikan seduktif yang berhasil membuat Jay mengerem mobilnya secara mendadak.
++++
Jay menatap Jungwon yang baru saja turun dari mobilnya. Ia dapat jelas melihat wajah kesal pria Yang padanya.
"Lain kali jangan menggodaku." ucap Jay dengan tawa mengejek.
Jungwon mendengus, ia menyentuh sebuah plester luka yang menempel di sisi kanan lehernya. Tempat dimana Jay mencumbunya setelah ia menggoda pria itu. Kini, Jungwon dan Jay sama-sama terlambat pada jadwal pagi mereka.
"Dasar laki-laki sama saja!" sungut Jungwon dengan kepalan tangannya, berpura-pura akan meninju Jay.
Jay tertawa, "Kamu juga laki-laki, Sayangku. Jangan lupa mengecek saldomu juga, aku sudah mengirimkan uang saku bulanan dan sedikit tambahan karena sudah membuat moodku baik hari ini."
"Kamu harus berhemat, jangan kirim uang tambahan lagi, cukup uang saku saja. Kamu sekarang harus menghidupi dua orang dan dirimu sendiri, Jay."
Jay tersenyum teduh, "Selama itu untuk kamu, pasti aku bisa carikan uang lagi. Jangan khawatir, Sayang."
"Sudahlah, si keras kepala. Aku pergi dulu, gara-gara kamu, aku harus mencari alasan karena absen di kelas pertama."
Jay mengedipkan sebelah matanya pada Jungwon sebelum berpamitan.
"Semangat belajar, calon istriku!"
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
short story : jaywon [✓]
Fanfictionkumpulan ide-ide kilat tentang jaywon. was 3rd in #jaywon