Gabriel memasuki mansion dengan raut lelah yang sangat kentara. Pria itu menuju lift dan menekan angka dua di sana. Setelah lift berhenti, Gabriel langsung keluar menuju pintu yang terletak di bagian paling ujung lorong. Tangannya sontak mengepal ketika melihat pintu itu sedikit terbuka dan ketika jarak semakin dekat, langkah kakinya mendadak memelan ketika mendengar suara tawa dari dalam sana.
Gabriel membuka sedikit pintu dan detik itu juga tubuhnya langsung terpaku ketika melihat Kaili tertawa dengan begitu lepas hingga menampakkan titik cacat di pipi kirinya. Matanya yang sipit semakin tenggelam ketika Katherine kembali melanjutkan cerita. Tanpa sadar, dominan itu ikut tersenyum. Lelakinya itu terlihat sangat tampan dan cantik secara bersamaan.
"Apa kau tidak takut jika dia melaporkanmu ke polisi?" Kaili bertanya seraya mengusap ujung matanya yang berair.
Katherine menggeleng dengan bangga. "Tidak ada kata takut dalam kamusku."
Saat Kaili kembali akan menjawab, matanya tiba-tiba teralih pada pintu ruangan dan detik itu juga dia langsung memasang wajah datar. Hal itu mengundang rasa penasaran Katherine yang ikut menoleh ke belakang.
"Pulanglah! Ini sudah malam."
Katherine mendengus ketika mendengar Gabriel mengusirnya terang-terangan. Ia langsung berdiri dan menatap pria dominan itu dengan sorot nyalang. "Aku akan menemani Kaili di sini dan kau tidak berhak mengusirku."
"Ini kediamanku jika kau lupa." Gabriel membuka pintu selebar mungkin. "Pergilah!"
Sebelum Katherine menjawab, suara rantai yang mengikat pergelangan kaki Kaili berbunyi ketika si empunya ikut berdiri. "Pulanglah, Kath! Kau bisa datang lagi besok."
Tatapan Katherine berubah sangat lembut ketika menatap Kaili dan itu membuat Gabriel berdecak sebal.
"Besok aku tidak menerima tamu. Selama dua puluh empat jam, gerbang dan pintu utama akan ditutup."
Kedua tangan Katherine sontak mengepal kuat. "KAU——" Ucapan wanita itu tergantung ketika sesosok pria yang sangat ia kenali tiba-tiba muncul di belakang Gabriel.
"Ayo pulang!" Keenan berjalan maju dan mengulurkan tangannya pada Katherine.
Awalnya, Katherine ingin menolak. Tetapi ketika melihat raut lelah di wajah Keenan, membuat wanita itu tidak sampai hati untuk menggelengkan kepala. Dengan sangat terpaksa, ia pun mengangguk, sebelum berbalik menghadap Kaili. "Kau jaga diri baik-baik! Besok aku akan membawakan banyak makanan untukmu."
"Tidak perlu repot-repot. Aku masih sanggup memberinya makan."
Telinga Katherine sontak memerah ketika mendengar suara berat yang baru saja bergema di belakangnya. Sebelum mengumpat, ucapan Keenan setelahnya berhasil membuat wanita itu terpaksa menghela napas untuk menetralkan emosinya.
Katherine memeluk Kaili erat sebelum berjalan keluar dengan diekori Keenan. Ketika melewati Gabriel, ia mengacungkan jari tengah seraya menginjak kaki pria dominan itu yang terlapisi pantofel.
Dan sekarang, hanya tersisa Gabriel dan Kaili di sana. Kaili kembali duduk di lantai dan seolah tidak mengacuhkan keberadaan pria di hadapannya. Ia memilih fokus memakan kue cokelat yang tadi sengaja dibawa oleh Katherine.
Gabriel lantas berjalan maju dan menumpukkan lutut kanannya di lantai seraya tangannya terulur untuk mengusap sudut bibir Kaili yang sedikit kotor. Mendapati perlakuan itu, terang saja membuat kunyahan Kaili terhenti. Ia refleks menatap mata Gabriel, begitupun sebaliknya.
Gabriel mati-matian menahan hasratnya yang ingin melumat kasar bibir semerah cherry itu. Belum lagi tampang innocent Kaili serta pipi kanannya yang menggembung akibat kue yang belum ditelan. Pria itu terus menjelajahi wajah Kaili dan merekamnya, kemudian menyimpannya ke dalam memory otak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Obsession [✓]
Romance[BL] [MPREG] [Tersedia versi ebook] "To-tolong aku!" "Ada apa? Kau kenapa?" "Pria sialan itu menculikku lalu menjadikan aku sebagai tawanan. Dia memborgolku dan--" Kaili langsung terdiam seraya memejamkan mata ketika cipratan darah mengenai wajahn...