Siang yang cerah, sangat cerah..
Ada apa dengan hari ini? Ya.. seperti biasa di hari Jumat, sekolah Gandplita tetap memulangkan siswa siswinya pada pukul satu, hanya selisih dua jam dari jam pulang sekolah biasanya.*Allahuakbar Allahuakbar
Adzan Dzuhur berkumandang, saatnya siswa laki laki untuk sholat Dzuhur dan Jum'atan bersama. Dikta, Alvero, dan Arga. Tiga duta kebiadaban, ehm.. Arga tidak begitu biadab sepertinya.. selalu pergi kemana mana bersama bahkan Jum'atan pun sudah pastinya bersama.Shalat Jum'at sudah selesai dilaksanakan, tapi yang namanya mereka anak entahlah ciri khas darimana, malah mengobrol dahulu didalam Masjid dan bukannya pergi meninggalkan tempat.
"Gue dah ngantuk banget daritadi si bapak ceramahnya agak lama." ungkap Alvero.
"Woy wibu!! Lu.." lanjut Alvero sambil memegang pundak Dikta.
"Woy, napa?" bingung Dikta.
"Sedih gue dik, gak ada lagi jelmaan wibu di kelas.." ucap Alvero yang terhenti gegara tamparan yang diberikan oleh Dikta pada punggung Alvero.
*PLAK
"Lu maunya sedih atau bikin gue marah?!" sinis Dikta pada Alvero.
"Dik.. gue sayang sama lo.. dan-"ucapan Alvero lagi-lagi terhenti gegara sesuatu.
Tetiba ada seseorang yang memanggil mereka bertiga dari arah belakang.
"ARGA! VEROO! DIKTAA~" teriak seorang laki laki dari belakang dan laki-laki itu langsung memeluk Dikta dari belakang.
"WOY!" teriak Dikta.
"Sumpah.. Eh diluar aja yok, gue gak ada temen buat jajan hehe." ajak Arya.
Mereka berempat segera keluar dari Mesjid untuk menuju kantin, sesampainya mereka di depan mesjid, langsung saja tiba-tiba Alvero terhenti untuk berjalan dan ia juga membuat teman-temannya terhenti tiba-tiba. Melirik ke sebelah kanan, ke sebelah kiri seperti orang yang linglung akan mencari barang berharga. Tidak hanya itu saja, ia juga terlihat seperti tercengang tiba-tiba.
"Sendal sellow gue kok JADI BULUK GINI?!" protes Alvero pada dirinya sendiri dan mungkin saja pada sandalnya juga.
"HAHAHA, MANA TALINYA COPOT LAGI, MAMPOS, MAMPOS.." tawa Arya seolah meledek Alvero.
Ditengah itu, Arga menatap Dikta yang mungkin saja secara serius sehingga Dikta pun langsung salfok juga dengan Arga yang melihat dirinya secara serius, alhasil membuatnya risih dengan tatapan mematikan itu. Dikta mengangkat sedikit kepalanya untuk mengisyaratkan Arga agar Arga menjelaskan sesuatu.
"Dik.. liat, bentar lagi si Alpe bakalan gini."
"haha, iya juga, kek bapak-bapak marahin anaknya."
"idih kek bukan elo aja, lo juga kalo marah-marah kek abah-abah." baru saja Arga mengatakan seperti itu, Dikta langsung memijakkan kakinya pada kaki Arga.
"Sakit, Baby!" protes Arga.
Sesaat tiba juga Arya berteriak seperti memohon sesuatu.
"AAA WOY WOY AMPON!! Ampun ver, ntar gue jajanin cimol." Arya ternyata sudah dijambak oleh Alvero.
"hilih.. lagian siapa si yang nuker ni sendal, lama lama gue banting ntar. Woy Arga, minjem sendal lu, lu kan orang kaya bisa beli lagi." kata Alvero.
Dengan penuh tekanan batin, Arga pun harus rela berkorban meminjamkan sendal bercorak adudu nya itu. Namun ternyata, usut punya usut, sesaat tibalah sampai depan sekolah, Arga langsung secara tanpa aba-aba menghampiri pedagang sandal yang memang benar-benar tepat ada yang berjualan sandal depan sekolah dan ia tak lupa membelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Club
Подростковая литература(LOM DIREVISI WOI) Kisah sekumpulan anak sekolah yang amat prik humornya. Dikta, Arga, Leona, Lauziyah, dan Zevana. Kisah mereka yang kesehariannya bikin kamu geleng geleng kepala dengan tingkah kekonyolan mereka. Sifat mereka yang berbeda beda dipa...