Sepanjang sisa pagi hingga menjelang sore, aku berkutat di kamarku menyelesaikan daftar logistik yang kubutuhkan. Aku membuka jendela kamar lebar-lebar agar angin pantai bisa masuk ke dalamnya. Cuaca di luar benar-benar cerah dengan langit biru tanpa awan. Kukenakan kaus tipis yang longgar dan sempak Giordano bahan nilon yang dingin dan licin. Aku bekerja sendirian dengan laptopku, menghadap ke laut luas, ditemani debur-debur ombak sebagai musik pengiringku.
Makan siang kulakukan di meja yang sama. Garuda Satu menghampiriku untuk mengajak makan siang, tetapi aku minta dibawakan makanannya ke kamar. Dua orang pengawal muncul telanjang bulat sambil mendorong troli bertaplak putih. Di atasnya ada tiga tudung saji perak berisi appetizer, main course, dan dessert untukku.
Pengawalnya tak kubiarkan pergi setelah mengantar makanan. Satu dari mereka, kusuruh merendam kontol flaccid-nya ke dalam semangkuk yogurt yang ada di sajian dessert-ku. Satu lagi kusuruh coli dan menumpahkan spermanya ke dalam cangkir kopiku. Makan siang itu terasa nikmat dengan semangkuk yogurt yang dimasuki kontol selama dua puluh menit. Dan kopi yang dicampur pejuh segar seorang pengawal berbadan kekar.
Keduanya kembali membawa keluar troli itu sementara aku melanjutkan pekerjaanku.
Pukul dua siang, aku merasa bosan. Aku membuka Instagram untuk mengecek pesan dari Lee. Sejak semalam, aku belum berbicara lagi dengannya. Obrolan terakhir kami adalah tulisan PKE! dariku yang jelas-jelas terketik tipo.
Aku tahu seharusnya aku tak mengirim pesan. Namun aku ingin sekali memberi tahu Lee tentang apa yang kualami di sini. Aku juga tahu sebaiknya aku tak mengatakan apa-apa soal kegiatan di sini, kepada siapa pun, termasuk Queen. Namun aku ingin sekali berbicara dengan Lee.
....
Aku tidak mengetik apa pun. Aku hanya memandang pembicaraan terakhir kami di DM Instagram. Ada perasaan aneh kurasakan untuk lelaki ini, yang membuatku tertarik dan terjatuh semakin dalam memikirkannya. Kupukul kepalaku sendiri berkali-kali. Bodoh, bodoh, bodoh, dia pacarnya Queen! Namun aku tetap merasa rindu pada lelaki itu.
Kenapa ya?
Lee memang ganteng. Manis. Cute. Badannya bagus. Nge-gym juga. Vibes kami nyambung. Dia seperti lelaki yang bisa kujangkau. Paham, kan? Sepuluh kandidat di sini, mereka semua orang hebat. Punya kompetensi tinggi untuk melindungi keluargaku, seperti halnya Tim Garuda. Namun aku tidak merasa mereka terjangkau. Selain mereka semua straight, mereka pun tidak tampak realistis bagiku.
Sementara Lee sanggup membuatku merasa nyaman menjadi diri sendiri. Menjadi orang biasa. Menjadi normal. Tanpa pengawal. Tanpa harta. Kata-kata Lee tidak kaku. Senyum Lee juga tidak palsu. Aku tidak tahu apa yang membuat Lee tampak sangat menarik. Apa karena dia pacarnya Queen jadinya aku amat tertarik?
....
Tiba-tiba, status Instagram Lee berubah menjadi Online.
Kemudian, typing.
Lee mengirimku pesan:
Ngapain ngelihatin chat ini?
FUCK!
Dia tahu!
Bagaimana dia bisa tahu?!
Aku benar-benar panik. Nyaris menduga Lee adalah seorang cenayang. Atau Lee punya peralatan canggih seperti Garuda Tujuh yang bisa mendeteksi segala macam telekomunikasi. Well, secara teknis, percakapanku ini memang dipantau oleh Garuda Tujuh sedari kemarin. Aku sudah tahu itu. Tapi kan obrolanku dengan Lee ini normal, bukan obrolan seorang pembelot yang akan meledakkan pulau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Budak Setia
General FictionUntuk hadiah ulangtahunnya, Tama memiliki tugas menyeleksi cowok-cowok kekar yang akan menjadi ajudan baru ayahnya. Tak ada syarat. Tak ada batas. Tama boleh melakukan apa pun kepada para kandidat ajudan tersebut. Story by Bocah Titipan yang sengaja...