Chapter 2: Pertemuan

146 13 0
                                    

TOK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TOK... TOK... TOK

Kawaki yang masih setengah bangun mengantuk, dengan langkah gontai beranjak membuka pintu apartemennya usai mendengar suara ketukan. Setelah membukanya, Kawaki dibuat tak siap dan terkejut saat merasakan pelukan erat secara tiba-tiba di tubuhnya.

"Himawari?!"

"Onii-chan!"

"Hima, kamu ngapain ke sini?!" Kawaki berseru sambil melepaskan pelukan Himawari di tubuhnya.

Mengetahui respons Kawaki yang justru seperti itu, membuat Himawari menatap kakak tak sedarahnya itu dengan pandangan tidak suka. Jauh-jauh dirinya pergi dari Hokkaido ke Tokyo untuk bertemu dengannya, justru Kawaki malah berkata seperti itu. Himawari dibuat cemberut seketika.

"Ih! Aku sudah jauh-jauh dari Hokkaido ke Tokyo buat ketemu Onii-chan, kok Onii-chan balasnya malah begitu?!" seru Himawari dengan nada merajuknya yang menggemaskan.

Kawaki terkikik geli dengan respons Himawari kemudian, mengusap kepala gadis yang sudah ia anggap seperti adik itu.

"Bukan begitu, Hima. Habisnya, kamu tiba-tiba banget datang ke sini. Kan onii-chan kaget jadinya, emangnya kamu ngapain, sih tiba-tiba banget ke Tokyo?"

Himawari berkacak pinggang, kemudian berseru. "Ijinin aku masuk dulu! Biar aku jelaskan di dalam!"

Kawaki tertawa kecil, kemudian merangkul Himawari dan membawanya masuk ke dalam apartemen.

...

Sementara itu di sebuah mansion mewah yang ada di Roponggi, Boruto menatap datar interaksi Hinata dan Toneri yang tengah bermesraan di kolam renang. Pemuda itu menatap bosan kegiatan cumbu mesra, ibu dan kekasihnya itu sambil menghisap vape di atas sofa yang berdekatan dengan kolam renang tersebut.

"Mereka serasi sekali ya," ujar seorang pria berambut biru pucat panjang dengan mata amethyst serupa warna mata ibunya.

Boruto menoleh sembari menatap pria itu dengan datar.

"Andai saja, ibumu belum menjadi milik adikku yang bodoh. Mungkin, saat ini dia sudah menjadi milikku."

Boruto mengernyit jijik mendengar penuturan sosok yang dianggapnya sebagai paman itu. "Maksudmu apa, Uncle Momoshiki?"

"Ya, kau tahu. Terkadang aku sering berfantasi, bagaimana rasanya aku bisa menjilati tubuh ibumu dari kaki, perut, hingga dua dadanya yang seksi. Mencumbu bibirnya, kemudian memasuki area sempitnya sambil kujilati. Terkadang, aku ingin mengikatnya di atas ranjang dan mendengar desahannya di bawahku setiap malam. Ohhhhh!" Momoshiki mengucapkannya dengan berdesah sambil memegang area bawahnya yang mulai berdiri.

"Menjijikan! Mommy bukan pelacur, jangan mengimajinasikannya seperti itu," bisik Boruto lirih dan menatap tajam Momoshiki yang tengah menatap ibunya dengan fantasi liar.

SEPARATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang