"Yesa..."
Ghava menghampiri Yesa yang menangis sembari memeluk lutut nya, Ghava menatap Yesa dengan mata yg sayu.
Yesa menangis, menatap ke arah Ghava, air mata nya sulit di bendung. "Ghava... Hiks... Gua taku, gua rusak, gua sampah Ghav." Ucap Yesa sembari terisak.
"Yesa.. liat gua." Suruh Ghava.
Yesa menurut, menatap ke arah Ghava dengan mata sembab dan kantong mata yang gelap.
"Cerita pelan pelan ke gua, gua siap dengerin cerita Lo mau sebanyak apapun." Ucap nya lalu mengelus elus rambut Yesa lembut.
"Gua takut."
"Gapapa pelan pelan. Kalo gamau cerita sekarang juga gapapa sa." Jawab Ghava.
"Gua ngerasa gua ga aman, gua mau pergi dari bandung, mau cari tempat yang aman. Gua mau putus sekolah ghav." Ucap Yesa lirih lalu menelungkup kan muka nya di antara dua lutut Yesa.
Ghava sempat terkejut dengan apa yang di katakan Yesa, ada apa sebenar nya? Sepertinya bukan sesuatu kecil yang meninpa Yesa.
"Gua bisa anter Lo ketempat yang paling aman dimana pun, tapi alasan nya apa sa?"
"Rumah gua di ambil penagih hutang ayah gua." Yesa menjeda ucapan nya menarik napas lalu di buangnya. "Gua pindah ke rumah ini, gua di culik, gua di rusak ghav." Lanjut Yesa lalu menatap Ghava dengan mata yang memerah, seperinya air mata akan turun lagi.
"Lo di culik?"
Yesa mengangguk, lalu menangis. "Iya sama selingkuhan ayah gua itu, dia sama pereman, gua di iket kenceng, ini tangan gua memar karena itu." Ucap Yesa yang langsung menyodorkan tangan nya yang terlihat lecet di sana.
"Ayo lapor polisi."
"Percuma, gua udah coba lapor tapi polisi gapercaya dan perlu bukti." Jawab Yesa.
"Gapapa sekarang ada gua."
"Sebaik nya Lo jangan suka gua ghav, Lo jauh jauh mulai sekarang sama gua. Gua udah rusak ghav, gua tuh sampah tau ga!" Ucap Yesa menggebu gebu.
"Sa.. gua sayang lo melebihi siapapun orang yang ada di sekitar gua, sa Lo di apain sama mereka? Ayo cari bukti biar selingkuhan ayah Lo itu bisa di hukum." Ucap Ghava.
"Ghav gua sakit, hati gua semua nya sakit, gua di perkosa ghav hiks... puas lo denger ini?!!" Ucap Yesa lalu menangis dan kembali memeluk lutut nya kencang.
"Ghav, gua takut... Hiks gua gamau... Gua mau hilang dari dunia... Gua mau mati aja susul keluarga gua."
"Sa ayo ke rumah sewa gua, ada kamar kosong di ujung nama kamar nya LN.05 ayo!" Ajak Ghava.
"Gua tetep takut, gua gamau ghav, gua mau mati aja." Ucap Yesa tetap dengan tangis nya.
"Sa ayo! Biar lo aman, sementara lo di sana ya?"
"Tapi gua tetep takut ghav, gua gamau gua hilang arah, gua mau mati aja. Gua putus asa." Ucap Yesa, Ghava menarik Yesa kedekapan nya.
"LEPAS, lepasin gua!!!! Ghav gua ga pantes dapet semua ini dari Lo! Gua tu sampah lo tau ga??? Gua tuh manusia rusak!!! LEPAS!!" berontak Yesa, Ghava terus memeluk nya sekuat tenaga, walau sesekali Yesa memukul dada nya.
"Hiks lepas ghav.... Gua gamau... Hiks.."
Ghava mengelus elus puncuk kepala Yesa lembut menenangkan Yesa, lalu memukul mukul pelan bahu nya.
"Gapapa, gapapa...""Kalo masih kesel pukul gua aja, gapapa gua ngerti, lo pasti kesel... Gapapa sa gapapa..." Ucap nya lalu semakin mengeratkan pelukan nya pada Yesa.
Yesa menangis tanpa suara di dalam pelukan Ghava, apa boleh ia mempercayai lelaki yang sedang memeluk nya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
LN.05 Boarding house
Подростковая литератураREVISI Tersesat di kegelapan sudah tidak aneh bukan lantas bagaimana dengan seorang gadis yang yang tersesat di keterangan? Bagaimana mimpi bisa terjadi sedangkan tidur saja tidak. 7 kegelapan datang menghampiri menciptakan gelap untuk gadis itu, me...