WARNING⚠
"Tandain kalau ada typo. Karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan, begitupun dengan saya."
Ada sedikit perubahan dari segi alur juga ending.
Dan bagi kalian yang sudah membaca cerita ini mohon jangan spoiler!
~bagian ini telah direvisi°°HAPPY READING°°
"Kepercayaan itu ibarat sebuah kaca, terlihat kuat. Namun, sebenarnya mudah hancur dan jika hancur sulit untuk mengembalikkannya seperti semula."
................................
Tiga penculik itu masuk ke ruangan dimana Regan disekap, bau apek menyergap indera penciuman. Seorang dari ketiga penculik itu mengeluarkan senjata tajam, lalu menodongkannya pada korban.
"Celana atau baju?!"
Bugh! Temannya yang lain memukul lelaki itu.
Haptian si tersangka terkikik memamerkan dua jarinya. "Gak usah serius-seriuslah. Kalian itu gak bakat jadi kriminal." Anggika mendengkus seraya merotasikan bola matanya. Haptian selalu saja tidak pernah serius.
"Sia-sia kita pake outfit serba hitam." Ayana mendesah kecewa, memindai penampilannya dari atas sampai bawah.
"Hehe, maaf." Sang tersangka mengangkat dua jarinya dengan tersenyum bodoh.
Sedangkan si korban terdiam pasrah menunggu ketiga penculik itu selesai berdebat. Mau ngomongpun susah, sebab mulutnya masih disumpal kain. Seharusnya sekarang ia sudah sampai di apartment bukan disekap tidak jelas begini. Ditambah punggung dan kepalanya sakit gara-gara mereka.
Regan berdecak sebal, menggerakan kursi yang tengah didudukinya hingga bersuara. Namun, bagai jatuh tertimpa tangga pula, kaki kursi usang itu patah. Regan memejamkan mata, merasakan bokongnya yang ikut sakit.
"Eh-eh, itu tolongin Regan kasian!" Ayana berkata panik, menyuruh Haptian menolong Regan yang terjungkal di lantai.
Haptian tertawa terlebih dahulu sebelum menolong. Cowok itu melepaskan kain yang menyumpal mulut Regan. "Kasian. Pasti engap ya, bro?" tanya Haptian. "Silahkan ngomong kawanku," lanjut Haptian dengan nyeleneh.
"Ngapain nyulik gue? Bocah banget permainan lo," sergah Regan meluapkan emosinya.
"Lepasin tali sialan ini!"
"Punya otak itu dipake bukan jadi pelengkap isi kepala. Ini termasuk kriminal, gue bisa laporin lo atas tindak penculikan, dan jadiin luka di tubuh gue sebagai bukti."
"Kita bakal lepasin, asal lo mau di ajak kerja sama," kata Anggika memberi penawaran. Tidak apalah, sekali seumur jadi kriminal. Pikirnya.
"Dan ya, lo gak bisa asal laporin. Lo gak punya banyak bukti, Gan. Kita bisa aja ngomong kalo lagi main-main dan buat konten prank," kata Anggika menambahkan.
"Oke." Rupanya mudah membuat penawaran dengan Regan.
Haptian bergerak melepaskan tali-tali yang mengikat tangan dan kaki Regan, serta menepuk bahu itu sekali. Ia menarik satu kursi menyuruh Regan untuk duduk.
Anggika mendekat menatap garang Regan. "Lo harus jawab semua pertanyaan kita."
Regan sadar, ini semua pasti ada sangkut-paut dengan gelang pemberian Haptian. Ara sudah mengingatkan jangan memakai gelang itu. Ternyata ia terlambat, belum sempat melepas gelang itu. Ia sudah diculik oleh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 IPA 3 (Revisi)
غموض / إثارة12 IPA 3, kelas yang semula tak terlalu memikirkan lingkungan sekolah kini mereka dihadapi dengan kasus pembunuhan yang menyerang kelas mereka. Disaat mereka harus fokus dengan ujian sekolah yang akan dilaksanakan, mereka terpaksa harus bisa menyele...