CHAPTER: √16 ×1 ÷1

5K 463 7
                                    


WARNING⚠

"Tandain kalau ada typo. Karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan, begitupun dengan saya."

Ada sedikit perubahan dari segi alur juga ending.
Dan bagi kalian yang sudah membaca cerita ini mohon jangan spoiler!
~bagian ini telah direvisi

°°HAPPY READING°°

"Maaf membuatmu menderita, hanya demi sebuah kebahagian semu."

~~~~~~~~~~~~


Regan terus memerhatikan rumah di depannya, rumah berlantai 2 dengan kesan klasik. Di kepalanya terus berputar perkataan sarkastik Anggika yang di tujukan padanya, memang ia sempat mencurigai gadis itu. Namun, apalah dayanya ia tidak mempunyai bukti apa pun.

"Gue mencurigakan? Terus  julukan apa yang pantes buat Ara yang kemana-mana selalu pake masker. Kalian gak adil. Ara yang selama ini selalu tertutup tapi kalian gak pernah curiga sama dia. Sedangkan gue? Cuma hari ini doang gue pake sarung tangan? Kalian langsung curiga.
Seharusnya yang dicurigain itu dia, ARA. Semenjak dia datang ke kelas kita, kelas ini jadi gak aman dan jadi incaran korban pembunuhan."

Seharusnya Regan tahu itu. Semua hal aneh yang terjadi pada mereka ini pasti ada sangkut pautnya dengan Ara. Entah benar atau tidak firasatnya itu biarlah nanti, yang penting sekarang ia harus waspada dan selidiki yang berhubungan dengan Ara.

Mata Regan terpaku pada gadis bersurai panjang yang kini rambutnya di cepol asal, dan ada yang beda dengan penampilannya sekarang. Dia tidak memakai masker!

Regan menatap tajam gadis itu. Ia sangat mencurigakan dengan pakaian serba hitam itu.

"Shit, dia pergi!"

Regan menaiki motor sport miliknya dan melesat pergi mengikuti Ara dengan jarak 2 meter di belakangnya. Berjalan meliuk selayaknya pembalap, Regan menyalip beberapa kenderaan sepertinya gadis itu mengetahui sedang diikuti terbukti motornya melaju cepat dari sebelumnya.

Ramainya lalu lintas, menghambat Regan dan sempat kehilangan jejak Ara. Setelah melihat keberadaan gadis itu, Regan mengurangi kecepatan motornya sekiranya jarak diantara mereka tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Regan beruntung, Ara tidak menyadari keberadaannya atau mungkin salah. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan gadis itu. Regan harus tetap waspada.

Motor itu berhenti tepat di bangunan tua berlantai tiga, dapat dipastikan bangunan itu sudah tidak terurus sejak lama sebab banyak rumput liar yang tumbuh serta atap yang sudah keropos bisa ambruk kapanpun.

Regan mengerutkan keningnya, menggeleng cepat mengusir jauh-jauh pemikirannya, toh belum tentu juga. Ia melangkah masuk secara perlahan dan hati-hati. Di lantai pertama tidak ada yang mencurigakan, ia juga tidak menemukan Ara. Bangunan ini sangat kumuh, banyak diisi sarang laba-laba mungkin hewan lain juga. Tepat di lantai dua, tatapannya berhenti di salah satu ruangan. Ruangan itu disinari dengan lampu, berbeda dengan ruangan lain yang gelap gulita. Beberapa saat kemudian, Ara keluar dari ruangan itu dengan tergesa-gesa bahkan ia tidak menyadari ada yang terjatuh dari sakunya.

Setelah Ara jauh dari tempatnya berada, Regan mendekat memperhatikan ruangan yang tadi diterangi lampu sekarang gelap kembali. Regan jongkok mengambil barang Ara yang terjatuh.

"Ini id card siswa SMA Pandu Jaya," kata Rega bermonolog. Ia akan menyimpannya sebagai bukti jika nanti di butuhkan.

Regan membuka pintu yang mengarahkan langsung ke dalam ruangan, tidak ada yang aneh semuanya normal selayaknya sebuah ruangan yang tidak berpenghuni. Sepertinya ruangan ini dulunya adalah ruang kerja, sebab ruangan ini terisi meja yang cukup besar dan kursi putar serta ada lemari kayu yang berukuran cukup besar.

12 IPA 3 (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang