Pernyataan yang diutarakan Alaska beberapa minggu yang lalu masih terngiang jelas di otak Lica. Setelah ajakan Alaska ke danau serta segala perkataan dan pernyataan yang di luar nalar itu, baik Alaska maupun Lica tidak pernah bertemu lagi. Di sekolah ataupun di cafe tempat ia bekerja, Lica tak pernah melihat Alaska.
Hatinya sedikit lega namun, ada setitik rasa khawatir di dalamnya. Ingin mencari tau kemana perginya Alaska tapi, Lica rasa tak perlu karena ia bukan siapa-siapanya.
"Woi, ngelamun aja. Lagi mikirin apa nih?" Dewi yang melihat Lica duduk di taman sambil melamun, mengendap-endap untuk mengagetkannya.
"Dewii, kebiasaan deh bikin Lica kaget aja"
"Habisnya kamu ngelamun di taman yang sepi, kalau kesurupan gimana hayo?" Lica mengedarkan pandangannya, benar yang dikatakan Dewi taman ini sepi bahkan sangat sepi.
"Huft... Lica mau cerita, Dewi mau dengerin nggak?" Dewi membalas pertanyaan Lica dengan tertawa.
Hubungan pertemanan mereka memang belum genap sebulan namun, bagi Dewi hubungan mereka sudah erat. Bahkan tanpa disadari Lica, Dewi berjanji pada dirinya untuk selalu ada di saat Lica membutuhkan dirinya.
"Kita kan udah temenan, kalau kamu mau cerita nggak usah sungkan ataupun nanya ke aku. Udah pasti aku mau dan akan selalu dengerin segala cerita kamu" penjelasan Dewi yang menyentuh hati Lica, membuat mata Lica berkaca-kaca. Namun dengan segera ia hapus sebelum air mata itu luruh.
Lica pun memulai ceritanya dengan mengarahkan pandangannya lurus ke depan "kamu inget kan waktu aku ditungguin kak Alaska pas pulang ekstra?"
"Inget banget, cerita nge-date kalian yang aku tunggu-tunggu untuk aku dengerin tau"
"Lica lupa kalau mau cerita ke Dewi waktu itu saking banyaknya pertanyaan di benak Lica. Jadi waktu itu kak Alaska ngajakin Lica jalan, terus mampir ke minimarket, sampai akhirnya Lica sama kak Alaska berhenti di sebuah danau sekalian lihat sunset. Pas udah tenggelam mataharinya, Lica kelilingin danau kak Alaska terus ngikutin kemana pun Lica pergi mungkin khawatir kalau Lica hilang. Waktu itu pikiran Lica masih bener-bener positif yang sampai akhirnya kak Alaska tanya ke Lica 'mau nggak jadi istrinya' otomatis Lica kaget, kok kak Alaska secara nggak langsung ngajakin Lica ke jenjang yang serius. Terus Lica tanya 'kak Alas sebenarnya kenapa?' awalnya kak Alaska diem lama banget terus tiba-tiba dia jawab 'karena aku sayang kamu' jantung Lica tambah berdetak kenceng banget. Tapi setelah kak Alaska ngomong gitu, Lica nggak ngasih respon apapun. Terus semenjak itu Lica nggak pernah ketemu ataupun sekedar lihat kak Alaska di sekolah atau di cafe tempat Lica kerja. Menurut Dewi, apa kak Alaska marah ya sama Lica?" setelah mencurahkan isi hatinya, Lica menghadap ke arah Dewi yang masih mencerna segala kata curhatannya.
"Bentar-bentar Ca, ini beneran dia ngajakin kamu nikah? Kamu nggak salah denger kan?" siapa yang tak kenal dengan Alaska Ocean? Seantero sekolah bahkan luar sekolah pasti mengetahuinya, seorang lelaki yang tak pernah menjalin hubungan atau dekat dengan perempuan manapun. Kini mengajak seorang gadis yang jarang berinteraksi dengannya untuk ke jenjang yang serius.
"Iya beneran, Lica aja yang denger kaget"
"Tapi beberapa kali sebelum aku ngajakin kamu berteman, aku suka merhatiin Alaska dari kelasnya yang di atas kalau dia selalu merhatiin setiap gerak-gerik kamu. Awalnya aku kira Alaska sama kayak Kevin yang brengsek itu, ternyata dugaanku salah. Dari netranya aku lihat ada ketulusan dan setiap natap kamu tatapannya dalem banget. Bisa jadi dia beneran serius sama segala ucapannya"
"Kayak nggak mungkin kalau kak Alaska yang sempurna bisa menaruh hati ke Lica yang gadis biasa" ucapan merendah Lica mendapat jitakan dari Dewi.
"Nggak boleh merendah tau, kamu itu lucu mungkin itu tipenya Alaska"