"Kamu lebih suka jalan-jalan malam kayak gini atau mendingan pagi-pagi, Won?"
Jungwon yang sibuk mengabadikan hiruk-pikuk keramaian di hadapannya itu tak menjawab pertanyaan Jay.
Tepatnya, introgasi yang Jay lakukan semenjak mereka memutuskan menjalin hubungan. Jay dan keingintahuannya. Jay dan ketidakjelasannya.
"Won, kamu suka makan di pinggir jalan? Atau prefer ke cafe yang tertutup atau yang santai?"
"Kamu suka minum yang es seger atau es milky gitu, Won?"
"Won, Won, kamu ngerokok nggak? Atau kamu nyaman nggak kalau ada orang ngerokok deket kamu?"
"Won.. Kamu lebih suka aku ajak naik motor atau mobil?"
"Won! Kamu kalau nikah nanti mau pakai adat apa?"
Ya, benar. Pertanyaan Jay dimulai dengan yang paling dasar hingga yang paling nyeleneh. Jungwon sudah hafal, maka dari itu ia lebih memilih berdiam diri agar pria Park sendiri yang mendapat jawaban dari pengamatannya.
"Ayo nyari makan. Aku laper." ucap Jungwon.
Jay sendiri seolah lupa akan pertanyaannya. Ia tersenyum lebar lalu meraih bahu Jungwon untuk dirangkulnya.
"Let's go!" pekiknya semangat tanpa peduli apa pandangan orang sekitar melihat kehebohannya itu.
"Kalau pas lagi di luar, jangan sering-sering nyentuh aku. Orang-orang pada ngelihatin." ucap Jungwon saat keduanya mulai menata duduk di salah satu restoran pilihan Jay.
Jay mendengus, "Biar aku colok mata mereka yang berani ngelihatin Cantik-ku ini! Hum?" balas Jay dengan menaik turunkan alisnya.
"Serius!" sahut Jungwon.
Jay mengangkat bahu, "Emang siapa yang bercanda, Sayang?"
Jungwon menendang kecil kaki Jay, "Kamu tuh jangan terlalu brutal gini, aku takut didenger orang. Nanti mereka mikir kamu yang aneh-aneh. Udah, panggilnya nama aja. Pakai aku-kamu udah cukup aneh."
"Aku maunya Sayang Kamu kalau mau manggil nama aja nggak papa. Tapi kalau aku lagi pengen bilang Sayang, itu hak aku dong!"
"Bicara serius, Bang. Kamu beneran nggak papa kalau orang tahu kita pacaran?"
Jay mengangguk, "Asal my family nggak tahu. Semua bakal baik-baik aja. Orang-orang disini nggak kenal kita, nggak kenal kamu dan aku, mereka nggak ikut campur sama hidup kita. So please enjoy every moment that we spent together, Love.."
"Kamu dan mulut buaya kamu tuh perlu disumpel serbet!" sungut Jungwon kesal melihat Jay yang masih saja banyak bertingkah.
Jay terkekeh lucu. Ia meraih leher Jungwon, menariknya mendekat lalu dengan gemas mengecupi seluruh area wajah Jungwon.
Hmph!
Hmph!
Muah!
Muah!
Muah!
"I like you, Yang Jungwon." ucapnya dengan cengiran menyebalkan.
Jungwon tak bisa menahan malu. Wajahnya memerah bak kepiting rebus. Ia memundurkan kepalanya, menjauhi Jay. Matanya melirik sisi kanan dan kiri yang kebetulan sepi.
Sialan memang.
Jay selalu bisa mengambil hatinya.
+++
"Woooon, nginep aja ya? Ya? Ya?"
"Nggak."
"Cuma nemenin aku tidur aja!"
"Nggak."
"Kamu nggak kasihan aku selalu sendiri di apart?"
"Nggak. Kamu bukan penakut jadi jangan pura-pura lemah."
Jay yang tadinya memasang wajah merengek langsung melunturkan ekspresi. Ia menghela napasnya dengan berat hati melihat betapa kerasnya Jungwon pada dirinya sendiri.
"Kamu tuh nggak sayang sama aku ya?" tanya Jay dengan ekspresi kecewa.
Jungwon mendengus, "Mana ada rasa sayang diukur dari serumah atau enggak." balasnya tak mau mengalah.
"I'm not gonna touch you, I swear!"
"Bukan git—"
"Probably cuma nyium dikit. Tapi kan emang udah biasa ciuman, Sayangkuuuu?"
"—tu."
Jay meraih kedua sisi wajah Jungwon, "Janji cuma cium aja." ucapnya meyakinkan.
Jungwon mendecak sebal, ia mendorong tubuh Jay menjauh. Wajahnya nampak lelah karena seharian ia menemani Jay dalam rangka "mendalami" satu sama lain.
Jungwon menatap pria Park yang masih berenergi penuh. Matanya berbinar seolah tahu ia tak akan dikecewakan oleh Jungwon. Namun pria Yang betulan lelah. Ia menggeleng sebagai jawaban.
"Nggak mau. Aku mau balik aja." final Jungwon.
Pancaran semangat di mata Jay memudar seketika. Pria Park menyadari pada akhirnya, Jungwon menolak bukan karena tak ingin, mungkin, karena memang harus seperti ini.
"Okay, aku anter ke kos." balas Jay tanpa merengek lagi.
Jay menggandeng tangan Jungwon, "Maaf.." lirihnya pelan.
Jungwon menatap genggaman tangan Jay. Lagi-lagi pria ini mengalah dan bersikap lembut padanya. Bukan tipikal seorang "Jay" yang ia dengar dari banyak orang.
Jungwon terkadang hanyut dalam pikirannya.
Jay yang mana yang ia kencani? Jay yang mana yang sesungguhnya ia sukai?
"Kamu nggak marah kan?" tanya Jay mendapati Jungwon melamun.
Jungwon menggelengkan kepala, "Aku cuma capek." balasnya jujur. "Besok kita sarapan bareng, bisa?" ajaknya sebagai penebusan rasa bersalah.
Jay seketika kembali menjadi Jay yang lama. Ia melompat girang lalu memeluk Jungwon dengan erat.
"Siap, laksanakan!" pekiknya heboh seraya kembali ceria dengan tawa khasnya.
Jungwon tanpa sadar ikut tersenyum melihat kekonyolan kekasihnya itu. Ia membalas genggaman Jay dengan erat.
Setidaknya untuk saat ini, Jungwon ingin terus bersama pria penuh teka-teki itu.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
short story : jaywon [✓]
Fanfictionkumpulan ide-ide kilat tentang jaywon. was 3rd in #jaywon