CHAPTER: sin 30°×2+2

5.4K 434 5
                                    

WARNING⚠

"Tandain kalau ada typo. Karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan, begitupun dengan saya."

Ada sedikit perubahan dari segi alur juga ending.
Dan bagi kalian yang sudah membaca cerita ini mohon jangan spoiler!
~bagian ini telah direvisi

°°HAPPY READING°°

"Bisa jadi dibalik wajah sok malaikat itu ada iblis yang bersembunyi."

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Seberapa besar ia membenci gadis itu? 99,9 persen Regan membencinya.

Ara, bagai nasib sial untuk kehidupannya. Meski Ara tidak melakukan apapun, ia tetap salah di mata Regan. Gadis itu bagai kotoran yang mengotori pemandangan mata yang harus segera disingkirkan. Begitu Regan menyadari gerak-gerik mencurigakan Ara, ia akan senantiasa mengikutinya dan membongkar semua kebusukan si gadis bermasker.

Regan berdecak sebal, masih jelas dalam ingatan sewaktu ia bertamu ke rumahnya Tante Sabrina menyuruh Regan menjaga gadis itu. Apa dipikir ia bodyguard? Tidak tahu saja mereka kalau Ara itu iblis berwujud manusia.

Mata Regan membola. Benar dugaannya!

Regan menyeringai mendapati Ara menuju kelas kosong, kelas yang selama ini selalu terkunci dan tidak pernah terpijak oleh seluruh siswa.

"Lo gak bisa ngelak lagi, Ara."

Tepat saat belokan koridor kelas, Regan kehilangan jejak Ara. Ia mengusap wajahnya frustasi, matanya menjelajah mencari sosok Ara. Namun, hasilnya nihil. Gadis itu hilang dari pandangannya.

"Gue yakin lo punya ilmu ghaib, Ara," gumam Regan pelan. Lalu memilih memutar balik. Tanpa disadarinya Ara memperhatikan dari balik dinding.

Gadis itu menarik sudut bibirnya.

"Lo cukup tau nama gue, Regan."

°°12IPA3°°

Terdengar suara riuh di gedung unit satu, ingin bertanyapun entah pada siapa. Mereka berasa diasingkan di gedung unit dua, sebab hanya ada kelas mereka saja.

Suara riuh tersebut mengantarkan gelenyar aneh, antara perasaan khawatir dan takut. Mereka saling pandang satu sama lain, meyakinkan jika firasat mereka salah. Mendapat anggukan dari Regan mereka berbondong-bondong keluar kelas mencari asal suara.

Mereka tercengang. Semua pasokan oksigen lenyap seketika, dada bergemuruh dengan debaran jantung yang berdetak abnormal serta tangan gemetar tidak sesuai ritme juga keringat dingin membanjiri pelipis. Di depan mereka disaksikan seluruh siswa dan guru, Madya terbujur kaku bersimbah darah.

Waktu seakan berhenti sejenak. Semua memori berputar begitu saja.

"Madya!" Ayana beteriak histeris. Tidak terasa bulir air mata mengalir membasahi pipi.

Dia Madya Marioline, lebih memilih mengakhiri hidup dengan menjatuhkan diri dari atas rooftop. Banyak tekanan menyebabkan dirinya mengambil jalan ini. Bukankah mereka akan mati dengan segera? Madya hanya memilih jalan kematiannya sendiri.

Semua orang akan mati, tidak ada yang hidup abadi meski ahli sihir sekalipun. Semua mati dengan caranya sendiri, tidak ada yang bisa menghindar dari yang namanya kematian. Mungkin ini takdir seorang Madya Marioline mati karena pilihannya untuk bunuh diri.

12 IPA 3 (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang