" Kak Sana "

126 13 11
                                    

“ よるのちょうちょう ”
『Yₒᵣᵤ ₙₒ Cₕₒᵤcₕₒᵤ』

˜"*°•.˜"*°• ⁿⁱᵍʰᵗ ᵇᵘᵗᵗᵉʳᶠˡʸ •°*"˜.•°*"˜

Flashback,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback,

"Kak Sana belum pulang, Ren. Gue kangen dia, kangen mamih juga. Mereka pulang 'kan, Ren? Kapan pulangnya? Udah dua hari, Ren. Dua hari mereka belum pulang. Kak Sana kemana? Balikin Sanaku, Ren! Gue butuh kak Sana dan mamih. Kak Sana gak sayang gue kah? Kok belum pulang sih?" cecar Jihyo yang membuat sahabatnya itu kelimpungan menjawab pertanyaannya.

"A-aduh, aku juga gak tau, Ji." jawab Irene yang uring-uringan dikarenakan pertanyaan sang sahabat.

"Bangsat!" maki Jihyo.

Irene menatapnya dengan perasaan sendu. Sudah dua hari mood sang sahabat berubah-ubah. Tertawa saat melihat tingkah Irene, menangis karena mengingat sang mamih dan kakak yang menghila entah kemana, lalu memaki karena amarahnya yang bergejolak.

"hiks..."

Sekarang sahabatnya itu malah menangis dan membuat Irene harus menenangkannya. Kini dipeluknya sesosok manusia yang seumurannya.

"Utuk, kutuk, kutuk ... Bocah tantrum." ledeknya.

"Kata gue teh mending ngeteh daripada lo tantrum mulu. Lo kagak capek nangis-nangis mulu dari kemarin dulu?" imbuhnya.

Dengan pipi basah dan mata sembab, Jihyo menjambak rambut sahabatnya membuat sang empunya memekik kesakitan.

"Anjing, anjing, anjing! Rambut cantik, bersih, mulus, halus gue rontok, Ji!"

"Lo bacot banget." gerutunya.

"Dih?"

"hiks ... Sahabatnya lagi sedih malah mentingin rambutnya." kesal Jihyo sambil mengusap air mata.

Irene menatapnya jengkel. "Heh, biawak! Entar gue botak kalau lo jambak mulu."

"JIHYOOO!!" pekik Irene kesakitan saat lengannya digigit sang sahabat.

"Anjing, lepas! Gue entar kena rabies." Jihyo menggeleng membuatnya semakin berteriak kesakitan.

"IBUUUU!!!" seru Irene.

Papa Jihyo—Jun melewati mereka dikarenakan sebelumnya ia dari luar rumah mengurus taman bunganya.

"Jihyo." tegurnya.

"O-Om, gue digigit." adunya.

"Jihyo, lepas! Kasihan loh itu Irene kamu gigit. Kesakitan itu."

Jihyo melepas gigitannya dan menatap kesal kearah sang sahabat.

"Papa, Irene yang duluan." adunya.

Irene tak terima menjadi menggerutu. "Kepala lo kotak. Lo udah jambak gue, gigit gue, sekarang lo berusaha jadi korbannya. Gue cekokin juga lo pakai kolornya Adudu."

Yₒᵣᵤ ₙₒ CₕₒᵤcₕₒᵤTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang