CHAPTER: 81÷9+2÷1

3.8K 343 7
                                    

WARNING⚠

"Tandain kalau ada typo. Karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan, begitupun dengan saya."

Ada sedikit perubahan dari segi alur juga ending.
Dan bagi kalian yang sudah membaca cerita ini mohon jangan spoiler!
~bagian ini telah direvisi

°°HAPPY READING°°

"Manusia dan segala keegoisan-nya tidak bisa dipisahkan."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Terkejut? Tentu saja. Sejak awal Regan tidak berniat membuntuti Ara. Ia ke rumah sakit sebab hari ini adik kesayangannya sudah boleh pulang. Dan tanpa sengaja ia melihat Ara, oleh karena-nya ia bersembunyi.

Saking syok-nya, Regan masih terdiam dalam kondisi menegang meski gadis itu telah pergi.
Tidak salah gadis itu dijuluki "Ratu Iblis" siapapun yang berhadapan dengannya akan mengalami stop jantung sesaat, emang seberbahaya itu Ara.

Anehnya, Mama gadis itu menyuruhnya untuk menjaga Ara.

Seakan gadis itu lemah tidak berdaya.

Padahal, she is dangerous!

Bahkan gadis itu tahu pernah diikuti Regan.

Regan membuang napas kasar, membuang Ara yang ada dipikirannya. Saat ini, adiknya yang terpenting.

Cowok itu tersenyum mengambil kado yang tersimpan di tas. Ia membuka pintu ruang inap adiknya, dan senyumnya semakin lebar tatkala bersibobrok dengan Rianka yang juga tengah tersenyum.

"Halo adek abang, seneng ya udah boleh pulang?" Regan mengelus sayang puncak kepala adik kecilnya.

"Iya. Abang bawa apa?"

Regan mengulurkan kado tersebut. "Hadiah buat princess."

Rianka membuka kado itu penuh semangat. Wajahnya semakin berseri-seri mendapatkan boneka barbie yang diinginkannya. "Makasih, Riri suka."

"Abang seneng, kalo Riri suka." Lalu mengecup singkat puncak kepala Rianka.

Ia mengalihkan pandangan pada bi Imas yang tengah membereskan pakaian Rianka. "Habis ini bibi boleh pulang ke rumah Papa, biar Rianka aku bawa pulang ke apartment."

Bi Imas menghentikan kegiatannya, ia membalas tatapan Regan takut-takut. "Den Regan yakin? Bibi khawatir sama non Rianka, apalagi kan Den Regan juga harus sekolah."

"Kalo boleh saya ikut sama Den Regan aja."

"Aku gak bisa dan gak mampu buat gaji bibi," kata Regan memberi pengertian.

"Saya ikhlas gak di gaji. Saya hanya ingin memastikan Non dan Aden sehat selalu." Regan mengangguk pasrah. Walaupun bi Imas berkata ikhlas tidak digaji, tapi ia akan mengusahakannya.

Uang tabungannya masih bisa membiayai kehidupan mereka bertiga sehari-hari. Dan untuk gaji, biar nanti ia cari kerja.

"Ayok kita pulang!" ajak Regan bersemangat. Ia mengenggenggam dan mendengarkan Rianka yang semangat bercerita.

Rianka tidak pernah mengeluh tentang sikap Papa dan Mama. Itu yang membuatnya bangga pada Rianka.

Perjalanan mereka menjadi sangat ceria dengan cerita-cerita hal absurd yang Rianka temui semasa di rumah sakit.

12 IPA 3 (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang