Aku duduk di sebuah kursi besar di samping Garuda Satu, menyesap koktail sambil menonton sepuluh kandidat melakukan aksi mereka. Kedua tanganku nganggur kalau aku sedang tidak menenteng gelas koktail. Jadi aku berbisik kepada Garuda Satu, "Aku mau stress ball."
Garuda Satu bertanya ulang, "Mau saya masukkan ke formulir logistik?"
"Enggak. Aku mau stress ball sekarang. Pilih aja satu pengawal yang ada di sini, suruh dia buka celana, biarin aku remas-remas kontol sama biji pelernya buat pengganti stress ball. Cepat!"
Garuda Satu mengangkat kepala untuk melihat pengawal mana yang kontolnya bisa kuremas-remas sambil menonton. Agak lama dia memilih, jadi aku dengan kesal berkata, "Kalau dalam hitungan kelima enggak nemu pengawal mana, kontolmu yang kujadikan stress ball. Satu ...!"
Seketika Garuda Satu mengedikkan kepala ke salah satu pengawal ganteng di seberang ruangan. Pengawal itu bingung, karena seharusnya dia bertugas mengawasi Andi dan Jason melakukan sesi mereka. Dia mendatangi kami sambil membungkuk hormat. Garuda Satu langsung berbisik sesuatu, membuat pengawal itu membelalak kecil dengan ngeri. Namun dia dengan patuh berdiri di sampingku dan membuka celananya ke bawah.
Kontolnya yang lemas dengan biji peler yang menggantung rendah, menyambutku. Jembutnya lebat, tapi dicukur hingga menyisakan satu senti saja. Kebetulan posisi kontol itu sejajar dengan tanganku yang ditumpukan ke sandaran tangan kursi. Jadi tanpa perlu mengangkat tangan, aku bisa langsung meremas-remas kontol si pengawal sesuka hatiku. Sambil menonton, sambil remas kontol mungil dan biji pelernya dengan gemas. Mungkin sampai hampir pecah kalau perlu.
"Aaaaaargh ...." Pengawal itu merintih. Badannya membungkuk sambil mencoba menghindar dari remasanku. Sesekali kudengar dia berkata, "Ampun, Tuan."
Namun aku mengabaikannya. Aku tetap meremas sambil menonton sepuluh kandidat di hadapanku.
Kita mulai dari Natta. Kurasa dia enggak punya pengalaman banyak dengan seks. Berkali-kali kulihat dia menoleh ke kandidat lain dan mencoba mencontek strategi yang digunakan. Dia meringis ngeri ketika pantat Ohan ada di depan mukanya. Mungkin ini kali pertama baginya harus menjilati dubur orang. Natta membenamkan wajahnya di belahan pantat Ohan, lidahnya mencoba mencari-cari di mana cincin anus itu, tetapi tak lama dari itu dia mengangkat wajahnya lagi. Menggeleng-gelengkan kepala.
Natta akhirnya menjilati belahan pantat Ohan dari perineum hingga ke ujung belahannya. Area itu lumayan sensitif, karena Ohan menggelinjang berkali-kali. Ohan memegang kepalanya sendiri, seakan-akan berkonsentrasi penuh agar tidak ereksi. Namun mulutnya meloloskan "Aaahhh ... fuck ...," berkali-kali. Ohan bahkan mengetuk lantai dengan kesal.
Menit ke-17, Ohan ereksi. Natta sekomit itu menjilati pantat Ohan terus-menerus sampai Ohan keenakan. Natta juga melihat Samuel membenamkan lidahnya dalam-dalam ke anus Permana, sehingga Natta menconteknya. Natta melesakkan ujung lidahnya ke lubang anus Ohan, tanpa henti hingga 30 menit berakhir.
Menit ke-27, Ohan didapati melelehkan cairan precum.
Total lima poin untuk Natta.
Minus tiga poin untuk Ohan.
Samuel lebih mengeksplor dibandingkan Natta. Lima menit pertama, Samuel juga me-rimming anus Permana dengan penuh nafsu. Bahkan Samuel melesakkan ujung lidahnya dalam-dalam ke anus Permana, berharap submissive-nya akan segera terangsang. Dan itu berhasil.
Dalam lima menit Permana ngaceng. Permana sampai berteriak-teriak kesal ke diri sendiri, "Asu! Asu! Asu!" Tentunya sambil mendesah keenakan. "Asu! Aaahhh ...! Anjing! Asu!" Tubuh Permana bergetar beberapa kali karena keenakan oleh permainan lidah Samuel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Budak Setia
Ficción GeneralUntuk hadiah ulangtahunnya, Tama memiliki tugas menyeleksi cowok-cowok kekar yang akan menjadi ajudan baru ayahnya. Tak ada syarat. Tak ada batas. Tama boleh melakukan apa pun kepada para kandidat ajudan tersebut. Story by Bocah Titipan yang sengaja...