10 || Kaivan Kecewa

65 46 11
                                    

Hayiii chingudeul🧚
aku excited banget karena bawa toko baru, hasil dari pemikiran random waktu jalan-jalan kemarin sore, wkwk
.

Hayiii chingudeul🧚aku excited banget karena bawa toko baru, hasil dari pemikiran random waktu jalan-jalan kemarin sore, wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heera Xena
.

Cantik banget kakak satu ini, avv<3
Ntar kalian kenalan bareng sama bang Kaivan ya🧟

Btw, jangan lupa vote dan komennya~
Happy Reading<3

🌷🌷🌷

Terbelai lembut surai hitam oleh jemari penuh kerut, tatap rapuh ketulusan di terima oleh sosok pemilik wajah teduh yang tak kunjung membuka mata. Terpejam dengan damai, meski sayup telah terdengar kicau burung tengah menyusun nada melodi indah.

Hitam pada bola mata kian sayu, mengharap semesta dan seisinya tak memberikan bekas luka dan selalu baik pada sosok di hadapan. Terhenti perlahan jemari ketika netra penuh keteduhan dengan gerak luwes terbuka sempurna.

Wanita kerap dipanggil oleh Hali dengan sebutan 'eyang' menunjukkan senyum merekah. Terduduk di tepi ranjang dengan tatap yang tak pernah lepas dari Sang cucu.

Hali merubah posisi menjadi duduk. "Eyang udah di sini dari tadi?"

Alexandra, singkatnya Alexa, wanita berusia setengah abad itu masih saja tampak ayu, lantas mengangguk tanpa membiarkan senyum memudar. "Iya, Le. Wis jam sembilan pagi."

Semalam, setelah Hali tiba di rumah, ia dikejutkan dengan kehadiran eyang dan datuk tengah menunggunya di ruang tamu, mereka dari Surabaya dan memutuskan menginap selama beberapa hari ke depan. Tak sangka, Hali justru mendapat celoteh panjang lantaran pulang terlalu pagi, hingga ia terlelap tanpa kesengajaan.

Ponsel yang tak dapat dihubungi, sontak membuat eyang makin cemas. Bibi Aminah dan Pak Qomar tak bosan-bosan mengatakan bahwa Hali sudah terbiasa pulang pagi, mendengar itu eyang justru menyembur api amarah kepada kedua kepercayaannya.

Memang, bukan salah Bibi Aminah dan Pak Qomar, sejauh ini Hali menyukai kebebasan, meski telah berulangkali diminta agar tak semakin lepas.

"Datuk ndek depan lagi ngopi, kamu mandi dulu terus ikut eyang ke toko," kata eyang. Aksen khas Jawa Timur menjadi ciri khas, terkadang Hali tak mampu memahami eyang ketika wanita ini meluapkan marahnya menggunakan pelafan Jawa.

"Ke toko mana?" tanya Hali bingung.

"Lean, cah bagus ... katae handphone-nya ilang? Jadi yo ... ke toko handphone."

Hali manggut-manggut. Tapi, bukan itu yang diharapkan. Membeli gawai keluaran terbaru Hali mampu meski tanpa harus menunggu eyang menawarkan, hanya saja ponsel lama miliknya berisi dengan sesuatu yang membuat tak ingin ia kehilangan.

[#3] ETHEREAL || Sudah Terbit✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang