Minggu ini menjadi minggu yang paling menyenangkan bagi sebagian siswa-siswi SMA Pancasila kelas 11. Kegiatan yang dilaksanakan pada minggu ini adalah kemah. Seluruh siswa-siswi diwajibkan untuk ikut sebagai syarat kelulusan nanti.
Siswa-siswi sibuk menyiapkan persiapan kemah untuk seminggu ke depan dengan kelompok masing-masing. Begitupun dengan Lica yang sedang menunggu kedatangan Aluna di supermarket.
"Luna kemana sih? Lama banget, udah 1 jam lho" gerutunya.
Setelah menunggu Aluna 15 menit lagi, ternyata tidak ada tanda-tanda munculnya Aluna. Lica pun memutuskan untuk berbelanja duluan.
Lica memilih-milih snack yang dia suka. Lalu kakinya melangkah ke arah tempat permen warna-warni yang dipajang. Tanpa perhitungan, Lica mengambil sekitar 15 jenis permen yang ada di supermarket tersebut. Saat sedang asyik memilih-milih permen, Lica dikejutkan dengan suara seseorang.
"Jangan terlalu banyak makan manis, nanti kamunya makin manis" ucap seseorang tepat di belakang Lica.
Gerakan mengambil permen terhenti, Lica membalikkan badan dan mendapati seorang laki-laki berperawakan tinggi, dengan Hoodie hitam dan masker yang membuat sebagian wajahnya tertutup sedang menghadap ke arah permen-permen.
"Gapapa biar Lica tambah manis" ucapnya percaya diri sambil tersenyum.
"Kata siapa kamu manis?"
Mendengar pertanyaan dari laki-laki didepannya membuat Lica malu sendiri.
'Kepedean banget sih kamu Lica' batin Lica miris.
"Ka-kalau gitu, Lica permisi ya kak" daripada tambah malu, Lica memilih untuk segera pamit dari stand permen.
Setelah kepergian Lica, laki-laki tersebut tersenyum penuh arti dari balik maskernya.
'Lucu'
°°°
Aluna yang melihat jam di hp sontak mendelikkan matanya. Sudah pukul 14.00?
"Duh, gimana nih si Lica. Gue lupa lagi"
Dengan langkah yang terburu-buru, Aluna menghampiri Kevin yang sedang memilih-milih di rak camilan.
"Vin, aku pulang dulu ya"
Kevin yang mendengar penuturan Aluna langsung berdiri "kok buru-buru? Kenapa?"
"Tadi aku ada janji sama Lica dari jam 12 dan sekarang aku baru inget. Aku mau nyusulin Lica di supermarket kita janjian" ucap Aluna dengan ekspresi panik.
Kevin yang mendengar penjelasan dari Aluna hanya menganggukkan kepala sambil menjawab "nggak usah, paling dia udah pulang" lalu Kevin melanjutkan memilih camilan kembali.
Aluna yang mendengar jawaban Kevin menganga tak percaya. Kenapa bisa se-santai ini? Padahal hubungan Kevin dan Lica masih resmi menjadi pasangan kekasih. Tapi melihat sikap Kevin seolah-olah hubungan mereka sudah berakhir.
Melihat sang kekasih diam melamun. Kevin mengguncangkan sedikit bahunya.
"Mikirin apa hm?" tanyanya lembut.
"Li-lica gimana?" air mata sudah siap untuk turun dari iris coklat dalam sekali kedip.
"Percaya sama aku, dia pasti udah pulang" Kevin berucap sangat meyakinkan Aluna.
Aluna pun menganggukkan kepala dan berhambur ke dalam pelukan Kevin, kekasih hatinya.
°°°
Semua perkataan Kevin hanyalah bualan belaka. Nyatanya waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan Lica masih setia menunggu sahabatnya di depan supermarket. Ingin menghubungi nomer Aluna, tapi Lica lupa membawa handphone.
"Pulang nggak ya? Tapi kalau Lica pulang, nanti Aluna nungguin" gumamnya sendiri.
20 menit sudah berlalu, masih belum ada tanda-tanda kedatangan seseorang yang ditunggu.
"Tungguin bentar lagi deh"
Tepat di belakang Lica ada sebuah kursi yang sedang diduduki oleh laki-laki bermasker tadi. Pandangan laki-laki tersebut terus terpaku pada Lica.
'Dia lagi nungguin siapa sampai selarut ini?' pertanyaan itu bersarang di dalam benaknya.
Hari sudah semakin larut, supermaket tempat Lica menunggu sudah mulai tutup.
"Dek, kok nggak pulang?" tanya salah satu karyawan supermarket yang akan pulang.
"Lica lagi nungguin temen mbak"
'Temen? Daritadi adik ini nungguin temennya? Sampe larut gini?' batin karyawan.
"Kenapa nggak ditelfon aja?"
"Hp Lica ketinggalan" jawabnya sambil menampakkan deretan gigi.
Karyawan tersebut geleng-geleng kepala, kemudian dia melihat sekeliling dan tatapannya bertemu dengan sosok lelaki di belakang Lica.
"Yaudah mbak pulang dulu, kamu hati-hati ya" pamitnya.
"Hati-hati juga mbak" teriak Lica sambil melambaikan tangannya.
Setelah kepergian karyawan tersebut, sosok laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Lica.
"Pulang"
Satu kata yang memiliki banyak makna. Namun, Lica tak bisa langsung paham. Laki-laki ini berbicara kepada siapa? Lica tidak mau kepedean lagi. Lebih baik Lica diamkan saja.
Tak ada sahutan dari lawan bicara, laki-laki tersebut berucap kembali "Lica Lorenso ayo pulang!"
Ucapan tegas itu mampu membuat Lica menoleh. Tunggu! Kenapa laki-laki ini bisa tau nama lengkapnya?
"Kok kamu bisa tau nama Lica?"
"Pulang" bukannya menjawab pertanyaan Lica, laki-laki itu langsung membawa semua barang Lica.
Melihat barangnya dibawa begitu saja oleh laki-laki tidak dikenal, Lica langsung mengejarnya.
"Tunggu, jangan dicuri barang Lica!"
Napas Lica ngos-ngosan, laki-laki di depannya sungguh berjalan sangat cepat. Lica melihat sekeliling ternyata dia di area parkiran tak jauh dari supermarket tadi.
"Kenapa barang Lica dimasukin ke dalam bagasi mobil kamu? Lica nggak kenal sama kamu"
"Udah larut, saya anter kamu pulang"
Laki-laki itu sudah masuk ke dalam mobil. Sedangkan Lica, masih menimang apakah dia akan masuk atau tidak. Jika dia masuk terus diculik bagaimana?
"LICA LORENSO!"
Mendengar laki-laki itu memanggil namanya lagi, akhirnya Lica memutuskan untuk masuk saja. Lumayan dapat tumpangan gratis. Apalagi ini sudah malam, pasti banyak kejahatan di luar sana.