22. Kisah anak sadboy

4 2 2
                                    

Dini hari yang pagi namun kesiangan ini, itulah yang dirasakan Arga sesaat keluar dari rumahnya. Tidak ada kata terlambat bagi Arga, sudah pukul tujuh pagi kurang 5 menit pun ia rasa itu masih pagi. Mengambil ponsel dari saku bajunya dan seperti biasa menelpon Arya untuk menumpang naik motor untuk berangkat sekolah bersama seperti biasanya. Sudah tujuh kali ditelpon tetapi tidak diangkat juga.

"Loh, biasanya si Arya jam segini belum berangkat, masa iya dah di sekolah? Apa habis pulsa?"Arga terus bertanya-tanya dalam otaknya sendiri.

Menunggu angkutan kota daritadi tapi belum ada satupun yang melintas. Mau naik ojek online, tapi uang jajan Arga sudah sisa sedikit. Andai saja Arya bisa dihubungi seperti biasanya, jadinya kan bisa menumpang padanya. Secara sekilas terlihat seperti Arya yang melintasnya sembari membawa motornya, berarti.. Arya belum di sekolah dong? Lah kok main pergi aja? Gak lihat ada Arga di depan rumah sedang menunggunya daritadi kah? Arga berteriak memanggil Arya, tapi itu semua sia sia karena Arya ngebut dan tidak meresponnya. Mau gimana lagi? Ia harus berjalan menuju sekolah sebelum bel dibunyikan.

Tengah perjalanan menghabiskan waktu sebanyak lima menit, Arga istirahat dulu sebentar karena kelelahan berlari kencang dari rumah hingga tengah jalan yang sebentar lagi menuju sekolah. Duduk pada bangku panjang yang terletak di pinggir jalan, menaruh tas di bawah alias di tanah. Tiba saja tasnya langsung diambil oleh orang yang tidak diketahui karena memakai helm yang sangat tertutup sembari mengendarai motor, semakin kecil peluangnya untuk Arga yang ingin mengejar orang itu.

"WOI!! MALIIIIING!! MALINGG!!"Teriakannya itu tidak ada orang lain yang menanggapinya karena jalanannya terlihat sepi.

Ah sudahlah, yang terpenting ia harus ke sekolah meskipun tidak membawa tas. Sesaat mulai ingin berjalan, kakinya malah tersandung oleh kakinya sendiri yang di mana itu membuatnya terjatuh karena saking kuatnya sandungan itu.
---
*Tringg drringg

Bel masuk sekolah berbunyi, namun, Arga masih saja belum hadir ke sekolah. Lauziyah terlihat cemas karena sebentar lagi tugas kelompoknya harus diserahkan hari ini juga dan Arga lah yang membawa hasil kerja kelompoknya. Apakah ia tidak masuk hari ini? Lalu tugas kelompok bagaimana? Lauziyah terus terpikirkan hal itu apalagi Arga sulit untuk dihubungi, kala itu juga Leona berbalik badan untuk berbincang bincang dengan Lauziyah sembari menunggu bu guru masuk kelas.

"Napa dah kek panik gitu?"

"Nungguin si Arga, kan tugas kelompoknya ada di dia, tapi dia gak akan sekolah kah? Udah bel loh."

"Coba telpon."

"Aisssh udah, gak dijawab jawab."

"Tar, gua coba telpon lagi."lanjutnya membuka ponselnya.

Hampir beberapa kali dihubungi tapi tetap saja tidak ditanggapi karena secara mendadak nomor Arga tidak aktif tiba-tiba bahkan tidak terdaftar lagi dalam kontak. Di momen kebingungan itu, langsung tiba bu guru masuk kelas. Leona langsung berbalik badannya, duduk sigap mulai mempersiapkan berdoa. Saat waktu berdoa, Arga mulai tiba depan kelas dan langsung duduk pada bangku tempat duduknya. Selepas berdoa tiba..

"Arga, siapa yang suruh kamu duduk, sini depan berdiri." Arga langsung berjalan menuju depan kelas dan berdiri diam di sana.

"Saya tidak ingin mendengar alasan yang membuat telinga saya jadi sumbang, ke ruang guru sekarang, temui guru bagian kesiswaan, makin aneh aja habitat di sini, udah tau ke sekolah bawa tas, lah ini bawa diri."

Jam pelajaran pertama sudah habis tiba, dilanjutkan para murid-murid untuk beristirahat. Zevana mulai menyalakan kembali ponselnya untuk bermain game dan Elisha mengajak Leona dan Lauziyah seperti biasanya untuk pergi cari makan di kantin BU NANIK. Sebelumnya, Leona meminta diantarkan dulu ke kamar mandi sebelum ke kantin.

The ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang