13 || Sama-sama Cemburu

60 46 17
                                    

Pap manis dari neng Rea, kack☺️Jangan lupa vote dan komennya~Happy Reading<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pap manis dari neng Rea, kack☺️
Jangan lupa vote dan komennya~
Happy Reading<3

🌷🌷🌷

Kelas dua belas telah dibebaskan dari waktu belajar, berbeda dengan kelas sepuluh dan kelas sebelas yang masih disibukkan dengan bimbingan di dalam kelas.

Melepas rasa bosan, sudah lima belas menit terkikis lenyap digunakan Hali bermain voli di lapangan bersama teman-teman. Seragam sekolah dengan almamater abu yang dikenakan setiap hari telah diganti dengan jersei voli tanpa lengan.

Tepi lapangan dipenuhi warga sekolah, tampak gadis mungil dengan satu kotak makan berwarna biru mudah dan sebuah tumbler kaca berisi jus buah beri tergenggam tangan di sela kerumun murid. Tak lama, kloningan Kaivan datang. Menyeruak beberapa kerumunan kaum hawa hingga berdiri di samping gadis mungil.

"Hali!!!" Sontak Rea menjauhkan kepala, suara tinggi milik Kiki terdengar menyakitkan telinga.

"Semangat, Hali!!!"

"Hali, Kiki di sini!!!" Kiki kegirangan sendiri.

Raga kecil Rea sedikit tersentak, Kaivano menarik lengan almamater abu yang terkenakan. Justru, Si sulung Dharmendra beringsut mengganti posisi Rea agar berada sedikit menjauh dari sosok Kiki. Kepala Rea terangkat, menatap pahatan rahang tegas milik Kaivano, ia tak menyadari kehadiran Si kembar.

"Sejak kapan kamu di sini, No?" tanya Rea, setelah memperoleh senyum menawan milik Kaivano.

"Baru aja, kamu terlalu fokus sama Hali, sampai enggak sadar ada aku." Kaivan terkekeh. Entah mengapa, perasaan Rea mendadak tidak enak.

Sebuah jumping service cukup kuat dari pukul tangan Kaivan tak sempat dihalau oleh rekan setim Hali. Cowok bangir menggunakan warna jersei berbeda dengan kawanan kelompoknya, memilih tugas sebagai pemain pertahanan berada di garis belakang-libero, mencoba untuk menyelamatkan bola agar tidak menyentuh bidang.

Hali tersungkur-pekik suara Kiki terdengar, setelah pemuda teduh mencoba menjangkau benda bulat, justru telah bergerak elastis mengenai bidang luas. Memantul, mengarah pada gadis mungil tengah bercakap dengan Kaivano.

"Bang Vano! Minggir!" Kaivan memperingati, dengan lambai tangan di udara.

Sangat menyebalkan, Kaivano tampak tidak mendengar. Hali bergegas bangkit, raga bergerak cekat dengan langkah terkocoh-kocoh, hendak terjerembap namun sesegera mungin menciptakan pertahanan untuk raga bongsornya.

Tepat sekali, meski kejadian begitu cepat. Bola tak diizinkan menyakiti gadis mungil, kedua pendar hazel membulat sempurna dengan sentakan pada tubuh lantaran benda berposisi pada cekalan Hali berada tepat di hadapan. Jantung Rea berdebar tak keruan, andai Hali tidak ada, bola itu dapat diprediksi akan melukai.

"M-makasih, Hali" kata Rea.

Netra hitam dan netra hazel milik Rea beradu, tampak ragu di tiap tatap. Akhirnya terabaikan sebelah mata. Seolah mata teduh tidak bisa lagi Rea tatap secara utuh. Senyum yang Rea tawarkan dibalas dengan bibir membisu. Tak ada balasan.

[#3] ETHEREAL || Sudah Terbit✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang