Prolog

8.1K 247 12
                                    


KUBERI tahu sedikit tentang diriku. Hujan sungguh satu-satunya fenomena alam yang sangat-sangat aku sukai dibandingkan dengan fenomena lain seperti pelangi. Walau kata orang pelangi tuh sangat indah, hangat, menenangkan jika dilihat bersama orang yang kita sayangi tapi aku tetap benci dengan keindahan itu. Tak peduli orang-orang memandang hujan begitu suram dan mengerikan, aku tetap tidak akan pernah memalingkan wajahku darinya.

Pertama, aku memang tak punya orang yang kusayangi dan kedua, aku sudah cukup nyaman dengan suasana lembab, basah, tenang, sepi yang kerap kujalani dari hari ke hari. Di antara semua rasa sepi dan hening itu, ya bersama hujanlah aku benar-benar bisa menikmati hidup.

Namun pada tanggal 1 Mei 2023, tepatnya pukul 5 sore menjelang magrib saat hujan turun memecah dan menyebar di atas aspal, aku tidak sendirian menikmati fenomena alam ini. Muncul sosok laki-laki dewasa dengan perawakan tegap atletis, tampan luar biasa dan dewasa datang berteduh satu atap di sampingku sambil membawa dua koper.

Aku melongo. Bukan karena laki-laki dewasa ini begitu tampan luar biasa atau karena ada sedikit tahi burung di rambutnya melainkan karena ... kok ada orang yang mau ke sini?

Jika kalian bingung, baiklah akan kujelaskan.

Aku sekarang sedang ngekos di salah satu kosan terseram yang ada di Bandung.

Kenapa seram? Karena pada tahun 2018, ada 7 orang mahasiswi ditemukan tewas di kosan yang sedang kutempati ini.

Tewasnya karena dibunuh oleh sekelompok gengster yang dengan kejamnya m*mperk*sa ke-7 mahasiswi itu.

Setahuku awal penyebabnya gara-gara gengster itu habis melakukan pesta miras. Malamnya dalam perjalanan pulang, ada salah satu anggota gengster punya pacar yang ngekos di kosan ini. Datanglah salah satu gengster itu berkunjung untuk menemui pacarnya sambil membawa teman-temannya.

Selain memang para berandal itu emang udah dari sononya sudah jadi sampah masyarakat sering melecehkan, berbuat onar, kriminal, ditambah dengan pengaruh miras terjadilah sebuah pem*rkosaan keji hingga para korban meninggal dunia.

Pelaku sudah ditangkap dan sampai sekarang masih di penjara. Namun masa kelam itu tak berakhir begitu saja. Kosan Mawar Putih yang sedang kutempati ini berubah jadi kosan Mawar Merah mengerikan di mana gak ada satu pun mahasiswa berani tinggal di sini kecuali ... aku.

Pernah kutanya pada pemilik kosan ini bernama Pak Supri apakah setelah pembunuhan itu pernah ada yang mau ngekos di sini? Pak Supri bilang ada. Kosannya hampir penuh dihuni cuman beberapa saja yang kosong. Tapi sayangnya tak berlangsung lama karena menurut pengakuan orang yang pernah ngekos di sini, selalu terjadi kejadian aneh pada malam hari. Sering pula terdengar teriakan-teriakan korban sehingga lambat laun, kosan ini dinobati sebagai kosan terangker dan terseram pada tahun ini.

Aku setuju! Kosan ini seram dan memang pada malam hari sering terdengar suara teriakan perempuan dan suara tangisan. Cuman aku nggak takut. Bukan karena aku ingin viral sekota Bandung atau gimana. Bukan! Alasannya balik ke awal, di sini sepi, menenangkan, lalu aku begitu bahagia, begitu merasa tenang ketika hujan turun. Aku akan segera keluar kamar di lantai dua, lalu menghadap langit melihat hujan turun sambil minum kopi.

Terus hungannya dengan bukan karena aku ingin viral? Ya sudah kusinggung kan kosan ini sudah dinobatkan sebagai kosan terseram sekota Bandung? Banyak Youtuber, Tiktokers, konten kreator membahas kosan menyeramkan ini. Lalu berita ada seorang mahasiswa–orangnya aku–tinggal di kosan angker ini pun viral sehingga aku sering diwawancara oleh para konten kreator tersebut. Alhasil, aku sering dijadikan konten oleh mereka.

Setelah aku diwawancana memang ada beberapa mahasiswa yang memberanikan diri untuk ngekos di sini. Cuman ya bertahan sehari doang! Besoknya langsung lari terbirit-birit karena mereka mendengar suara perempuan nangis dan teriak-teriak jam 12 malam.

Sejak saat itu bertahun-tahun berlalu dan nggak pernah ada orang yang datang ke sini lagi. Tapi ....

"Mas! Woi, Mas! Malah melamun. Kenalkan saya tetangga barunya Mas di kosan ini. Nama saya Harsa. Woi, Mas!" Aku terperanjat kaget. "Akhirnya sadar juga. Saya Harsa, penghuni baru di kosan ini dan tetangga baru Mas di sini."

Tapi ... setelah 2 tahun berlalu, akhirnya ada orang yang mau ngekos di sini lagi?

Halah palingan cuman bertahan sehari besok-besok pasti akan kabur dan cari kosan lain.

"Kebalik, Mas. Pertama aku masih 23 tahun. Lagi kuliah di kampus S*****. Jadi jangan panggil saya Mas karena kayaknya umur Mas lebih tua dibandingkan aku."

Laki-laki bernama Harsa ini tersenyum lebar. "Baiklah. Panggil saya Mas Harsa mulai sekarang ya, Dek, soalnya saya sudah berumur 33 tahun." Dih! Sok kenal banget nih orang denganku sampe maksa-maksa ingin dipanggil Mas! Tapi bukannya aku yang bilang kebalik ya tadi? "Kebetulan nih mulai besok, saya akan jualan makanan berat di kantin kampus kamu, Dek. Pemilik Warung Nasi Pak Mahmud tuh paman saya, sekarang hak kelola kantinnya sudah diserahkan ke saya. Nanti kalo besok kamu laper, datang saja ke Warung Nasi Mas Harsa, akan saya kasih diskon setengah harga untuk kamu nanti."

'Mana ada!' seruku dalam hati. Ya, mana ada tukang nasi punya badan kekar, atletis, berdada bidang, berwajah tampan luar biasa kayak Mas Harsa ini! Yang ada anak-anak kampus bakal gempar nanti.

Sebenarnya aku gatel ingin nanya pekerjaan Mas Harsa sebelum ini apa soalnya badannya kayak pernonal trainer. Di Bandung banyak personal trainer tapi ya gak ada yang setampan Mas Harsa ini. Cuman, aku mutusin buat nggak peduli karena ... buat apa juga aku nanya hal kayak gitu?

Toh, aku mutusin untuk membenci Mas Harsa karena dia orangnya kayaknya sok asyik. Untuk ukuran manusia introvert sepertiku, harus kenal sama orang se-humble Mas Harsa, kayaknya bencana deh. Aku jadi nggak bisa menikmati kesendirianku dengan tenang.

Terbukti, baru ketemu beberapa menit saja dengan gak tahu dirinya Mas Harsa bilang, "Dek, bantu saya bawa koper yang ada di sana dong. Kemarin saya sudah cek kamarnya banyak debu. Bantu bersihin, ya."

"Gak usah dibersihin. Gak usah beberes."

"Loh kenapa? Kan mulai besok Mas akan tinggal di sini, Dek."

"Mas nggak akan tinggal di sini jadi saranku coba aja tidur sehari pake karpet!"

"Kalo Mas tidur di kamar kamu aja gimana?"

Eh?

 Bersambung ...

Khusus karya ini lanjutannya ada di karyakarsa, ya. Jika ingin baca cerita gratis saya ada banyak di wattpad.

Karyakarsa saya link-nya ada di bio atau search di https://karyakarsa.com/bangjun

Note! Jika ingin beli koinnya murah jangan di aplikasi karyakarsa tapi lewat browser google chrome, safari atau apa pun itu lewat WEB.


Dear Mas HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang