19. Pekerjaan

176 16 1
                                        

Sial bagi Kanon karena tidak dapat menemukan orang misterius itu di antara kerumunan yang ramai sehingga dia akhirnya kembali tanpa membawa apa-apa.

"Hmm, jangan terlalu dipikirkan. Kurasa orang itu hanyalah orang yang penasaran dengan keberadaan ras Luppo seperti dirimu karena jarang muncul."

Kata Kaede yang tidak bisa menemukan pendapat lain karena kurangnya informasi.

"Ya, mungkin seperti itu. Jadi, untuk saat ini jangan terlalu mengkhawatirkannya, Kanon."

Satsuki juga menyetujui pendapatnya untuk menenangkan Kanon karena dia tampak memikirkannya.

"Jika memang seperti itu..."

Pada akhirnya, Kanon setuju untuk tidak terlalu memikirkan masalah ini. Meski dia diam-diam masih khawatir sementara melihat kerumunan tempat orang itu menghilang.

"Lain kali, tolong beritahu aku jika memperhatikan hal semacam ini terjadi lagi, Vermilia."

"A-Aku minta maaf! Aku seharusnya memberitahu Kapten lebih cepat tadi..."

"Tidak perlu meminta maaf. Justru aku harus memberimu kompensasi karena bisa memperhatikannya dibandingkan dengan kami."

Dan begitulah, bagaimana masalah penguntit tadi ditunda atau diabaikan tergantung situasi nanti.

Kanon telah berhasil mendapatkan remunerasi dari perburuan perompaknya selama 2 minggu kemarin setelah terdaftar sebagai tentara bayaran, dan karena mereka sudah tidak ada urusan lagi di gedung Mercenary's Guild, mereka pergi dari sana.

Kanon mengajak yang lainnya untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu di sana. Dan Kaede juga ikutan setelah berpisah dengan ketiga kembar itu. Melihat bagaimana dia menempel secara alami dengan mereka membuat Kanon agak risih. Terlebih, dia terlalu banyak bicara dan menggoda Satsuki.

Tunggu, kenapa aku harus peduli akan hal itu? Pikir Kanon.

Setelah sadar dia memikirkan hal yang tidak berguna, dia akhirnya mengabaikannya. Meski dia terkadang melirik.

"Untuk apa kau membeli buku dan alat tulis? Kenapa kau butuh benda semacam itu di sini?"

Tanya Satsuki yang penasaran. Lagipula, di dunia yang sangat modern ini, alat tulis seperti buku dan pulpen sudah tidak digunakan lagi karena kecanggihan teknologi. Selain itu, harganya juga sangat tinggi hanya untuk sebuah kertas akibat diproduksi dari kayu, yang mana lebih langka dari bongkahan logam.

"Untuk menulis diary."

"... Kebiasaanmu tidak pernah berubah, ya."

Setelah Satsuki ingat, Kanon memang memiliki kebiasaan kuno semacam itu dulu.

... Dan, itu dengan alasan yang menyedihkan.

"Ya. Buku yang membuatku mengingat momen dengan orang tuaku tidak ada di sini, jadi aku perlu memiliki yang baru. Setidaknya, dengan itu aku masih mengingat siapa diriku."

Tuturnya dengan senyum kecut.

Dunianya memang berubah, tapi bukan berarti dia akan menjadi orang yang berbeda. Terlebih setelah dia merasuki avatarnya yang seperti ini. Dia masih orang yang sama, dengan takdir yang sama.

"Tenang saja, kau tidak sendirian. Ada aku, juga Vermilia yang bersama kita, bukan? Jadi jangan pasang wajah cemberut itu."

Kata Satsuki yang memberi semangat dengan tersenyum lebar sambil memegang pundaknya.

"Hehh, apa-apaan dengan senyum menjijikan itu."

Balas Kanon yang tersenyum samar. Dia memang sedikit terhibur. Lagipula, jika seandainya dia sendirian yang terjebak di dunia ini, hanya akan ada rasa kosong yang menemaninya dengan kepribadiannya yang menyendiri.

Beyond The SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang