28. _WORRY_

647 55 7
                                    




Suhu dingin dipagi buta ini begitu menusuk hinga tulang belulang. Namun sedikit pun tak menghentikan langkah kaki pemuda mungil yang nampak terseok tanpa alas kaki berlari menjauh dari tempat dimana ia dibejati.

"ayah.... Hiksss... Ibu.... "

Menangis sambil berlari hingga nafas nya terasa begitu tersengal dan juga sesak.

Entah sudah sejauh apa ia pergi sekarang ini, renjun tidak tahu ia dimana saat ini. Ia tak pernah berada diwilayah ini sebelum nya.

Mata yang penuh airmata itu menatap kesekeliling nya yang masih sunyi sebab matahari belum muncul.

Entah sekarang jam berapa pun renjun tidak tahu, yang jelas ini pasti sudah masuk waktu pagi sebab rasa dingin yang begitu tak tertahan kan.

Renjun lelah, kaki nya sakit bahkan terlihat sedikit lecet pada beberapa bagian ditelapak nya yang bergesekan langsung dengan aspal kasar dijalan sekitar itu.

Ia berhenti pada sebuah rumah yang entah milik siapa, berusaha mengatur nafas nya dan juga menghentikan isak tangis yang jujur saja tak mau berhenti sejak tadi.

Renjun meremat dada merasakan sesak luar biasa. Rasa nya dua kali lipat lebih sakit, sebab tak hanya dikarenakan lelah berlari namun juga sebab memikirkan hal yang baru saja terjadi pada diri nya.

Sungguh keterlaluan sekali rasa nya.

Tubuh renjun menggigil hebat, sebab hanya mengenakan baju kaos dan celana pendek dengan udara sedingin ini.

Hingga tubuh nya tak mampu lagi bertahan, ia pun luruh dijalanan itu tanpa kesadaran. Pingsan.

Bunyi dering ponsel diatas nakas itu entah sudah yang ke berapa kalinya. Jeno baru membuka mata nya saat merasakan sengatan cahaya matahari yang mengenai langsung mata nya.

Tubuh nya bergerak dengan setengah kesadaran untuk meraih ponsel yang berbunyi.

Membuka sedikit mata nya untuk melihat ikon mana yang harus ia pilih, lalu dengan setengah tenaga ia menggeser ikon berwarna hijau untuk menjawab panggilan disana.

"hallo.. "ucap nya dengan suara serak.

"......."

"hm.. Benar, ada apa? "

"........."

Beberapa saat jeno diam mendengarkan suara disana hingga beberapa detik setelah nya mata yang tadi tertutup sebab masih mengantuk kini terbuka dengan begitu lebar nya dan juga tubuh yang spontan bangun hingga membuat kepala nya berdenyut pening sesaat.

"apa?!!! "

Kepala nya menoleh kesana kemari menatap seisi kamar nya dan sungguh ia baru menyadari jika sosok yang dicari nya tidak ada.

Ia pikir ini mungkin mimpi, tapi tidak.

Ia menatap ponsel ditangan nya, milik renjun.

Dan apa yang baru saja didengar nya sungguh sangat mengejutkan.

"d-dimana? Dimana alamat rumah sakit nya? "tanya jeno dengan suara bergetar.

Sial, sepagi ini jeno sudah tampak kacau tak karuan.

Setelah mendapatkan alamat rumah sakit yang baru saja menghubungi nya melalui nomor ponsel renjun, jeno berlari kesetanan mencari taksi agar cepat sampai.

Mata pemuda lee itu memerah menahan air nya untuk tak turun mengalir. Pikiran nya mendadak kusut dan tak tentu arah sekarang.

Bagaimana bisa renjun berada sejauh ini dari wilayah rumah nya??

 LAST [ NOREN ] 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang