Minggu pagi yang cerah dengan cahaya matahari yang masuk ke sela-sela jendela kamar Vanaya, Vanaya perlahan membuka matanya kemudian mengusap matanya. Ia pun akhirnya menyadari Raga sudah tidak ada di sofa.
Vanaya pun bergegas turun dari tangga mencari keberadaan Raga.
Vanaya tak menyangka dengan apa yang dia lihat, yaitu Raga sedang menyiapkan sarapan untuknya.
"Udah bangun Nay? Cuci muka dulu terus sarapan". Ucap Raga yang menaruh susu di meja makan sambil.
Vanaya pun bergegas ke kamar mandi dan mencuci muka.
"Omaygattt ini serius gue bener-bener serumah sama Raga?". Ucap Vanaya yang berbicara sendiri di depan cermin kamar mandi.
Kemudian Vanaya pun kembali ke meja makan dan duduk disana.
"Nanti jam 9 ada tukang renovasi kesini, gue udah suruh orang buat dekor kamar lo di ruangan depan kamar kita semalem".
Vanaya tak menyangka Raga tak berniat aneh-aneh kepadanya bahkan Raga dengan cepat menghubungi tukang Renovasi untuk menyediakan kamar Vanaya segara.
" Thanks ya ga". Vanaya pun tersenyum sambil memakan sarapan yang di buat Raga.
"Besok kita kan udah mulai sekolah, lo harus berangkat sama gue, kemana-mana harus sama gue". Tegas Raga
" Ta-tapi kalo nanti anak-anak pada tau gimana? ".
"Paling mereka ngira kita pacaran doang".
"Yaa tapikan gue malu".
"Gue jelek ya Naya?".
"ENGGAK. Lo bahkan ganteng pas lagi masak".
" pffttt" Raga pun tersenyum.
"Ga usah kepedeannnn".
"Yaudah gih selesaiin makannya gue mau ajak lo diner ,pasti lo suka, hari ini ultah lo kan".
"Lo tau? ". Tanya Vanaya.
"Apasih yang ga gue tau soal lo? ".
Vanaya pun menatap mata Raga sambil berucap di dalam hati "lo gatau kalo gue udah rusak ga..".
"Malah ngelamun.. Abisin makanan nya terus kita siap-siap keluar". Ucap Raga berhasil memecahkan lamunan Vanaya.
Vanaya yang hatinya mulai merasa gelisah dan tak enak dengan perjodohan ini pun langsung tak mood makan. Vanaya yang kembali melamun tanpa sadar air matanya menetes, ia merasa tak pantas jika harus bersanding dengan Raga.
Raga yang menyadari bahwa Vanaya sedang menangis langsung mengusap pipi Vanaya dengan lembut.
Sontak Vanaya pun melihat ke arah Raga. Mereka pun saling bertatap-tatapan dengan Raga yang hatinya berdebar penuh cinta, sedangkan Vanaya yang merasa hatinya bagaikan di tusuk-tusuk duri tajam.Raga pun perlahan memberikan pelukan hangat ke Vanaya sambil mengusap lembut rambut Vanaya yang panjang itu, dan berkata.
"Gue ga tau apa yang udah lo alami selama gue ga ada Nay, tapi gue harap suatu saat lo berani cerita ke gue. Gue siap dengerin semua cerita lo. Lo boleh nangis sepuasnya di hadapan gue, dan gue akan menutupi tangisan lo di dekapan gue".
Ucapan Raga membuat Vanaya makin mengeratkan pelukannya dan menangis sepuasnya di pelukan Raga. Sudah cukup lama Vanaya menahan derita yang ia alami sendirian, dan untuk pertama kalinya ia di perlakukan selembut ini oleh laki-laki yang mencintainya.
Setelah selesai dengan kesedihan Vanaya, akhirnya Vanaya pun bersiap dan berdandan yang sangat cantik. Di kamar Vanaya ternyata sudah banyak berbagai macam pakaian, gaun, bahkan baju dinas pun sudah di siapkan oleh orang suruhan ibunya Asta.
Mata Vanaya tertuju dengan gaun merah cantik nan anggun, akhirnya ia pun memilih gaun merah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANAYA [ Slow Update ]
Romance⚠️[Warning] 🔞 Dilarang keras plagiat Cerita ini mengisahkan tentang hidup Vanaya, Alur dari cerita ini bersifat maju mundur. Cinta? Entahlah hal ini sangat sulit di definisikan dan sulit di tebak. "Dari sekian banyaknya yang mencintai.. Kenapa h...