CHAPTER: 9×9÷9

3.8K 364 5
                                    

WARNING⚠

"Tandain kalau ada typo. Karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan, begitupun dengan saya."

Ada sedikit perubahan dari segi alur juga ending.
Dan bagi kalian yang sudah membaca cerita ini mohon jangan spoiler!
~bagian ini telah direvisi

°°HAPPY READING°°

"Males itu bisa diperumpamakan angka nol(0), yang bisa menjatuhkan lo kapan aja. Seberapa besar apapun usaha, ketika bertemu malas maka semuanya akan kembali ke awal, ke titik semula."

................................

Suasana pagi di kelas tidak ada yang berbeda seperti pagi biasanya, semua orang fokus pada buku terkecuali Haptian yang terus merecoki Anggika dengan berbagai pertanyaan.

Kalau boleh jujur, tingkat kekesalan Anggika pada Haptian semakin melambung tinggi. Dari mulai datang ke kelas sampai duduk Haptian mengikutinya bagai anak itik.

"Nggika."

Anggika memejamkan mata dan memaksakan seulas senyum. "Kenapa lagi?"

"Anak gadis gak boleh jutek-jutek entar gak laku," kata Haptian terkikik geli.

Ia berharap semoga suatu saat nanti tidak mendapatkan jodoh macam Haptian. Anggika tidak bisa membayangkan sisa hidupnya ditemani makhluk tengil itu, yang ada ia darah tinggi dan mati muda. Walaupun sebenarnya Anggika merasa nyaman dan aman setiap berdekatan dengan Haptian.

"Gue mau ngomong, kok lo cuekin sih? Gak-sopan-Anggika."

"Apa?" tanya Anggika sewot.

"Satu kali nol berapa?"

"Nol."

"Seratus kali nol?"

Tangan yang sedari tadi menulis terpakasa berhenti. Anggika mendelik, lalu memukul kepala Haptian. "Lo amnesia apa bego sih? Masa pertanyaan anak SD aja gak tau hah?! Sampe nanya ke gue."

Anggika mendengkus melihat Haptian yang bagai orang terdjolimi. Cowok itu belum berhenti mengelus dadanya sambil terus  bergumam kata "Sabar".

"Apa susahnya tinggal jawab, suka banget aniaya gue," dumel Haptian.

Anggika memilih diam. Diam-diam menyumpah-serapahi Haptian dalam hati maksudnya. Haptian itu tengil. Semakin ia tersulut emosi, semakin gencar pula Haptian menjahilinya.

"Kali ini jawab yang bener, kalo lo jawab bener, gue bakal kabulin satu permintaan lo." Haptian mengulurkan sebelah tangan sembari menaik-turunkan alisnya. "Kapan lagi coba gue buat penawaran kayak gini," lanjutnya.

"Mau gak?"

Anggika ragu cowok itu bisa dipercaya, matanya memicing curiga takut Haptian merencanakan sesuatu. Dalam ragu ia membalas uluran tangan Haptian. "Oke!" jawabnya.

"Kenapa setiap angka dikali nol hasilnya nol? Gampang kan pertanyaan gue? Buruan jawab!"

"Udah ketentuannya. Mau seberapa besar apapun angka kalo dikali nol, ya hasilnya nol," jawab Anggika.

12 IPA 3 (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang